AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT (ILMU KEBATINAN)

AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT


ILMU PERSILATAN DAN PERUBATAN (KEROHANIAN) WARISAN SYEIKH PENDITA MAHAGURU ADI PUTRA, SUNAN KALIJAGA DAN TOKKU PALOH

ILMU KEROHANIAN DALAM KATEGORI ILMU GHAIB ( SILAT BATIN SUNAN KALIJAGA@GERAK FAQIR) & ILMU SYAHADAH (SYAHADAT TOKKU PALOH@TITIK 9)

Thursday, December 29, 2011

KISAH NABI ZULKIFLI "YANG TERPUJI"

Nabi Zulkifli ‘alaihis salam; Nabi yang Tidak Terlena Kemewahan


Seseorang yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk menjadi nabi dan rasul adalah hamba yang terbaik, sabar dan saleh. Tersebutlah nama Nabi Zulkifli ‘alaihis salam di antaranya. Ayah Nabi Zulkifli bernama Nabi Ayyub ‘alaihis salam. Ibunya bernama Rahmah. Dengan demikian, Nabi Zulkifli masih terhitung cucu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Sebetulnya nama asli Nabi Zulkifli ialah Basyar. Namun karena ia selalu mampu memegang amanat dan janji, maka dijuluki Zulkifli. Secara sederhana, Zulkifli berarti orang yang sanggup.

Sejak kecil hingga dewasa, Nabi Zulkifli belum pernah berbohong kepada siapapun. Semua janji yang diucapkannya senantiasa ditepati, sehingga teman-teman dan orang-orang sangat senang kepadanya. Selain itu, ia cepat dikenal masyarakat lantaran semua tingkah lakunya mencerminkan kebaikan dan kebenaran. Sikap dan pendiriannya tidak mudah goyah. Emosinya benar-benar terkontrol secara baik. Saat ditimpa cobaan dan mendapat masalah, ia pun menerimanya secara sabar, tanpa mau mengeluh atau cerita ke orang lain. Ia lebih suka curhat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nabi Zulkifli dibesarkan di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Raja tidak suka mementingkan dirinya. Semua pikiran, tenaga dan harta kekayaannya ditumpahkan demi wilayah dan bangsa yang dicintainya. Wajar bila seluruh rakyatnya hidup makmur dalam suasana kedamaian. Sayangnya raja itu sudah sangat tua dan tidak memiliki keturunan sama sekali. Sang raja sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak, termasuk nasib negara dan warganya.


Nabi Zulkifli Memenangkan Sayembara

Berhari-hari sang raja memikirkan persoalan tersebut. Ia pun meminta pertimbangan dan berdiskusi dengan para penasehat istana. Akhirnya ditemukan jalan keluar terbaik, yakni mengadakan sayembara terbuka. Dalam tempo cepat pengumuman sayembara sudah tersebar ke seluruh daerah kekuasaannya. Di antara materi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin negaranya. Adapun caranya, rakyat diminta hadir di halaman istana yang luas pada hari dan waktu yang telah ditentukan.

Saat yang ditunggu tiba. Sejak pagi hari rakyat berbondong-bondong datang memenuhi alun-alun istana untuk mengikuti sayembara. Nabi Zulkifli ada di antara kerumunan massa. Mereka harap-harap cemas menanti kemunculan raja di panggung utama. Beberapa dari mereka ada yang percaya diri dan yakin akan bisa duduk di atas singgasana menggantikan raja. Setelah para pengawal istana berusaha menenangkan rakyat, raja baru menampakkan diri dengan baju kebesarannya. Spontan terdengar gemuruh tepuk tangan menandai rasa hormat dan cintanya terhadap raja.

Raja berdiri di mimbar. Ia memandangi lautan manusia yang telah menyemut dan menanti pernyataannya. Rakyat terdiam, suasana hening. “Wahai seluruh rakyat yang aku cintai, seperti diketahui, kini aku sudah lanjut usia. Aku pun tidak mempunyai keturunan yang bisa meneruskan kejayaan kerajaan ini. Sementara aku tidak akan lama lagi berada di antara kalian. Sebagaimana yang berlaku selama ini, titah raja selalu dituruti dan tingkah lakunya diikuti rakyatnya. Maka dari itu, aku akan mengambil salah satu dari kalian yang terbaik. Sebagai persyaratan utama, orang yang akan menempati posisiku adalah orang yang pada siang hari melakukan puasa dan malam hari mengerjakan ibadah.” Demikian isi pidato raja dengan nada bicara yang tegas dan berwibawa.

Selesai memberikan penjelasan, raja mempersilakan rakyatnya yang merasa sanggup dengan persyaratannya agar mengangkat tangannya. Namun setelah ditunggu beberapa lama, tidak ada seorang pun yang berani mengacungkan jarinya. Bagi mereka, ketentuan itu jelas sangat berat. Tiba-tiba Nabi Zulkifli mengangkat tangan, melangkah ke hadapan raja, kemudian berkata dengan mantap tapi tetap rendah hati, “Maaf baginda, kiranya hamba sanggup menjalankan puasa pada siang hari dan mengerjakan ibadah pada malam hari.”

Semua yang hadir terkejut, tak terkecuali raja. Raja tidak yakin kepadanya mengingat usia Nabi Zulkifli masih sangat muda. Raja mengamati Nabi Zulkifli secara detail dari ujung rambut hingga ujung kaki. Nabi Zulkifli kembali menegaskan, “Wahai paduka, hamba tidak main-main dengan ucapan hamba. Apa yang paduka minta akan hamba laksanakan.” Raja terdiam sejenak, lantas memutuskan untuk mengabulkan permohonan Nabi Zulkifli. Selang beberapa menit acara sayembara usai. Rakyat membubarkan diri, pulang ke rumah masing-masing.


Nabi Zulkifli Tidak Terlena Kemewahan

Malam harinya sang raja bisa tidur tenang. Ia senang sebab sudah menemukan putra mahkota. Sejak itu Nabi Zulkifli tinggal di dalam istana menemani kegiatan-kegiatan raja. Namun, kemewahan segala fasilitas istana, kilauan permata, hamparan permadani, dan empuknya ranjang tidur tidak membuat Nabi Zulkifli lupa daratan. Ia tetap menjadi diri sendiri, hidup sederhana seperti dulu. Menjelang detik-detik mangkat, raja berpesan kepada Nabi Zulkifli agar tetap menjalankan persyaratan sepeninggalnya. Nabi Zulkifli pun bersumpah akan menjaga amanat tersebut hingga akhir hayatnya.

Kewafatan sang raja menimbulkan duka yang mendalam bagi rakyatnya, apalagi bagi Nabi Zulkifli. Mereka berduyun-duyun mengantarkan raja ke peristirahatan terakhirnya. Negeri itu dirundung masa berkabung beberapa hari. Sesuai kesepakatan, kekosongan kursi raja segera ditempati Nabi Zulkifli yang merangkap sebagai hakim. Rakyat sangat berharap pemimpin baru mereka lebih membawa kebaikan, kemakmuran dan kedamaian. Setelah menjadi raja, Nabi Zulkifli mulai mengatur jadwal berpuasa, beribadah serta melayani rakyatnya sepenuh jiwa dan raganya.

Nabi Zulkifli bekerja hampir tidak mengenal waktu, pagi, siang maupun malam. Seluruh kebutuhan dasar rakyatnya dipenuhi. Urusan-urusan mereka diselesaikannya secara baik dan adil, tanpa menimbulkan gejolak atau memunculkan konflik baru. Ia tidak mau membeda-bedakan orang yang meminta uluran tangannya. Semua diperlakukan sama dan dihadapi dengan sabar. Hasilnya, di bawah kepemimpinannya, rakyat bisa hidup senang, tenteram dan bahagia. Selain itu yang paling penting, sejak menjadi raja, Nabi Zulkifli makin bertambah besar ketakwaannya kepada Allah SWT.


Cobaan Bagi Nabi Zulkifli

Satu malam menjelang Nabi Zulkifli beranjak ke tempat tidur, pintu kamarnya diketuk seorang pembantu istana. Menurut pembantunya, seorang warga datang untuk meminta bantuan Nabi Zulkifli. Nabi Zulkifli kemudian menemuinya dengan sikap ramah. Warga itu segera mengadukan persoalannya sembari menundukkan wajahnya. Ia mengaku baru dirampok di tengah perjalanan. Harta bendanya ludes dirampas orang lain. Nabi Zulkifli mendengarkan penuturannya dengan penuh kesabaran.

Setelah menyimak apa yang disampaikan warga itu, Nabi Zulkifli merasa ada yang ganjil. Sebab, lokasi yang diduga tempat berlangsungnya peristiwa perampokan sesungguhnya kawasan yang aman. Apalagi, di wilayah negerinya selama ini tidak pernah ada tindak kejahatan. Nabi Zulkifli lantas bertanya siapa sebenarnya tamu ini. Warga yang mengaku telah dirampok itu membuka identitas diri bahwa sesungguhnya ia iblis yang menyerupai manusia. Tujuan kedatangannya hanya ingin menguji dan membuktikan kesabaran, kebaikan dan kesalehan Nabi Zulkifli. Tidak sampai lima menit, iblis itu pun cepat-cepat menghilang dari hadapan Nabi Zulkifli.

Lain waktu Nabi Zulkifli mendapat cobaan. Sekelompok orang yang durhaka kepada Allah SWT membuat ulah di dalam negerinya. Nabi Zulkifli memerintahkan pasukan dan rakyatnya supaya memerangi mereka. Namun, mereka tidak mau mengikuti perintahnya. Alasannya, mereka takut mati akibat peperangan itu. Mereka malah meminta jaminan kepada Nabi Zulkifli agar tidak tewas meski ikut berperang. Nabi Zulkifli tidak marah melihat sikap mereka. Ia segera bermunajat kepada Allah SWT. Akhirnya, dalam peperangan itu mereka memperoleh kemenangan dan tidak satu pun dari mereka yang gugur.

Saturday, December 17, 2011

KISAH SEBENAR DI SEBALIK HUKUMAN MATI SYEIKH SITI JENAR

KI AGENG PENGGING (2)


Walaupun masih belia, kedalaman spiritualitas Ki Ageng Pengging tidak bisa diragukan lagi. Pencapaian spiritual-nya, sampai pada kondisi MATI



SAJERONING URIP, URIP SAJERONING PATI (MATI DIDALAM HIDUP, HIDUP DIDALAM KEMATIAN). Beliau mampu dalam beberapa hari, bermeditasi tanpa bernafas. Raga beliau mampu menyerap Praana (oksigen) melalui seluruh pori-pori tubuh tanpa menggunakan pergerakan paru-paru.


Silsilah Ki Ageng Pengging, Leluhur dan keturunannya

Bila tidak jeli, mereka yang melihat kondisi Ki Ageng Pengging sewaktu bermeditasi, pasti akan menyangka beliau meninggal. Namun bagi yang benar-benar jeli, mereka akan tahu, jantung beliau masih tetap berdetak, sangat-sangat halus. Dan darah beliau masih tetap mengalir, walau dalam percepatan yang sangat-sangat halus.


……Ndan yatika sinangguh mamyaken praana sangdhila jati ngarannya, yeku puujaajaati ngarannya, sembahyang alit, yapwan mangkana tiksna deningasamadhi, wyakta hilang ikang waayu ganal, mati lina ri sangkanya, apan tan cinetana dening aatmaa, nahan maarga kunyci rahasya ngarannya. ( Tattwa Jnyaana : 62 )



“…Itulah yang disebut memuja Praana sangdhila jaati, yaitu Sejatinya Puja, sembahyangnya Suksma. Bila sudah demikian samadhi-nya sangat-sangat tajam, benar-benar hilangnya nafas yang kasar, mati lenyap keasalnya. Kesadaran suksma telah melebur ke Kesadaran Atma. Inilah kunci kesempurnaan. ( Tattwa Jnyaana : 62)


Ki Ageng Pengging telah mencapai tahap peleburan ini. Sesuai dengan yang diuraikan dalam Rontal Tattwa Jnyaana. Bila beliau mau, beliau bisa meninggalkan badan kasarnya, mati, sesuai dengan keinginannya sendiri.



Begitu beliau diangkat sebagai penguasa Pengging pengganti ayahandanya, dalam usia belia, beliau menikah. Seorang gadis dari daerah Tingkir, masih adik kandung Ki Ageng Tingkir, beliau persunting. (Dalam versi lain, Ki Ageng Pengging menikahi Nyi Ageng Mendola, putri Sunan Kalijaga, hasil perkawinan Sunan Kalijaja dengan Siti Zaenab, putri Syeh Siti Jenar : Damar Shashangka).



Pengging benar-benar damai. Jauh dari hiruk pikuk perpolitikan, Jauh dari pertikaian-pertikaian. Sunan Kalijaga-pun, sering berkunjung ke Pengging bersama beberapa santri beliau.



Dari Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pengging senantiasa mendapat petuah-petuah yang sangat berharga. Walaupun Sunan Kalijaga beragama Islam dan Ki Ageng Pengging beragama Shiwa Buddha, kedekatan hubungan mereka sudah tidak bisa digambarkan lagi.
 
 
Secara khusus, Ki Ageng Pengging menyediakan musholla di kompleks Dalem Agung beliau. Ini diperuntukkan bagi sahabat-sahabat beliau yang beragama Islam.Dari sahabat-sahabat Islam beliau inilah, Ki Ageng Pengging tahu akan sosok Syeh Lemah Abang atau Syeh Siti Jenar. Sosok ulama yang berseberangan dengan Dewan Wali Sangha.Beberapakali dalam meditasinya, beliau mencoba menghubungi Syeh Lemah Abang. Dan Ki Ageng Pengging tersenyum puas manakala salam beliau senantiasa dijawab oleh Syeh Lemah Abang dengan senyuman yang luar biasa damainya.Ki Ageng Pengging tahu, Syeh Lemah Abang bukan manusia sembarangan. Beberapakali pula, mereka bertemu didalam alam meditasi. Ki Ageng Pengging mencium kaki Syeh Lemah Abang dengan penuh hormat. Dan Syeh Lemah Abang senantiasa mengusap-usap kepala Ki Ageng Pengging dengan penuh kasih.Sunan Kalijaga tahu akan semua itu. Dan beliau tersenyum bangga setiap kali dalam taffakur-nya, melihat Syeh Lemah Abang dan Ki Ageng Pengging senantiasa bertemu, walau dalam alam lain. Walau tidak di alam nyata.
 
 
Dan manakala, sosok Syeh Lemah Abang mendadak berkunjung ke Pengging, betapa bahagianya Ki Ageng Pengging. Walau belum pernah bertemu secara fisik, Ki Ageng Pengging dan Syeh Lemah Abang, sudah sedemikian dekatnya. Begitu Syeh Lemah Abang hadir, Ki Ageng Pengging langsung bersujud didepan beliau. Mencium kaki beliau. Penuh hormat dan sangat-sangat bahagia.
 
 
Pernah selama tiga hari tiga malam, keduanya meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang intisari spiritualitas. Tidak hanya sekedar berdiskusi, keduanyapun masuk kekedalaman batin masing-masing. Dan disana, Syeh Lemah Abang, bersorak gembira begitu melihat Ki Ageng Pengging, dibawah awan-awan mind yang tenang, tengah ada dibawah beliau, tidak terlampau jauh. Dan disana, Ki Ageng Pengging mencakupkan kedua tangannya didepan dada, menyembah, sembari memandang Syeh Lemah Abang dengan senyum kedamaian.Karena seringnya berkunjung ke Pengging, Syeh Lemah Abang akhirnya dipertemukan dengan sahabat-sahabat Ki Ageng Pengging.
 
 
Beberapa bangsawan muda keturunan Majapahit yang masing-masing juga memiliki wilayah kekuasaan. Mereka antara lain, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang. Ketiganya bahkan lantas tertarik memeluk Islam tanpa paksaan. Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang, kelak terkenal dengan gelar Sunan Butuh dan Sunan Ngerang.Namun diam-diam, mata-mata Demak Bintara mengetahui semua itu. Laporan segera masuk ke hadapan Sultan Demak. Dan Sultan Demak meneruskan informasi itu ke Dewan Wali Sangha.
 
 
Sebuah informasi yang sangat mengejutkan bagi Dewan Wali Sangha. Dan Dewan Wali memerintahkan Sultan Demak agar semakin menungkatkan kegiatan mata-mata di wilayah Pengging. Sultan Demak merespon perintah tersebut, Jumlah pasukan mata-mata semakin ditambah di wilayah Pengging. Demak semakin waspada. Karena bila Pengging bergerak, dapat dipastikan, dukungan dari berbagai daerah akan mudah diraih. Apalagi ditambah sosok Syeh Lemah Abang dan Sunan Kalijaga disana, Pengging akan berubah menjadi kekuatan yang sangat menakutkan. Dan hal ini, adalah ancaman serius bagi keberlangsungan pemerintahan Demak Bintara.
 
 
Padahal, ketakutan Demak Bintara hanyalah ketakutan semu. Karena di Pengging, tidak ada pergerakan apapun. Ki Ageng Pengging tidak mempunyai rencana apapun untuk berbuat makar. Demak Bintara, hanya ketakutan sendiri.Sunan Kalijaga membaca gelagat tersebut. Beliau memperingatkan Ki Ageng Pengging untuk waspada. Namun, Ki Ageng Pengging bagaimamapun juga masih berusia belia. Beliau kadang masih kurang perhitungan. Beliau sangat mencintai spiritualitas. Dan kecintaannya ini, membuat beliau tanpa perhitungan yang matang, menawarkan wilayah Pengging untuk dipakai sebagai tempat kepindahan Pesantren Krendhasawa milik Syeh Lemah Abang.
 
 
Syeh Lemah Abang memang mempunyai rencana untuk memindahkan lokasi pesantrennya yang ada di Cirebon. Hal ini berkaitan dengan situasi politik Cirebon yang semakin memanas akibat terus-terusan menjalankan agresi militer ke Pajajaran. Cirebon sudah tidak kondusif lagi bagi peningkatan Kesadaran. Sudah sangat-sangat berubah. Sudah tidak sama lagi dengan Cirebon dimasa Syeh Dzatul Kahfi masih hidup.Namun, Sunan Kalijaga melarang Syeh Lemah Abang menerima tawaran itu. Karena bila Syeh Lemah Abang menerimanya, pemerintah Demak Bintara akan menuduh beliau bersekongkol dengan Ki Ageng Pengging hendak mengadakan gerakan subversif. Syeh Lemah Abang memang tidak begitu memahami peta perpolitikan. Dan Sunan Kalijaga yang lebih paham. Oleh karenanya, Syeh Lemah Abang menolak tawaran Ki Ageng Pengging. Beliau memutuskan untuk tetap bertahan di Cirebon.
 
 
Dan, kabar bahwasanya Ki Ageng Pengging menawarkan wilayah Pengging sebagai tempat kepindahan pesantren Krendhasawa, diartikan lain oleh Pemerintahan Demak. Sultan Demak yang sudah terlanjur ketakutan, menyimpulkan bahwa memang tengah terjadi gerakan rahasia antara Ki Ageng Pengging dengan Syeh Lemah Abang.Dan Dewan Walu Sangha-pun bertindak. Sunan Giri Kedhaton, mengeluarkan fatwa bahwa Syeh Lemah Abang adalah musuh kekhilafahan Islam di Jawa, dan tugas Sultan Demak dan Sultan Cirebon ( Sunan Gunung Jati ) untuk menangkap Syeh Lemah Abang. ( Cerita selengkapnya, baca catatan saya SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR ATAU SYEH SITI JENAR : Damar Shashangka ).
 
 
Terdengarlah kabar, Syeh Lemah Abang dijatuhi hukuman mati oleh Pemerintah Demak Bintara dengan tuduhan MENGAJARKAN AJARAN SESAT dan HENDAK MENGADAKAN MAKAR! Tak urung, Lontang Asmara, Sunan Panggung dan murid-murid Syeh Lemah Abang yang lain, ikut dijadikan sasaran pemerintah!Kabar ini sampai juga ke Pengging. Ki Ageng Pengging berkabung. Begitu juga Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Butuh. Untung, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Butuh, lepas dari daftar buruan pemerintah Demak. Tidak seperti Lontang Asmara dan Sunan Panggung.Ki Ageng Pengging benar-benar merasa kehilangan. Dan beliau semakin menyadari, bagaimana posisinya di mata Sultan Demak. Dirinya dipandang sebagai duri dalam daging. Musuh dalam selimut. Tak urung, setelah Syeh Lemah Abang pasti akan tiba giliran beliau menjadi target untuk disingkirkan! Ki Ageng Pengging telah siap untuk itu. Siap menunggu giliran untuk disingkirkan. Bukan untuk melakukan perlawanan bersenjata, namun siap menerima ajal jika memang Sultan Demak menghendakinya. Ki Ageng Pengging sangat merindui sosok Syeh Lemah Abang. Apabila Syeh Lemah Abang pergi dari dunia maya ini, maka Ki Ageng Pengging berniat untuk mengikutinya. Apalah arti dunia bagi Ki Ageng Pengging. Dunia sama sekali sudah tidak menarik minat beliau.Beberapa bulan setelah wafatnya Syeh Lemah Abang, Ki Ageng Pengging mengirimkan surat kepada Sultan Demak. Isi surat tersebut sangat mengejutkan. Ki Ageng Pengging befmaksud mengakhiri pemerintahan Pengging. Dan beliau meminta kepada Sultan Demak agar memasukkan wilayah Pengging ke kadipaten terdekat, sesuai kebijaksanaan Sultan Demak. Bahkan, Ki Ageng Pengging meminta agar Sultan Demak melepas segala jabatan politik beliau.
 
 
Surat ini menggemparkan Demak Bintara. Begitu menerima surat tersebut, Sultan Demak mengadakan sidang mendadak dengan para petinggi Kesultanan. Sidang berjalan a lot. Dan hasil keputusan sidang, menyetujui permintaan Ki Ageng Pengging, walaupun sikap waspada tetap harus dijaga demi menghadapi maksud tersembunyi dari permintaan tersebut.Keesokan harinya, Sultan Demak memerintahkan Patih Wanasalam, Patih Agung Kesultanan Demak Bintara, untuk berangkat menuju Pengging, menemui Ki Ageng Pengging. Patih Wanasalam ditugaskan untuk membacakan surat keputusan Sultan Demak dihadapan Ki Ageng Pengging sekaligus memenuhi keinginan Ki Ageng Pengging, mengadakan pelepasan jabatan. Disamping itu pula, Ki Wanasalam mendapat pesan khusus agar terus mencari informasi secara diam-diam tentang maksud sesungguhnya dari keinginan Ki Ageng Pengging.Rombongan Patih Agung Demak Bintara ini, sampai juga di wilayah Pengging. Kedatangan rombongan pasukan Kesultanan yang serba mendadak ini, menggemparkan Pengging. Para Prajurid Pengging, tanpa di komando, segera mempersiapkan diri untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Pengging mendadak tegang!!Rombongan dari Demak ini disambut oleh Ki Ageng Pengging. Kedatangannya yang mendadak, tanpa pemberitahuan, memang disengaja agar bisa melihat kondisi Pengging yang sesungguhnya.
 
 
Seluruh pasukan Demak diberi tempat istirahat tersendiri. Ki Patih Wanasalam, diberikan tempat khusus. Perjalanan yang agak jauh, membuat Sang Patih kecapaian. Setelah disambut oleh Ki Ageng Pengging, Ki Patih Wanasalam, diberikan waktu untuk beristirahat sejenak.Manakala dirasa sudah pulih tenaganya, Ki Wanasalam mengutus seorang prajurid agar menghadap Ki Ageng Pengging. Ki Ageng diminta bersiap sedia karena Ki Wanasalam hendak menyampaikan amanat Sultan Demak. Dan prajurid yang diutus, kembali dengan menyampaikan pesan dari Ki Ageng agar Ki Patih berkenan menuju Bale Pisowanan.
 
 
Ki Wanasalam, diiringi beberapa pengawal khusus, berangkat terlebih dahulu menuju Bale Pisowanan. Setelah Ki Patih sudah tiba disana, baru Ki Ageng Pengging menyusul. Hal ini adalah etika kerajaan Jawa, dimana seorang pejabat besar, harus terlebih dahulu ada di Bale Pisowanan, baru pejabat dibawahnya datang menghadap.


Setelah keduanya berada di Bale Pisowanan, Ki Ageng Pengging menyatakan kesiapannya mendengarkan amanat Sultan Demak Bintara. Ki Wanasalam segera menjelaskan, bahwa surat Ki Ageng telah diterima oleh Sultan Demak. Dan Sultan Demak telah mengadakan sidang khusus. Hasil keputusan sidang, telah tertulis didalam gulungan Surat Keputusan Sultan yang kini dipegang oleh Ki Wanasalam. Sebelum dibacakan, Ki Wanasalam menanyakan kesungguhan isi surat yang dikirimkan Ki Ageng Pengging. Lantas rencana apa yang hendak dilakukan Ki Ageng apabila keinginannya dikabulkan oleh Sultan Demak ?
 
 
Ki Ageng menghaturkan sembah sebelum menjawab, lantas beliau menuturkan bahwasanya apa yang telah beliau tulis dalam surat yang telah dikirimkan ke hadapan Sultan Demak memang benar-benar telah menjadi niatan dan kebulatan tekad beliau. Manakala keinginannya yang tertulis didalam surat tersebut dikabulkan, maka beliau hanya meminta agar pajak wilayah Pengging tidak dinaikkan serta memberikan tanah kepada Ki Ageng Pengging cukup beberapa jung ( hektar ) saja, sekedar sebagai tempat tinggal dan lahan bersawah.Ki Wanasalam belum puas, dia terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang penuh selidik.
 
 
Tentang hubungannya dengan Sunan Kalijaga, tentang nasib para prajurid Pengging kelak dikemudian hari, tentang jumlah perenjataan Pengging, tentang perekonomian Pengging dan tentang hubungan Ki Ageng Pengging dengan Syeh Lemah Abang dan para murid-muridnya. Ki Wanasalam sengaja ingin mendengar langsung jawaban dari Ki Ageng Pengging, demi untuk mencari-cari hal-hal yang janggal dari kata-kata beliau.Namun, tidak satupun jawaban yang diberikan oleh Ki Ageng Pengging nampak ada kejanggalan disana. Ki Wanasalam tetap belum sepenuhnya percaya, dan pada akhirnya, Ki Wanasalam mengajukan pertanyaan simbolik. Pertanyaan yang sudah dipesankan oleh Sultan Demak. Pertanyaannya adalah sebagai berikut :“Mana yang dipilih, ATAS atau BAWAH. KOSONG atau ISI?”Ki Ageng Pengging tersenyum. Sejenak beliau terdiam. Lantas memberikan jawaban :“Manakah yang hendak saya pilih ? Tidak ada. Sebab baik ATAS, BAWAH, KOSONG maupun ISI. Semuanya adalah milik saya.
 
 
 
”Ki Wanasalam terkejut mendengar jawaban Ki Ageng Pengging. Sekali lagi Ki Wanasalam mengajukan pertanyaan serupa. Dan kembali Ki Ageng Pengging memberikan jawaban yang sama, dan beliau tambahi :“Janganlah salah mengerti. AKU ini adalah segalanya. AKU ada dimana-mana. AKU telah melampaui segalanya. Jadi, manalagi yang bisa AKU pilih ? Karena semuanya adalah AKU.”Ki Wanasalam tersenyum dan berkata :“Tuluskah jawaban Ki Ageng ? Tidak adakah maksud lain ?”Ki Ageng Pengging tersenyum. Dia tidak menjawab lagi. Jawaban Ki Ageng Pengging sangatlah tulus. Namun Ki Wanasalam tetap tidak bisa menangkap ketulusan itu. Dia masih curiga. Curiga jikalau jawaban itu bernilai ambigu. Tidak murni spiritual, namun tersirat juga maksud Ki Ageng Pengging mempunyai rencana merebut tahta Demak Bintara. Pikiran Ki Wanasalam yang sudah terpola dengan kecurigaan, tidak bisa melihat ketulusan kata-kata Ki Ageng Pengging.Melihat orang yang pikirannya seliar ini, maka percuma Ki Ageng Pengging mengulangi kata-katanya. Beliau lantas memilih diam dan tersenyum. Senyum geli seseorang yang melihat keserakahan tampak didepan matanya. Keserakahan manusia yang terobsesi keduniawian. Dan lagi lagi, senyum ini diartikan lain oleh pikiran Ki Wanasalam. Pikiran yang sudah penuh dengan setan-setan liar!Jika Ki Wanasalam sadar, dia seharusnya malu. Malu kepada sosok pemuda yang umurnya terpaut jauh dengannya, namun batinnya lebih tulus daripada batinnya sendiri.Dan pada akhirnya, Ki Wanasalam menyampaikan amanat Sultan Demak. Dia mengeluarkan surat keputusan Sultan Demak. Sembari berdiri, dia membacakan surat keputusan tersebut.Surat tersebut berisi, mulai semenjak hari yang tertanda dalam surat keputusan Sultan Demak, Ki Ageng Pengging dilepas dari jabatannya sebagai Adipati Pengging. Dan, Pengging bukan lagi wilayah tersendiri. Pengging akan dimasukkan ke wilayah terdekat. Untuk sementara, menunggu keputusan lebih lanjut, Ki Ageng Pengging harus tetap memimpin Pengging dan tetap menjaga keamanan Pengging.Gemparlah seluruh prajurid Pengging mendengar surat keputusan Sultan Demak tersebut. Sedang, Ki Ageng Pengging malah tersenyum puas. Karena dengan lepasnya jabatan sebagai Adipati dari pundaknya, maka setidaknya, rasa ketidak terimaan beliau akan tahta yang direbut Raden Patah, yang masih tersisa sedikit direlung hatinya, bisa dimatikan ! Namun, tidak begitu bagi para prajurid Pengging. Banyak yang menahan amarah ketidak terimaan !Selesai membacakan surat keputusan Sultan Demak, Ki Patih Wanasalam, menggulung surat tersebut, menyimpannya kembali dan duduk. Lantas Ki Patih berkata : “Mulai hari ditetapkannya surat keputusan ini, ananda Ki Ageng Pengging sudah bukan lagi seorang Adipati. Dan atas perintah Kangjeng Sultan Demak, ananda harus menghadap ke Demak demi menunjukkan kesetiaan ananda.”Ki Ageng menjawab :“Ki Patih, apa perlunya hamba menghadap ke Demak ? Toh sekarang saya bukan siapa-siapa lagi. Sudahlah, saya sekarang hanyalah orang Sudra, wong cilik. Kangjeng Sultan Demak seyogyanya jangan lagi mencurigai hamba.”Ki Patih berkata tegas :“Ini adalah perintah seorang Sultan. Dan beliau memberi waktu bagi ananda tiga tahun kedepan.”Dan, upacara pelepasan jabatan-pun segera dilakukan. Setelah upacara usai, Ki Wanasalam kembali ke tempat istirahatnya. Dan Ki Ageng Pengging, kembali ke Dalem Agung.Berita dilepasnya jabatan Adipati dari pundak Ki Ageng Pengging, segera menyebar ke seluruh penjuru Pengging. Menyebar dari mulut ke mulut. Ketidak puasan pun terdengar. Banyak yang tidak bisa menerima akan hal tersebut.
 
 
Keesokan harinya, kembali Ki Wanasalam bertemu Ki Ageng Pengging untuk berpamitan.
 
 
Hari itu, Pengging gempar. Para Lurah Prajurid Pengging memohon menghadap kepada Ki Ageng Pengging demi untuk menanyakan maksud keputusan tersebut. Dan kepada para Lurah Prajurid Pengging, Ki Ageng mengiyakan keputusan beliau tersebut dan seluruh masyarakat Pengging diminta menerima kenyataan ini. Bagaikan menelan pil pahit para Lurah Prajurid mendengarnya. Ki Ageng Pengging lantas memberikan kepada mereka, untuk bergabung menjadi prajurid Kadipaten yang bakal dipasrahi wilayah Pengging kelak atau melepaskan jabatan sebagai prajurid dan bertani.Para Lurah Prajurid segera mengumpulkan prajurid Pengging. Kepada mereka, para Lurah Prajurid menawarkan pilihan dari Ki Ageng Pengging. Dan sungguh tidak disangka, seluruh prajurid menyatakan hendak meletakkan senjata dan memilih menjadi petani biasa, mengikuti junjungan mereka, Ki Ageng Pengging!Dan, di Demak, kabar dilepasnya jabatan Ki Ageng Pengging sebagai Adipati pun merebak pula. Ki Wanasalam sudah menyampaikan hasil dia diutus ke Pengging. Sultan Demak sedikit berlega hati. Namun manakala dia mendengar bahwasanya Ki Ageng Pengging tampak enggan untuk menghadap ke Demak, kecurigaannya kembali muncul.Tinggal menunggu waktu. Jika sampai tiga tahun mendatang Ki Ageng Pengging tetap tidak menghadap ke Demak, maka tidak ada jalan lain, cucu Prabhu Brawijaya V itu, harus disingkirkan seperti halnya Syeh Lemah Abang!

(28 Desember 2009, by : Damar Shashangka).
Sumber :


1. Babad Tanah Jawi
2. Babad Tanah Jawi Demakan
3. Babad Tuban
4. Serat Kandha
5. Kronik Tionghoa Klenteng Sam Po Kong- Semarang
6. Serat Darmagandhul
7. Cerita tutur masyarakat Jawa
8. Bab Dhuwung, terbitan Jayabaya, Surabaya
9. Baboning Kitab Primbon, terbitan Sadu Budi, Solo
10. Kakawin Tattwa Jnyana

SYEIKH SITI JENAR AZMATKHAN AL HUSSAINI

Asal-usul Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.

Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurang jelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.

Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.

Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….<serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1>

Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.

Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.

Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.

Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.

Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.

Sumber http://yuliano.vox.com/library/post/asal-usul-syekh-siti-jenar.html

Nasab Syekh Siti Jenar Bersambung Sampai ke Rasulullah diakui oleh Robithoh Azmatkhan

Abdul Jalil Syeikh Siti Jenar bin

1. Datuk Shaleh bin

2. Sayyid Abdul Malik bin

3. Sayyid Syaikh Husain Jamaluddin @ Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan (Gujarat, India) bin

4. Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin

5. Sayyid Abdullah AzhmatKhan (India) bin

6. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir AzhmatKhan (Nasrabad) bin

7. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut, Yaman) bin

8. Muhammad Sohib Mirbath (lahir di Hadhramaut, Yaman dimakamkan di Oman) bin

9. Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin

10. Sayyid Alawi Ats-Tsani bin

11. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin

12. Sayyid Alawi Awwal bin

13. Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin

14. Ahmad al-Muhajir (Hadhramaut, Yaman ) bin

15. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi (Basrah, Iraq) bin

16. Sayyid Muhammad An-Naqib bin

17. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin

18. Sayyidina Ja’far As-Sodiq (Madinah, Saudi Arabia) bin

19. Sayyidina Muhammad Al Baqir bin

20. Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin {menikah dengan (34.a) Fathimah binti (35.a) Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib, kakak Imam Hussain} bin

21. Al-Imam Sayyidina Hussain bin

(22.a) Imam Ali bin (23.a)Abu Tholib dan (22.b) Fatimah Az-Zahro binti (23.b) Muhammad SAW

Tentang Silsilah ke-atas dr Syeikh Siti Jenar dan para walisongo lainnya sudah diakui oleh para ulama nasab dari Yaman, Malaysia dan Thailand..para sayyid dan kalangan habaib yg memahami ilmu nasab banyak yg mencantumkannya di bawah nama fam. Azmatkhan, dan sudah menulis beberapa kitab mengenai ini, dan diakui Robithoh Alawiyah, Naqobatul Asyrof dan Robithoh Azmatkhan ..(Tentunya disini tidak ada nama tokoh pewayangan) untuk keterangan lebih lanjut bisa buka situs www.azmatkhanalhusaini.com dan bisa tanya jawab dengan Kyai Ali bin Badri selaku pengurusnya …wassalam



Pendapat Habib Munzir Al Musawwa tentang Syech Siti Jenar


Syeikh Siti Jenar tidak mengaku tuhan, ia adalah seorang shalih yg berbicara dg kebenaran, namun jiwanya sudah meluap dg cintanya pada Allah swt yg melewati batas kewajarannya, maksudn ucapannya : Ana Alhaqq, adalah bahwa seluruh alam semesta ini adalah lambang asma’ullah swt.

buktinya ia shalat, menjalankan zakat. puasa, dan seluruh syariah Rasul saw, beribadah sebagaimana biasa muslimin yg baik, namun ucapannya ini adalah pelampiasan cintanya pada Allah swt yg berlebihan dan tidak pada tempatnya, demikian kejadian yg sebenarnya,

berbeda dengan fir’aun yg berkata : ana rabbukumul a’la, ia memang menentang Nabi Musa as dan ajaran Allah,

berbeda pula dg ajaran sesat masa kini seperti mengaku nabi dlsb, mereka tak menjalankan syariah dg benar, mereka memisahkan diri dari syariah nabi saw, maka hal itu mungkar.

namun karena syeikh siti jenar ini kelewat batas, maka para ulama dimasanya membunuhnya, karena takut menjadi fitnah, orang yg tak mengerti akan mengira ia mengaku tuhan dimasa itu,

Sumber Habib Munzir



Sumber Diskusi di Facebook.

Pertanyaan seputar Syekh Siti Jenar di group Resmi AZMAT KHAN AL-HUSAINI (Pattani, Royal Kelantan, Walisongo Family & Relatives etc.)

Muhammad Iqbal Jazakallah bib, numpang baca2 Notes nya ya. ^_^

Nurfadhilah Khan Al-Husaini afwan notes ana kbanyakan ttg ilmu nasab.. dan kbanyakan manfaatnya mungkin baru kepada keluarga.. insya Allah ke depan ana akan menulis yg manfaat & hikmahnya bisa lbh luas buat umat & masyarakat.. syukron atas inspirasi & pengingatan dr antum

Muhammad Iqbal afwan bib, justru ana tertarik disitu bib. ana selalu tertarik sejarah wali 9.
ana mau tanya bib, apakah Syaikh Siti Jenar juga ‘Alawiyyin? Dibuku suluk Abdul Jalil terbitan LKIS pengarang mengatakan beliau anak Syaikh Datuk Sholeh (paman dari Syaikh Datuk Kahfi). dan apakah di masa sekarang ini masih ada keturunan Syaikh Siti Jenar?
Di notes antum disebutkan, Sunan Kali Jaga adalah anggota Wali 9 angkatan ke-empat (wafat 1513). Syaikh Siti Jenar Wali 9 angkatan ke-lima (wafat tahun 1517). padahal disejarah2 yg beredar Syaikh Siti Jenar maqtul ditangan Sunan Kali Jaga.
ana jadi bingung bib, banyak sejarah yg simpang siur dan ga tau mau bertanya kepada siapa?
makanya ana bersyukur bisa bertanya kepada antum selaku dzuriyat…. ^_^
maaf merepotkan bib, semoga Allah memberkahi.

Nurfadhilah Khan Al-Husaini Ya Syeikh Sidi Jenar Azmatkhan Al-Husaini seorang alawiyyin yg nasabnya bin Datuk Shaleh bin Abdul Malik bin Husein Jamaluddin bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik AZMATKHAN bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Imam Ja’far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husein bin Imam Ali + Fathimah binti Nb Muhammad

Bagi Naqobah aal Azmatkhan Al-Husaini, crita ttg perseturuan Syeikh sidi Jenar dgn walisongo lainnya adalah sekedar mitos & kisah yg mana hikmaknya spy yg spiritualitas mesti diselaraskan dengan syariah. bliau tidak mengalami hukuman dr walisongo.. hanya saja ada perbedaan pola & metode dakwah spiritualitas antara mereka, hal ini krn Syeikh Sidi Jenar mngambil tarekat jalur Utsman bin Affan (Para Wali lain banyk yg berjalur k abu bakar & imam Ali) yg mana dalam tarekat Walisongo semuanya berhimpun.

Bahkan Sidi Jenar adalah mertua dari Sunan Kalijaga.. kl keturunan grs laki ke beliau ana juga masih kurang faham, mungkin ada… tp dr jalur pernikahan sunan kalijaga dgn zainab putri Syeikh Sidi Jenar menurunkan Nyai Ageng Pengging ibu dr Jaka Tingkir yang turunannya banyak menjadi ulama seperti KH Hasyim Asyari, KH Abdul Hamid Pasuruan, Gus Dur dll.. kebetulan ana & para tubagus & ratu banten turunan Raja ke-4 Banten memiliki tautan ke jalur tsb pula dr grs perempuan.. begitu juga para Raden turunan Mataram

Muhammad Iqbal Subhanallah.. makasi penjelasannya bib. kemudian bib, alafwu mungkin ini agak sensitif. banyak baalwi yg tidak mengakui ke Sayyidan Gus Dur (Basyaiban) dan Azmatkhan juga.karena konon banyak dr garis perempuan atau bagaimana ana juga kurang jelas. padahal semua ‘Alawiyyin awalnya juga datang dari Sayyidati Fathimah Az Zahra, tetapi tetap dikatakan dzuriyat Baginda nabi SAW? Mengapa setelahnya ada penolakan akan hal tersebut dengan alasan demi terjaganya nasab, jadi hanya dari jalur bapak. ini yg tidak saya mengerti bib. @_@

Nurfadhilah Khan Al-Husaini Yang Pasti masih banyak Sayyid & Syarifah garis laki dari jalur Azmatkhan…mm Iya ini agak sensitif .. lbh baik dibicarakan d inbox, yg pasti kita harus toleran atas setiap pandangan yg berbeda.. Apalagi Allah memberi pahala ijtihad yg benar dgn 2 pahala & yg salah 1 pahala..

Muhammad Iqbal Afwan bib, tafadhol. ana tunggu di inbox bila tidak merepotkan antum. syukron ^_^

Nurfadhilah Khan Al-Husaini Kalo masalah pengakuan ttg azmatkhan sy jlaskan dl disini, turunan garis laki/ Sayyid Azmatkhan masih banyak .. perbedaannya dgn pendataan para Habaib mereka menjaga “Ke-’Asyrafan” / jalur patrineal Sayyid & Syarifah.. sedangkan Qabilah Azmatkhan mendata “Ke-zuriyatan” k rasul baik dr grs laki lurus (Asyraf) & perempuan (Yg nasabnya terputus bila dlm pandangan habaib hadhrami).. perbedaan kebiasaan, perbedaan takwil ttg makna zuriyat, pembauran kluarga azmatkhan dgn para Penduduk Asli Nusantara, serta kurangnya ilmu & sosialisasi ttg ilmu nasab di kedua belah pihak..sehingga ada yg blum kenal seakan tidak mengakui azmatkhan, tapi bagi yg memahami insya Allah mengakui azmatkhan mski ada perbedaan pandangan

scr pendataan bukanlah kapabilatas Rabitah Alawiyah Maktab Daimi & Naqobatul Asyraf utk mengesahkan jalur nasab kami.. krn adanya jeda waktu ratusan tahun yg mana kluarga kami sampai k nusantara lbh dulu dr mereka, sehingga mrk tidak punya sanad ilmu nasab ttg jalur kami & kami sendiri-lah yg punya sanad ilmu, ksaksian & pnjagaannya. Setiap kluarga lbh tahu mengenai kluarganya sendiri dibanding orang lain tahu ttg kluarga tsb.

Yg lainnya nanti kita bicarakan di inbox tetap dengan toleransi, hormat & cinta kpd para Habaib..

Muhammad Iqbal Aamiin bib, ana sbg muhibbin trkadang butuh data dan fakta sejarah yg valid demi menangkal fitnah wahabiyyin yg mengatakan Baginda Nabi saw itu abtar. ^_^

Nurfadhilah Khan Al-Husaini iya sekalian kita bahas d inbox ni lagi ana siapkan tulisannya.. yg pasti Rasul tidak abtar sesuai dalil Surat Al-Kautsar (cek asbabun nuzulnya) yg seringkali kita baca.. bahkan Firman Allah justru mereka yg menghina Rasul Abtar.. malahan terputus nasabnya.. sedangkan turunan Rasul terus tersambung sampai kiamat sesuai dalil hadist yg masyhur Sesungguhnya nasabku & sababku tidaklah terputus sampai hari kiamat

Friday, December 16, 2011

HINDU,BUDDHA,TAOISME,CONFUCIANISME & ZOROASTERIANISME ADALAH AGAMA LANGIT?

Rujukan : KANZUN MAHFIYYAN (http://wwwfafiruilallah.blogspot.com/)


 


Tahukah saudara…
bahawa agama Hindu, Buddha, falsafah Taoisme, Confucianisme dan Zoroasterianisme adalah ajaran agama-agama langit yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa?





Percayakah saudara..
bahawa Brahman, Buddha, Tao, Ahura Mazda (Armuzd), adalah nama-nama bagi Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, dan semua ahli falsafah zaman sebelum masihi terutamanya dari tamadun Greek Yunani, China dan India adalah terdiri dari para Nabi dan Rasul?



Yakinkah saudara…
bahawa Ilmu Tasauf Islam adalah inti ajaran para Nabi dan Rasul yang disebarkan zaman berzaman oleh semua agama?


Mahukah saudara percaya…
bahawa umat Islam pada hari ini menjadi teramat lemah dan hina kerana tidak mengamalkan inti agama iaitu Ilmu Tasauf yang berteraskan konsep Wahdatul Wujud?


Dan akhirnya...
percaya dan yakinkah saudara…kepada sabda Baginda Rasulullah saw…
bahawa kebangkitan Islam pada akhir zaman adalah bermula dari Timur…
oleh…
ORANG-ORANG MELAYU DI TANAH MELAYU?




IMAM MAHDI YANG DI TUNGGU-TUNGGU OLEH PANJI HITAM DARI TIMUR

{Kami menyajikan rencana dan artikel-artikel melalui blog ini buat santapan rohani dan minda Bangsa Melayu serta kaum muslimin-muslimat seluruhnya, demi Kebangkitan Islam Akhir Zaman sambil mengalu-alukan muzakarah ilmu dan perbincangan ilmiah. Mulakanlah dengan niat suci Lillahi Taala}



 KANZUN MAHFIYYAN


Sekelumit mengenai KANZUN MAHFIYYAN yang menjadi pilihan nama blog ini.


Sabda Penghulu Junjungan Rasulullah saw dalam sebuah Hadis Qudsi:


"Aku adalah KANZUN MAHFIYYAN' (perbendaharaan tersembunyi). Aku ingin ditemukan dan dikenali. Kuciptakan makhluk agar mereka mengenaliKu'.


KANZUN MAHFIYYAN adalah Aku pada martabat Zat. Zat Keesaan, Zat Ghaibul Ghuyub - ketersendirian dan kekosongan - martabat Zat semata-mata yang belum ada Sifat. Belum ada makhluk dan belum ada apa-apa yang dinamakan `wujud` selain Zat Ghaibul Ghuyub Yang Maha Esa. Pada tahap tidak ada permulaan ini Zat Yang Maha Esa adalah Rahsia Terdalam sehingga namaNya adalah RahsiaNya.


Oleh kerana itulah Li Peh Yeng (604-517sm) penulis kitab Tao Te Ching yang bermakna Tao dan KudratNya yang menjadi sumber ajaran Taoisme, tetapi lebih terkenal dengan nama Lao Tze (Sang Ahli Fikir Tertua) menyatakan:"Tao itu kosong, tapi berisi, dan tak pernah penuh. Anda memandang kepadaNya, tapi Dia tidak nampak.NamaNya:Bukan Bentuk".Seterusnya Li Peh Yeng mencatatkan:"Tao itu besar. Langit itu besar, bumi itu besar, dan raja itu pun besar; dan itulah Empat Besar di dalam alam semesta. Raja itu satu darinya. Tao itu azali, tiada bernama"


Demikian KANZUN MAHFIYYAN yang dunukilkan oleh Lao Tze.Bandingkan pula dengan apa yang telah dirakamkan dalam Kitab Veda mengenai KANZUN MAHFIYYAN: 'Pada permulaan hanya ada satu Wujud, Yang Esa, tanpa ada yang kedua (Upanishad, Chandogya).Seterusnya: 'Sebelum kejadian, seluruh yang ada cuma Dia. Dia sahaja. Tidak ada yang lainnya. Kemudian Dia berfikir: Biar aku adakan para penjaganya. Kemudian Dia mencipta penjaganya. (Upanishad Aitarey).Dan selanjutnya:'Brahman itu maha agung. Dia cemerlang sepanjang zatnya. Dia berada di luar seluruh pemikiran.Dia maha ghaib dari yang paling ghaib, maha jauh dari yang paling jauh, maha dekat dari yang paling dekat. Dia bersemayam di dalam seroja hati setiap makhluk-( Upanishad, Mundaka).


Zat KANZUN MAHFIYYAN dalam ajaran Lao Tze dikenali sebagai 'Tao', dalam agama Sanatara - Dharma iaitu nama asal ajaran Hinduisme yang bererti 'agama yang kekal abadi' atau ' agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan', dikenali sebagai Brahman. Dalam Agama Buddha, KANZUN MAHFIYYAN dikenali dengan nama BUDDHA (Pemberi Cahaya) sementara dalam agama Zoroastrianisme dikenali dengan nama Ahura Mazda.Apabila kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as, KANZUN MAHFIYYAN dikenali dengan nama Yahweh. Bila Nabi Isa as pula diutuskan KANZUN MAHFIYYAN memperkenalkan nama DiriNya dengan nama ZatNya iaitu Allah dan Nama ZatNya itulah yang menjadi simbul keagunganNya sebagai Allah Zat Yang Maha Esa dalam Al Quran dengan FirmanNya:


"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa"- Al Ikhlas:1


Li Peh Yeng telah menghuraikan dengan lebih lanjut dalam Tao Te Ching proses Zat Yang Maha Rahsia mengorak keluar dari Keagungan PersembunyianNya dengan kalimat berikut:


Tao melahirkan yang Satu


Yang Satu melahirkan yang Dua


Yang Dua melahirkan yang Tiga


Yang Tiga melahirkan semua makhluk.



Bait-bait di atas dikenali dengan istilah The Three Pure Ones dalam ajaran Lao Tze dan melalui interaksi harmoni antara Ying dengan Yang, The Three Pure Ones (Tao) menjadi nyata.Apabila diselongkar dari khazanah Islam - agama yang menghimpunkan kesemua kesempurnaan ajaran Tauhid sejak zaman Nabi Adam as - , The Three Pure Ones adalah termaktub dalam konsep Zat Allah, Sifat Allah dan Afaal Allah, proses manifestasi sifat Jalal dan JamalNya, dinyatakan seperti berikut:


‘Hadis Qudsi:’Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya ZatKu’


 Nabi saw bersabda:’Yang pertama diciptakan oleh Allah ialah ruhku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah cahayaku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah qalam.Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah akal’


Dari Cahaya Muhammad saw terjadi segala sesuatu. Secara ringkasnya begini:


“Selepas Allah menjadikan Nur Muhammad atau Ruh Muhammad itu Dia tilik kepadanya dengan tilik mahabbah (kasih), maka ia malu dan berpeluh. Dari peluhnya itulah dijadikan ruh-ruh sekalian anbiya, aulia dan nyawa sekalian orang mukmin yang solleh. Daripada nyawa sekalian mukmin yang solleh, dijadikan nyawa sekalian mukmin yang fasik. Daripada mukmin yang fasik dijadikan nyawa sekalian munafik dan kafir”.“Daripada nyawa insan dijadikan nyawa sekalian malaikat. Daripada nyawa malaikat dijadikan nyawa sekalian jin, dari jin dijadikan nyawa syaitan dan dari syaitan dijadikan nyawa binatang. Dari binatang dijadikan sekalian tumbuh-tumbuhan dan dari nafas tumbuh-tumbuhan itu segala anasir iaitu hawa, api, air dan angin”“Maka ia (Nur Muhammad) malu lalu berpeluh.Daripada peluh hidungnya Allah jadikan malaikat, daripada peluh mukanya Allah jadikan ‘Arasyi, Kursi, Lauh dan Qalam, matahari, bulan, hijab, segala bintang dan semua yang di langit.Daripada peluh dadanya dijadikan anbiya, mursalin, ulama, syuhada dan solihin. Dari peluh belakangnya dijadikan Baitul Makmur, Kaabah, Baitul Maqdis dan segala masjid dalam dunia”“Berdiri Baginda saw di dalam kandil seperti berdiri di dalam sembahyang. Kemudian berkeliling segala roh di sekeliling kandil Nur Muhammad saw mengucap tasbih dan tahlil selama seratus ribu tahun. Kemudian Allah menyuruh segala ruh menilik kepada Nur Muhammad saw.Yang menilik kepalanya menjadi khalifah dan sultan, yang menilik kepada dahinya menjadi amir yang adil, yang menilik kepada dua matanya menjadi hafiz, yang melihat dua keningnya menjadi tukang lukis, yang melihat kepada dua telinganya jadilah ia penuntut yang mendengar dan menerima pengajaran; yang melihat dua pipinya jadilah ia berbuat baik dan berakal; yang melihat dua bibir mulutnya menjadi orang besar-besar raja. Yang melihat hidung menjadi hakim dan tabib dan penjual bau-bauan.Yang melihat mulut menjadi orang yang rajin berpuasa. Demikianlah seterusnya dengan melihat anggota-anggota tertentu pada Nur Muhammad saw, jadilah seseorang itu mempunyai sifat-sifat tertentu di dunia nanti.Misalnya yang melihat dadanya menjadi orang alim, mulia dan mujtahid. Dan ruh yang tidak menilik kepada Nur Muhammad saw jadilah ia mengaku Tuhan seperti Firaun dan yang sepertinya




Konsep KANZUN MAHFIYYAN ini, dijelaskan dalam Surah Al Hadid Ayat 3 maksudnya:


'Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin'.


Zat KANZUN MAHFIYYAN menggunakan kata ganti diriNya sebagai "DIA" bukan lagi "AKU" kerana "DIA" bukan lagi KANZUN MAHFIYYAN setelah manifestasi dan tajali semua Sifat KamalatNya menjadi sempurna nyata. Firman seterusnya:


"Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia (Al Israa:60)


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri…’ (Fusysyilat:53)‘


Ingatlah bahawa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu’ (Fusysyilat:54)

 ===================================================================

UPA PURANA





(Upa Purana adalah sebuah kesah dari Kitab Veda dalam agama Sanatara—dharma - ‘agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan’ iaitu nama asal bagi agama Hindu).

Upa Purana berisikan kesah kejadian alam semesta, kebinasaannya, pembaharuannya kembali, berserta salasilah devas iaitu makhluk-makhluk ghaib yang baik dan salasilah asuras iaitu makhluk-makhluk ghaib yang jahat, disusuli dengan kesah penciptaan manusia pertama bernama Manu dan penciptaan perempuan pertama bernama Shatarupa.



Dijelaskan dengan lebih lanjut mengenai devas, bermakna ‘yang cemerlang’. Devas adalah makhluk cemerlang kerana diciptakan dari nur dan merupakan makhluk yang taat mengabdi kepada Brahman. Di antara mereka menjalankan tugas-tugas tertentu misalnya Dewa Indra untuk menjaga swarga-loka, dan Dewa Yama untuk mencabut nyawa makhluk dan Dewa Vishnu sebagai utusan Brahman kepada para risyi dan lain-lain. Asuras pula bermakna ‘yang gelap’ kerana diciptakan dari api (nar). Tetapi makhluk ini martabatnya jatuh kerana mengengkari Brahman dan menyelewengkan ajaran Brahman. Ketua dari golongan mereka dipanggil Virochana.


Di dalam Upanishad pada bahagian Chandogya dikisahkan bahawa Indra dan Virochana pergi belajar selama tiga puluh dua tahun lamanya kepada Prajapati. Pada akhirnya Prajapati menyuruh mereka berdua mengenakan pakaian yang seindah-indah mungkin dan diminta memandang ke dalam air bening bagi mengenali Dia. Kedua-dua mereka nampak bayangan diri masing-masing tetapi Indra masih juga belum menemui Dia. Indra tidak berpuas hati dan belajar lagi sehinggalah akhirnya Prajapati menjelaskan tentang Dia.

Verochana yang begitu berpuas hati dengan penemuan dirinya dalam percubaan pertama merasakan dirinya alim kerana memiliki ilmu yang teramat penting. Selepas itu dikisahkan: ‘Now Virochana satisfied for his part that he had found out the Self, returned to the demons and began to teach them that the body alone is to be worshipped that the body alone to be served, and that he who worships the body and serves the body gain both worlds, this and the next.Such doctrines, in very truth, the doctrine of demons’ (Sekarang Virochana berpuas hati dengan dirinya yang telah berjaya menemui Diri, lantas kembali kepada para iblis dan mulai mengajar mereka bahawa hanya jasad sahaja yang perlu dipuja (sembah), jasad sahaja yang perlu dikhidmati dan sesiapa yang menyembah jasad dan melayani jasad beroleh kemenangan dalam hidup kini dan kehidupan yang akan datang. Ajaran demikian, sebenarnya, adalah ajaran ketuhanan iblis).


Demikianlah dikisahkan perpisahan jalan yang ditempuh oleh kedua-dua belah pihak di kalangan makhluk rohani yakni pihak devas dan pihak asuras.Dan kedua-dua pihak ini lantas berebut pengaruh dalam lingkungan kehidupan manusia seluruhnya. – Agama-Agama Besar Di Dunia hal.36-47.


Upa Purana menceritakan sesuatu yang sangat sinonim dengan apa yang dijelaskan dalam Agama Tauhid. Devas sesungguhnya tidak syak lagi adalah makhluk malaikat kerana dijadikan dari api. Dewa Indra yang disebutkan sebagai penjaga syurga-loka sudah tentulah malaikat Ridwan as. Dewa Yama yang ditugaskan mencabut nyawa, sudah tentulah merujuk kepada malaikat Izrael as sementara Dewa Vishnu adalah malaikat Jibrail as.


Asuras adalah makhluk iblis. Virochana dalam Islam dipanggil Azazil. Kesah Virochana yang angkuh dan rasa cukup berilmu memang sama dengan kesah Azazil yang dipilih mengetuai seluruh makhluk langit kerana ketinggian ilmunya mengatasi seluruh malaikat muqarrabin. Adalah diriwayatkan melalui kesah-kesah lama dari kitab-kitab lama, bahawa telah berlaku kegemparan di seluruh petala langit, tersebar khabar-khabar anign, akan berlaku kedurhakaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka menjadi gementarlah seluruh para malaikat termasuk Jibrail as, Mikail as, Israfil as, Izrael as dan semua malaikat-malaikat muqarrabin. Mereka diriwayatkan telah mengadakan perjumpaan bagi menghindari dan menyelamatkan diri masing-masig dari melakukan kedurhakaan kepada Allah Rabul Alamin. Timbulah usul untuk membawa kebimbangan tersebut kepada Azazil kerana dialah yang terlebih alim setelah beribadah selama lebih 200,000 tahun. Pergilah kesemua malaikat muqarrabin termasuklah Jibrail as, Mikail as, Israfil as dan Izrael as mewakili seluruh golongan malaikat, datang dengan penuh hormat merendahkan diri mengadukan hal kepada Azazil.


Azazil – dalam Upa Purana – disebut Verocana, begitu teruja kerana dikunjungi oleh semua para pembesar kerajaan langit, lantas memanjatkan doa kepada Tuahn Semesta Alam memohonkan keselamatan bagi semua para malaikat, tetapi terlupa berdoa untuk dirinya dan golongannya.Kitab Suci al Quran melanjutkan kesah ini dengan firman-firman berikut:


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:’Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman:’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.
(Al Baqarah:30)




Allah swt mempunyai pelan tindakan untuk selama sekitar 7000 tahun di alam syahadah yang terdiri dari 11 bintang, bulan dan matahari yang tidak samasekali diketahui dan difahami oleh para malaikat. Sesungguhnya penciptaan manusia adalah satu rencana penciptaan yang amat besar dan penuh rahsia dan ini termasuk dalam rahsia-rahsia yang bukan sahaja amat besar, malah rahsia yang paling rahsia di sisiNya.
Lalu malaikat Jibrail as diperintahkan mencipta jasad Adam as. Ini dijelaskan di dalam Al Quran:

`Dan ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat:”Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kamu kepadaya dengan bersujud’
(Al Hijr: 28-29)




Sebaik jasad Adam as sempurna dicipta maka Allah swt berfirman:


`Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Ia enggan dan takbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir’.
(Al Baqarah:34)



Azazil (Verochana) enggan sujud kerana padanya terdapat sifat-sifat besar diri oleh ilmunya yang tinggi, kedengkian dan kesombongan.
‘Allah berfirman:’Apakah yang menghalangmu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’.Menjawab Iblis:’Saya lebih baik daripadanya.Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah’. (Al A’raf:12)



Hadis riwayat Muslim menerangkan bahawa Rasulullah saw bersada:


`Setelah Allah membentuk Adam dalam syurga dan diberikan tanpa roh, maka Iblis mengelilinginya dan melihat apakah sebenarnya dan ia dapati kosong dan ia menganggap kejadian itu tidak bererti’.



Malaikat Azazil menjadi Ibis kerana sesuatu yang telah termaktub dalam rahsia Iradah Qadak dan Qadar sebagaimana penciptaan Adam as adalah juga satu rahsia Iradah Allah swt yang paling besar. Iblis tidak mengetahui hakikat rahsia kejadian Adam as dan dia sombong dengan persangkaan dia lebih mulia kerana diciptakan dari api berbanding Nabi Adam as daripada tanah, air, api dan angin.


Fungsi devas dan asuras dalam Upa Purana yang sama-sama bersaing dalam memenangi hati manusia samalah dengan fungsi malaikat dan iblis yang sentiasa bertarung untuk merebut ‘singgahsana’ di hati anak Adam. Fungsi Asuras atau iblis dirakamkan dalam al Quran:


Kemudian syaitan membisikkan fikiran jahat kepadanya dengan berkata:’Hai Adam! Mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”


Maka keduanya (Adam dan isterinya) memakan dari buah pohon itu lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun syurga dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia’ (Thaahaa:120-121)


`Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:`Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan’
(Al Baqarah:36)



Allah befirman:`Turunlah kamu berdua dari syurga bersama-sama. Sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”
`Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan meghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta
(Thaahaa: 123-124)



Berlakulah dialog, ikrar dan sumpah antara Allah dengan Azazil.


‘Allah berfirman: Maka keluarlah kamu dari syurga. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang diusir. Sesungguhnya kutukanKu tetap atasmu sampai hari pembalasan.

‘Iblis berkata: Ya Tuhanku! Beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan’



`Allah berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh

`Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (Hari Kiamat)




‘Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka”
(Shaad:77-83)



‘Allah berfirman:”Ini adalah jalan yang lurus; kewajipan Aku lah (menjaganya). Sesunggunya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikut kamu, iaitu orang-orang yang sesat’ (Al Hijr:41-42)



Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya’ (Shaad:85)



Diriwayatkan melalui Hadis Rasulullah saw, apabila Iblis diberi tangguh, lalu Ibis berkata:


Demi kemuliaan Engkau! Sesungguhnya tidak aku keluar dari hati anak Adam, selama ia masih bernyawa

Maka Allah Taala berfirman” Demi kemuliaanKu! Sesungguhnya tidak terdinding dari anak Adam itu taubat, selagi ia masih bernyawa”(Ihya 6:138)


Allah swt telah menurunkan kesemua empat antagonis dan protagonis yang terlibat dalam takdirNya - Nabi Adam as, isteri Baginda Siti Hawa, ular dan Iblis – ke planet dunia; alam syahadah tempat transit bagi sebuah destinasi sebelum dipanggil pulang kembali ke HadratNya.Nabi Adam as diturunkan di bumi India, Siti Hawa di Jedah, ular di Isfahan dan Iblis di Baysan (di selatan Palestin).

Nabi Adam as menderita jiwa dan mental selama 100 tahun di India. Di sana Baginda as hidup berduka menangisi dan menyesali kealpaan dan kesilapannya sehingga tidak pernah sekalipun mengangkat kepalanya ke langit. Akhirnya Allah mengutus malaikat Jibrail as menemuinya.
Al Quran merakamkan hal ini:


`Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya,, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Peyayang’.



`Kami berfirman:`Turunlah kamu dari syurga itu.Kemudian jika datang petunjukKu kepadamu, maka barangsiapa yang mengikut petunjukKu nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati’
(Al Baqarah:36-38)


`…lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu., ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka’
(Thaahaa:123)


`Adapun orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya’
(Al Baqarah:39)



Upa Purana menyebut Manu sebagai manusia pertama dan isterinya adalah Shatarupa sementara Al Quran menerangkan Nabi Adam as adalah manusia pertama dan Siti Hawa adalah isterinya. Sudah tentulah Manu dan Adam as adalah lelaki yang sama – bapa seluruh keturunan manusia; sementara Shatarupa dan Siti Hawa adalah ibu kepada sekalian manusia.




 SANATARA-DHARMA


Upa Purana meriwayatkan Manu adalah manusia pertama dicipta. Keturunan Manu Pertama berlanjutan sampai ke Manu Keenam tetapi semuanya binasa oleh Topan Besar yang melanda permukaan bumi, kecuali satu keluarga yang selamat. Keluarga yang selamat itu dipanggil Manu Ketujuh dan merupakan asal-usul manusia yang ada sekarang ini.Manu Ketujuh disebut Vaivaswata. Vaivaswata dikatakan telah menyusun hukum-hukum yang dikenali dengan Kitab Hukum Manu.

Kesah Topan besar yang membinasakan seluruh keturunan umat manusia kecuali Manu Ketujuh samalah dengan kesah banjir zaman Nabi Allah Nuh as. Manu Ketujuh yang bernama Vaivaswata tentulah – menurut sangkaan yang kuat - adalah Nabi Nuh as dan Manu-Manu sebelumnya tentulah para Nabi dan Rasul utama sebelum terutusnya Nabi Nuh as.


Kesah mengenai kehancuran oleh banjir besar – topan besar dalam Upa Purana – dirakamkan dalam al Quran dalam ayat berikut:


“Kami berfirman’Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang dan keluargamu kecuali orang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit’.



Dan Nuh berkata:’Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang.


Dan bahtera itu belayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anaknya berada di tempat yang jauh terpencil:”Hai Anakku, naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”


Anaknya menjawab:”Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah”. Nuh berkata:”Tidak ada yang melindung hari ini dari azab Allah selain Allah Yang Maha Penyayang”:.Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Dan difirmankan:”Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit berhentilah”. Dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:”Binasalah orang-orang yang zalim” –
Hud:40-44.



Kitab Hukum Manu yang disusun oleh Vaivaswata – Nabi Nuh as – besar kemungkinan dapat dikesan dalam Kitab Veda yang menjadi kitab kepercayaan agama Sanatara-Dharma. Istilah Hindu adalah istilah yang menurut sejarahnya adalah istilah yang telah didahului oleh istilah Sanatara-dharma. Sanatara-dharma yang dirujuk kepada agama yang tertua ini bermakna ‘agama yang abadi’ atau ‘agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan’. Istilah `abadi’ dan `tiada permulaan dan tiada kesudahan’ adalah konsep yang sangat halus mendalam dalam ajaran Tauhid yang merujuk kepada Allah sebagai Zat Yang Kekal Abadi dan Zat Yang Tiada Permulaan dan Tiada Kesudahan. Firman Allah:


Dialah Yang Awal dan Yang Akhir’(Al Hadid:3)


Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus..’(Al Baqarah:255)


Dengan penjelasan ini tentulah boleh ditegaskan bahawa agama Sanatara-dharma iaitu ‘agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan (abadi) ini’ adalah agama yang memang terilham mutlak bersumber dari Zat Yang Maha Esa, sebagai Tuhan Yang Hidup Kekal Abadi, Yang Tidak Ada Awal dan Akhir bagiNya. Agama Sanatara-dharma ini sudah pasti adalah agamaNya yang ZatNya Kekal Abadi tetapi kemudiannya bertukar menjadi Agama Hindu. Istilah Sanatara-dharma bertukar kepada Hindu, iaitu dari perkataan Sindhu bersempena nama sebuah lembah Sungai Sindhu kerana di lembah sungai inilah orang-orang Arya yang bermigrasi ke India membina penghidupan sambil mengamalkan ajaran sebuah agama Tauhid yang sudah keliru dan bercelaru setelah melalui masa ribuan tahun sebelumnya pada zaman selepas Nabi Nuh as, Nabi Hud as, Nabi Salleh as dan Nabi Ibrahim as yang penuh dengan tribulasi, konfrontasi dan tentangan. Tentulah tidak mustahil istilah Hindu menjadi istilah yang lebih dominan dan berkuasa dalam tamadun di lembah Sungai Sindhu yang kian berkembang, menggantikan istilah Sanatara-dharma yang konsepnya telah kian luntur itu.


Ajaran Tauhid yang bermula sejak zaman Nabi Adam as adalah ajaran-ajaran dari langit yang sesungguhnya penuh ‘hikmah dan kebijaksanaan’. Lihatlah penjelasan Al Quran:


Yaasiin.Demi Al Quran yang penuh hikmah’ ( Yaasiin:1-2)


Al Quran adalah Al Kitab untuk membolehkan manusia memperoleh kebijaksanaan dan hikmah. Semua kitab-kitab dari langit sarat dengan hikmah dan kebijaksanaan. Kitab Veda adalah sebahagian dari Suhuf-Suhuf yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul terdahulu justru istilah Veda sendiri membawa erti ‘hikmah dan kebijaksanaan’. Apakah bukan hikmah dan kebijaksanaan apabila kandungan dalamVeda sendiri antara lainnya adalah mengenai kesedaran dan kejiwaan tinggi, bukan sekadar intelektual semata-mata?

Istilah Veda berasal dari bahasa Sanskrit dari akar kata ‘wid’ yang kemudiannya berkembang menjadi weda atau widya yang bererti ilmu, pengetahuan dan kebijaksanaan. Seperti diperjelaskan, ajaran tauhid dari Suhuf-Suhuf dan al Kitab adalah ajaran yang sarat dengan ilmu, hikmah dan kebijaksanaan. Dengan ilmulah manusia akan memperolehi kebijaksanaan.Ilmu dan kebjaksanaan ini tidak diberikan wewenang kepada sesiapa oleh Allah yang merupakan Pemilik dan Sumber Ilmu. Kebijaksanaan adalah terkhusus kepada para Nabi dan Rasul kerana mereka adalah Pesuruh-Pesuruh Allah yang akan memberikan kebijaksanaan (veda), kemajuan dan tamadun kepada umat manusia.



Kitab Veda diperolehi secara ‘sruti’ iaitu sabda suci yang merupakan ajaran langsung yang diwahyukan oleh Brahman (Supreme God – Tuhan Agong) kepada setiap ‘rishi’ dan ‘maha rishi’ (orang suci). Ajaran dalam kitab Veda juga dihasilkan menerusi ‘smirti’ iaitu tradisi dalam bentuk ucapan, perbuatan dan tulisan dari seseorang rishi atau ajaran guru (archaya) dan avatar.Para rishi dan maha rishi menerima ajaran dalam keadaan ‘samadhi’ iaitu secara bersemadi atau bersunyi diri.


Keterangan di atas menghampirkan Veda dengan tradisi penurunan agama Tauhid melalui firman Allah kepada para Nabi dan Rasul rh yang diterima melalui khilwah dan bertapa atau mengasingkan diri dari kesibukan manusia dan dunia. ‘Sruti’ hampir atau bagaikan menyamai tradisi penurunan wahyu sementara ‘smirti’ menghampiri tradisi Hadis dan Sunnah Rasul. Dengan begitu tentulah ‘Sruti’ bererti Firman Tuhan (wahyu) sementara ‘smirti’ adalah Sabda Junjungan (hadis) dari para Nabi dan Rasul (rishi dan maha rishi).

Selain itu Veda juga diertikan ‘kebijaksanaan dari Cahaya Putih’. Pemilik dan sumber kebijaksanaan adalah Allah Rabbul Alamin. Allah adalah sumber bagi segala sesuatu di seluruh alam semesta ini. Apabila Veda bermakna ‘kebijaksanaan dari Cahaya Putih’, maka Cahaya Putih amatlah sinonim dengan Firman Allah swt:



Allah Cahaya Langit dan bumi’ - An Nuur:35)


Adalah dipercayai kitab Veda yang mengandungi bait-bait puisi, doa dan upacara-upacara keagamaan ini digubah secara bertulis dalam tempoh melebihi jangkamasa seribu tahun bermula 1400sm. Sebelum Veda dikenali dalam bentuk tulisan, ajaran-ajaran Brahman ini hanya wujud secara lisan dan pertuturan. Justru apabila kitab Veda berjaya dikumpulkan secara bertulis, maka Veda merupakan satu-satunya kitab agama terawal yang ada pada tangan manusia dan tersimpan sehingga kini. Apakah tidak mungkin di dalam Vedalah barangkali tersimpan sebahagian ajaran-ajaran Tauhid yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul rh pada zaman ribuan tahun Sebelum Masihi melalui Suhuf-Suhuf yang berjumlah 100 buah yang diturunkan oleh Allah Tuhan Semesta Alam?


Ajaran Tauhid adalah ajaran yang satu dan sama; atau tetap serupa mengenai doktrinnya, yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dari Nabi Adam as sehinggalah kepada zaman Nabi Muhammad saw ajaran Tauhid – meliputi soal-soal ketuhanan dan kerasulan, akhlak dan tingkah laku, konsep dosa dan pahala, syurga dan neraka, konsep pengabdian kepada Tuhan, konsep dunia dan akhirat, hakikat roh dan mikraj rohani, hadap hati dan pegangan hati, mujahadah, muraqobah dan musyahadah, zuhud, syukur, tawakal, redha, cinta Allah dan Rasul dan sebagainya; semestinya sama – dahulu, sekarang dan sampai kiamat. Inilah sesunguhnya yang telah terbukti dalam ajaran Hinduisme, sebagai agama yang bersumber dari Tauhid, yang diturunkan dari langit oleh Tuhan Yang Maha Esa, Allah Tuhan seluruh umat manusia dan Tuhan bagi seluruh alam semesta.Sebanyak mana yang ditemui ada persamaan dan unsurnya, maka di situlah kebenaran Tauhid dan kebenaran persangkaan bahawa Agama Hindu juga adalah agama yang diturunkan dari langit, bukannya agama budaya sebagaimana yang dikategorikan selama ini.
Mengenai hal ini Al Quran menjelaskan:


`Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab iaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata kerana dengki antara mereka. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus’
(Al Baqarah:213)

Akan tetapi sebahagian besar manusia oleh godaan syaitan telah terkeluar dari ajaran Tauhid.Firman Allah swt:


`Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan.’ (Al Mukminuun:53)



‘.. segolongan dari mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui’(Al Baqarah:75)


Firman seterusya:

"Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, pada hal mereka mengetahui’ (Al Baqarah:146)



Sedangkan di sisi Allah swt agama Tauhid tetap satu – dulu, sekarang dan untuk selama-lamanya. Pada zaman Nabi Muhammad saw baharulah ajaran Tauhid yang melalui proses evolusi ribuan tahun menjadi lengkap dan sempurna kerana Baginda saw adalah ‘insan kamil mukamil’, insan teragung yang menyempurna dan memanifestasikan seluruh kesempurnaan Zat Wajibal Wujud, untuk kehidupan umat manusia sehingga berakhirnya kehidupan dunia.Betapa agungnya firman Allah Azza Wajalla mengenai insan awal hakiki ini:

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad saw) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam’ (Al Anbiyaa:107)


Dengan kata-kata lain, ajaran tauhid yang melalui proses evolusi sejak dari zaman Nabi Adam as terus memaju dan memperkembangkan tamadun dunia, dibawa sambung menyambung oleh 124,000 orang Nabi dan Rasul, lantas apabila ‘zahirnya’ insan awal hakiki ini, sampailah dunia kepada kesempurnaan.Bersempena dengan itu Allah Taala berfirman:



`Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridai Islam itu jadi agama bagimu’ (Al Maaidah:3)

 ====================================================================

BRAHMAN


Berikut dipaparkan beberapa keterangan yang berkaitan mengenai Ketuhanan Brahman melalui beberapa sumber.

· Menurut Joesoef Sou’yb dalam bukunya Agama-Agama Besar Di Dunia menjelaskan dalam Veda dinyatakan bahawa Brahman itu merupakan Wujud Tunggal Pencipta, memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, tidak dapat didengar. Ia dikenali melalui pernyataannya di dalam alam semesta. Brahman itulah sahaja yang mesti disembah dan dipuja, lainnya tidak.


· Edward Rice pula menerangkan mengenai Brahman seperti berikut:
‘The Supreme Reality conceived of as one and undifferentiated, static and dynamic, yet above all definations; the ultimate principle underlying the world, ultimate reality:’Without cause and without effect, without anything inside or outside,’ according to the sage Yajnavalkya” Brahman is he whom speech cannot express, and from whom the mind, unable to reach him, comes away baffled,’states the Taittriya Upanishad. Brahman is now of interest more as a philosophic concept of past ages than as an active principle – to be meditated upon, but not adored or worship’.


· Brahman adalah satu konsep yang dikaitkan dengan maksud ‘tuhan berada di mana-mana malah setiap individu adalah tuhan’. Dalam kitab Veda Brahman dikatakan bersabda dalam bahasa Sanskrit: ”Ahum Brahmmasmi” yang bermaksud ‘I am the totality’ atau ‘Akulah yang meliputi’.


· Mengikut Upanishad, pada permulaan wujud, tidak ada wujud sesuatu, semuanya mati, tetapi yang ada ialah nyawa, yang ada ialah Brahman. Brahman ialah suatu kekuatan ketuhanan yang neutral, suatu kekuatan tenaga yang suci. Dan ia juga dimaksudkan sebagai ‘nyawa alam semesta’ dan ‘zat ketuhanan sejagat’.


· Brahman adalah yang benar daripada yang benar, yang nyata daripada yang nyata. Brahman adalah nyawa yang melingkupi semua alam nyata ini. Semua yang wujud ini berasal dari Brahman dan akan kembali kepadanya. Manusia datang dari Brahman, bernafas di dalam Brahman dan akan lenyap ke arah Brahman.(Dari Adam Sampai Muhammad hal. 169)



· Sankara iaitu seorang komentatur terpenting pada abad ke 9M, pengasas mazhab Sankara-charya menyatakan ‘dunia bukanlah ilusi semata-mata, sebaliknya menefestasi Brahman itu sendiri – hanya yang bijaksana dapat melihat kebenaran ini’.



Berikut adalah unsur-unsur Tauhid sekitar ketuhanan Brahman apabila dikaitkan dengan Ketuhanan Allah Rabbul Alamin.

Brahman adalah Wujud Tunggal Pencipta atau tuhan yang satu samalah dengan ‘Katakanlah: Dialah Allah Tuhan Yang Maha Esa’ (Al Ikhlas:1).
Allah adalah nama bagi zat - Zat Allah Yang Maha Esa. Allah adalah nama Tuhan yang termaktub dalam Kalimah Tauhid ‘Laa illa ha illallah” – Tiada Tuhan Selain Allah. Apabila tercipta Hakikat Muhammadiah (Nur Muhammad saw), maka Kalimah Tauhid menjadi lengkap bersama Kalimah Rasul ‘Laa illa ha illallah Muhammadar Rasulullah’ – Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasul Allah’. Kalimah Tauhid inilah yang tertera di mana-mana sahaja di pepenjuru alam termasuk di syurga yang disaksikan sendiri oleh Nabi Adam as sebelum Baginda as dikeluarkan dari syurga.


Allah adalah Zat Yang Maha Tunggal, bukan dua atau tiga atau lebih banyak daripada itu. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tetapi memiliki Sifat-Sifat Kesempunaan yang tidak terhingga jumlahnya. Sebahagiannya tersembunyi dalam nama-namaNya Yang Agung.Firman Allah:



‘Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)’ (Thaaha:8)


Ada sejumlah 99 nama-nama Allah yang baik yang menjadi pengistiharan Keagungan dan KemuliaanNya.

Seandainya Brahman dalam bahasa Sanskrit merujuk kepada nama Zat Tuhan sebagaimana nama Allah, maka bererti Brahman dan Allah merujuk kepada perkara yang sama iaitu nama bagi Zat yang bersifat Maha Tunggal. Kitab Tauhid menerangkan bahawa permulaan bagi segala sesuatu adalah dari Allah - NurNya.Firman Allah:

“Dialah Yang Awal….’ (Al Hadiid:3)


“Allah Cahaya langit dan bumi’ (An Nuur:35)


Apakah dalam bahasa Sanskrit, Brahman bermaksud Tuhan Yang Maha Pemurah sebagaimana istilah Ar Rahman dalam Bahasa Arab? Tidakkah pula Wujud Tunggal Pencipta sama dengan Zat Yang Maha Esa? Soalan-soalan ini perlu diberi perhatian oleh pakar bahasa Sanskrit untuk memberi makna yang tepat mengenai Brahman.



Apabila dihuraikan Brahman dari segi zat maka amatlah sinonim dengan Allah Taala yang ZatNya adalah satu kefahaman metafizika yang terjauh dari segala yang terjauh, kefahaman yang terdalam dari segala yang terdalam dan samasekali tidak dapat dicapai oleh minda. Firman Allah Taala:

‘dan tidak ada suatupun yang setara dengan Dia’ (Al Ikhlas:4)


Pesan Nabi Muhammad saw:



`Bertafakurlah (berfikir) pada makhluk Allah dan jangan kamu bertafakur pada Zat Allah Taala’

Brahman berada ‘di mana-mana’ atau ‘meliputi’, ‘the ultimate principle underlying the world’ samalah dengan ‘..dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu’ (An Nisaa:126) iaitu Allah adalah Hakikat Wujud.



Setiap individu adalah tuhan samalah/hampir samalah dengan ‘Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia’ (Al Israa:60)

Dunia adalah ‘menefestasi Brahman’. Menefstasi ertinya tajalli yakni penzahiran dari abstrak kepada konkrit, dari ghaib kepada nyata. Allah adalah Zat Ghaibul Ghuyub dan menjadi Punca dan Sumber Kewujudan. Tajalli adalah dari Zat kepada Sifat atau dari Nur Allah kepada Nur Muhammad saw sehinggalah seterusnya terciptalah hakikat maujud segala sesuatu. Konsep ini tersimpul dalam firman Allah swt:


Sesungguhnya keadaanNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadaNya:”Jadilah!”, maka terjadilah ia’ (Yaasiin:82).


Juga menerusi firmanNya:


‘Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin’ (Al Hadiid:3)


‘Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia’ (Al Israa:60)


‘..dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu’ (An Nisaa:126)








‘Hanya yang bijaksana dapat melihat kebenaran ini’ (iaitu Brahman adalah menefestasi/meliputi). Sesuailah dengan konsep Makrifat Sifat. Hanya dengan pencapaian ilmu makrifah dan kasyaf. Sesuai dengan Sabda Penghulu Junjungan saw: ‘Bermula, awal-awal agama ialah mengenal Allah’. Dengan mengenali Allah, ‘kebenaran’ akan terbuka.


`Tanpa sebab dan akibat’ (without cause and without effect) - Sesuailah dengan Sifat Qidam (Ilmu Sifat 20) – Bahawa sesungguhnya Allah Taala bersifat Semulajadi/Sediakala. ‘Dialah Yang Awal…’(Al Hadiid:3)


‘Tidak di dalam dan tidak di luar sesuatu’ (without anything inside or outside) adalah sifat Zat Allah swt persis rasa masin dan manis dalam air yang samasekali tidak dapat dipisah-pisah atau diasing-asingkan (undifferentiated). Sifat ‘Berdiri Allah Taala dengan sendiriNya’ (Qiamuhu Taala Binafsih - Sifat 20) yakni Allah Taala tidak bergantung kepda sesuatu, sebaliknya segala sesuatulah yang bergantung kepadaNya, kepada kudratNya : ‘dan tidak ada suatupun yang setara dengan Dia’ (Al Ikhlas:4)


‘Bicara tanpa suara’, (Brahman is he whoms speech cannot express) iaitu tradisi dan sifat wahyu – ‘sruti’ dalam Sanskrit; disampaikan kepada para Nabi dan Rasul – ‘risyi’ dan ‘maha risyi’ dalam Sanskrit, bahawa Allah Taala berbicara/berfirman tidak sebagaimana manusia berkata-kata dengan adanya mulut dan lidah, ada suara dan huruf-huruf tulisan. Firman Allah swt:


‘Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahawa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki.Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuk dengan dia sesiapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (iaitu) jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.Ingatlah, bahawa kepada Allah lah kembali semua urusan’ (Asy Syuraa:42:51-53)



Konsep enigma Brahman dalam Bhagavad Gita diilustrasikan sebagaimana berikut iaitu mengenai seorang anak yang pergi jauh selama 12 tahun dengan tujuan mempelajari Veda dan pulang dengan perasaan bangga:


“Letakkan garam ini di dalam air dan esok pagi datanglah semula”
Svetaketu melakukan seperti diarahkan dan pada pagi esok ayahnya berkata kepadanya:





“Ambil balik garam yang awak letakkan dalam air semalam dan serahkan kepada ayah”


Svetaketu melihat ke dalam air tetapi tidak lagi melihat garam kerana garam telah larut. Ayahnya kemudian berkata:


Cuba rasa air itu? Bagaimana rasanya?”


“Masin!”


“Rasa di bahagian tengah pula. Bagaimana?”


“Masin”


“Rasa dari sebelah sana pula. Bagaimana?”


“Masin”


“Carilah semula garam itu dan berikan kepada ayah”


Si anak lantas menjawab:


” Saya tak nampak lagi garamnya ayah. Saya cuma nampak air!”


Ayahnya kemudian berkata:


”Begitulah anakku! Awak tidak akan dapat melihat roh. Tapi yang sebenarnya roh itu ada. Satu hakikat dan intipati yang amat halus dan tak boleh dilihat. Itulah Roh (Spirit) bagi seluruh alam semesta. Itulah Kewujudan (Reality). Itulah Kebenaran- Al Haq (Truth). ITU ADALAH ENGKAU!”


Konsep falsafah ketuhanan Brahman atau Hakikat Kewujudan sinonim dengan apa yang disajikan dalam kiasan Tasauf Islam. Samalah juga seperti mencari manis gula dalam secawan air. Biji-biji gula yang telah larut di dalam air tidak lagi kelihatan kerana yang wujud hanyalah rasa manisnya. Gula adalah sifat bagi manis, sebagaimana garam sifat bagi masin yang kedua-duanya - manis dan masin - telah lebur dalam kewujudan air. Tidak lagi dapat dilihat sifat garam dan gulanya, apatah lagi hakikat masin dan manisnya kerana semuanya telah lebur dalam kewujudan zat bernama air.Beginilah analogi hubungan hamba (salik) dengan Khaliqnya atau hakikat alam seluruhnya yang diistilahkan dengan Supreme Reality dan Ultimate Reality.



Petikan-petikan berikut memberikan maklumat teologis yang lebih lengkap mengenai Brahman dan bandingkanlah dengan keterangan Al Quran mengenai Ketuhanan Allah:





In the beginning there was Existence, One only, without a second (Pada permulaannya hanya ada satu Wujud, Maha Esa, tanpa ada yang kedua) - Upanishad, Chandogyia.


Before creation, all that was the Self, the Self alone. Nothing else was. Then Self thought: Let me send forth the worlds (Sebelum kejadian, seluruh yang ada cuma dia.Dia sahaja. Tidak ada yang lainnya. Kemudian dia berfikir:Biar Aku adakan alam semesta) - Upanishad, Aitareya


He thought: Behold the worlds. Let me now send forth their guardians. Then he send forth their guardians. (Dia berfikir: Lihat alam semesta. Biar aku adakan para penjaganya. Kemudian Dia mencipta penjaganya) Upanishad. Aitarey
Let a man, freeid from the taint of passion, worship Brahman alone (Mestilah seorang manusia, terbebas dari godaan nafsu, menyembah Brahman sahaja) Upanishad, Chandogya.


Brahman is supreme. He is self – luminous. He is beyond all thought. Subtler than the subtlest is He, farthest than the farthest, nearer than the nearest. He resides in the lotus of hearth of every being ( Brahman itu maha agung. Dia cemerlang sepanjang zatnya. Dia berada di luar seluruh pemikiran.Dia maha ghaib dari yang paling ghaib, maha jauh dari yang paling jauh, maha dekat dari yang paling dekat. Dia bersemayam di dalam seroja hati setiap makhluk) - Upanishad, Mundaka.(Agama-AgamaBesar Di Dunia hal. 44-45)


 ====================================================================

ZARAHUSTRA
(Penyebar Agama Zoroaster dan merupakan Nabi dan Rasul bagi Bangsa Parsi/Iran)





Zarahustra dilahirkan pada tahun 630sm. Dikatakan beliau dilahirkan dalam keadaan tersenyum sambil tangan menadah ke langit. Raja Durasan yang memerintah pada ketika itu, diberitahu oleh tukang tilik mengenai bayi ajaib yang dilahirkan itu dan meramalkan bahawa bayi itulah nantinya yang akan meruntuhkan berhala dan menggulingkan kerajaannya apabila beliau dewasa nanti.

Apabila mendengar ramalan ini Raja Durasan lantas mengadakan komplot untuk membunuh bayi tersebut supaya kerajaannya selamat. Bayi berkenaan kemudiannya berjaya diculik dan diperintahkan supaya dicampak ke dalam api. Berlakulah satu peristiwa yang menakjubkan, bayi berkenaan tidak mati dimakan api. Raja Durasan tidak putus asa. Sekali lagi bayi berkenaan diculik dan kali ini ditinggalkan di sebuah padang, lalu dilepaskan lembu-lembu lari berkeliaran. Sekali lagi berlaku keanehan, bayi berkenaan tetap selamat dari dipijak oleh gerombolan lembu-lembu tersebut.


Menjelang usia dewasa, Zarahustra dikatakan menghabiskan masa bermeditasi di Gunung Sabalan. Dengan tuntunan Vohu Manah beliau dapat mendengar kata-kata Tuhan dan menyaksikan keagungannya. Melalui peristiwa ini terhasillah ajaran ketuhanan yang diamakan Zoroasterianisme.


Menurut ajaran agama Zoroaster, ada dua kuasa dalam kehidupan dunia ini iaitu Ahura Mazda (Kuasa Baik) dan Ahriman/Angro Mainyu (Kuasa Jahat). Manusia dihidupkan oleh Ahura Mazda dan mati kerana dibunuh oleh Ahriman.Kedua-dua kuasa ini saling berperang melalui tindakan dan kehidupan manusia bahkan pertentangan dan pergolakan di dunia juga berpunca dari dua kuasa besar yang saling bertentangan ini. Untuk menghindari kuasa jahat Ahriman, manusia perlu membantu Ahura Mazda mengalahkan Ahriman. Ini boleh dilakukan menerusi tiga cara:



(i) Humata – Fikiran yang baik
(ii) Hukata – Perkataan yang baik
(iii) Huvarsta – Perbuatan yang baik.

Agama Zoroastranisme mengamalkan kepercayaan monoteisme - menyembah satu tuhan iaitu Ahura Mazda.Ahura Mazda mempunyai 101 nama. Antaranya Yazad (Yang Maha Disembah), Harvesp Agah (Yang Maha Mengetahui), Harvesp Tavan (Yang Maha Kuasa), Frashogar (Yang Maha Membangkitkan)


Ikrar dalam ajaran Zoroasterianisme “Aku mengaku diriku penyembah Mazda, pengikut Zarahustra yang membenci daevas dan mentaati hukum Ahura”.Ahura Mazda melambangkan Tuhan Terang iaitu cahaya. Ajaran ini berubah menjadi penyembah api (majusi) beberapa abad kemudian selepas kematian Zarahustra.


Pada bab pertama kitab YASHT terdapat 20 sifat Ahura Mazda yang diturunkan kepada Zarahustra “ Sebut dan ulangi namaku ini setiap hari dan setiap malam”


Agama ini menetapan kewajiban beriman juga kepada Spenta Mainyu iaitu 6 kuasa rohani yang dicipta oleh Ahura Mazda:
1. Vohu Manah – utusan/lambang ingatan yang baik.
2. Asha – lambang ketertiban dan keadilan
3. Kshatra – lambang kekuasan & kebijaksanaan.
4. Amaiti – lambang kesucian & penyayang
5. Hasvtat – lambang keamanan & kemakmuran
6. Ameretat – lambang keabadian & kestabilan.


Zarahustra menerangkan bahawa ada tiga penyelamat yang akan menyelamatkan manusia dari kezaliman dan menegakkan keadilan sebelum dunia kiamat. Mereka dilahirkan dari keturunan Nabi dan wanita suci. Jarak masa antara mereka ialah 1000 tahun. Mereka ialah:


a. Aushedar
b. Aushedaramah
c. Shayoshant


Shayoshant ialah penyelamat ketiga yang memerintah selama 1000 tahun. Selepas itu baru berlaku kiamat.


Mengenai Hari Akhirat, ajaran Zoroasterianisme menerangkan bahawa manusia akan mendapat balasan yang setimpal dengan amalan di dunia.Pada Hari Akhirat manusia dihidupkan kembali secara jasmani lalu di bawa mengadap Ahura Mazda untuk pengadilan terakhir.


Pada pengadilan terakhir manusia akan melalui titi ujian berama Cinvant atau Civanto Peretu. Suasana di titi ujian untuk pengadilan terakhir digambarkan seperti berikut:


o Di bawahnya terdapat gelombang cairan logam yang bernyala-nyala.
o Titian lebih halus dari rambut yang dibelah tujuh
o Mereka yang banyak amalan baik melintasi dengan mudah yang jahat jatuh ke bawah
o Orang baik dimasukkan ke Paridaeza
o Orang jahat dimasukkan ke Genhannam.

 =================================================================

SIDDHARTHA GAUTAMA SEORANG NABI?









Dilahirkan pada 563sm di timur laut India.Nama keluarganya ialah Gautama dan nama sebenarnya ialah Siddhartha.Siddhartha adalah seorang putera raja iaitu Raja Suddhodhana dari kerajaan Kavilawastu wilayah Nepal. Beliau mendapat pengetahuan yang baik dalam ajaran Hindu sehinga beroleh Selempang- Suci (sacred-Cord). Ibunya mati ketika dia berusia seminggu dan sejak itu dia dipelihara oleh ibu saudaranya yang juga merupakan isteri kedua ayahnya.



Seorang tukang tilik telah meramalkan bahawa Siddhartha akan menjadi seorang raja yang agung kalau dia kekal tinggal di istana, tetapi kalau dia meninggalkan istana dia akan menjadi seorang penyelamat kepada manusia. Maklumat ini menggusarkan ayahnya kerana sang raja mahu anak lelakinya menggantikan takhtanya.Oleh kerana baginda mahu memastikan Siddhartha kekal di istana, dia telah diberikan segala kemewahan dan keseronokan hidup dan menghindarkannya dari segala sesuatu yang buruk dan menyakitkan pandangan.

Sidhartha akhirnya berkahwin dengan Puteri Yasodhara dan dikurniakan seorang anak bernama Rahula, tetapi dia tetap merasa terpenjara dalam segala kemewahan istana.Pada suatu hari dia menyatakan hasratnya ingin melihat dunia di luar istana. Lawatan singkat ini telah samasekali menukar cara hidupnya, kerana dalam perjalanan di luar istana dia telah menemui empat peristiwa yang menganggu jiwanya.


Walaupun bapanya mengarahkan supaya semua jalan-jalan yang bakal dilalui dibersihkan dan dihias indah dan semua orang-orang tua dan cacat dilarang keluar dari rumah masing-masing, tetapi tidak semuanya mendengar arahan itu. Perkara pertama yang mencemarkan pemandangan ialah apabila Siddhartha terlihat seorang lelaki tua yang sangat daif. Bila Siddhartha bertanya mengenainya, dia diberitahu bahawa lelaki itu adalah seorang yang sudah tua dan seperti itulah juga semua manusia nanti.


Kemudian dia terlihat seorang lelaki yang sakit dan diterangkan kepadanya bahawa semua manusia pada bila-bila waktu sahaja boleh jatuh sakit dan akan menderita sepertinya. Kemudian dia melihat pula satu upacara pengkebumian apabila satu mayat sedang diusung ke tempat pembakaran, dan para pengiring meratapi kematiannya. Bila ditanya apakah makna semuanya itu, putera raja itu diberitahu bahawa begitulah perjalanan hidup, lambat laun tidak kira samaada seseorang itu anak seorang raja atau anak seorang yang papa kedana semuanya akan mati.


Pemandangan terakhir ialah terlihat seorang rahib sedang meminta sedekah. Ketenangan yang kelihatan pada wajah rahib tersebut meyakinkan Siddhartha bahawa gaya hidup sedemikian adalah sesuai untuknya. Segera selepas itu dia meninggalkan istana dan keluarganya dalam usaha mencari cahaya terang (enlightenment). Malam dia meninggalkan rumah untuk mencari sinar terang dikenali sebagai Pengorbanan Besar (Great Renunciation).


Sewaktu berusia 39 tahun pada tahun 524sm Sidhartha menyamar sebagai seorang pengemis yang menghabiskan waktunya berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain selama hampir tujuh tahun mencari kebijaksanaan (wisdom). Dia tidak puas hati dengan konsep kebenaran (truths taught) dalam Agama Hindu dan jiwanya sentiasa kecewa dan memberontak terhadap kehidupan di sekitar dirinya. Kekecewaannya ini menyebabkan dia meneruskan pencarian untuk menjawab soalan-soalan yang berlegar dalam fikirannya. Berbagai-bagai soalan menerpa hatinya mengenai Hinduisme dan kewujudan (reality).Dia mencuba cara hidup menahan makan dan menyiksa diri (asceticism) tapi kehidupan sebegini tidak membawa kedamaian.



 Akhirnya beliau bertapa selama 45 hari di Uruvala dekat Benares. Hari bertuah tiba dalam hidupnya sewaktu dia sedang bertafakur di bawah sepohon pokok (fig tree) dan di sana beliau memperolehi nirvana . Sempena peristiwa itu pokok tersebut dinamakan bodhi atau pokok bo, pokok kebijaksanaan.Kebenaran yang dipelajarinya perlu disebarkan kepada dunia, dan sejak itu dia bukan lagi sebagai Siddharta Gautama tetapi sebagai Buddha iaitu Pemberi Cahaya (The Enlightened One).

Apabila Buddha menamatkan pertapaannya dia lantas menemui lima orang rahib yang juga adalah teman-temannya sewaktu bertapa menyiksa diri dahulu. Kepada merekalah Buddha memulakan pengajaran agamanya di Sarnath dekat Benares.Kutbah Pertama (First Sermon) kepada rakannya itu menjadi asas ajaran dari keseluruhan ajarannya, terkenal dengan sebutan Empat Kebenaran Mulia/Utama dan Lapan Jalan Kebajikan/Lorong Lapan Lapis.

Selama lebih 40 tahun beliau menyebarkan agama.Beliau meninggal dunia pada tahun 483 sm di Kusinare ketika berusia 80 tahun akibat termakan makanan beracun di Papar.

Unsur Islam Dalam Sejarah Siddharta Gautama Mencari Cahaya.

1. Pengorbanan Besar (Great Renunciation).


Dalam kehidupan sufisme dan kerohanian, memang menjadi kebiasaan bagi pengamal ilmu Tasauf ‘keluar dari dunia’ kerana berpegang kepada firman Allah seperti berikut:

Makan janganlah kamu dapat ditipu oleh kehidupan dunia’ (Luqman:33)


Dan tiadalah kehidupaan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. – Al An’aam: 191


Katakanlah: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu saudara-saudaramu, perempuan-perempuanmu, kaum keluargamu, kekayaan yang kamu perolehi, perniagaan yang kamu khuatiri menanggung rugi dan tempat tinggal yang kamu sukai;kalau semua itu (dunia) lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya, dan dari berjuang (berjihad) di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintahNya’ (At Taubah:24)


Sabda Rasulullah saw



Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir’ – Ihya Ulumiddin Jld.5 hal.9

Demikianlah juga pernah berlaku dalam pengalaman hidup seorang wali Allah yang agung iaitu Ibrahim bin Adham ra. Kisah hidupnya mirip kisah Gautama Buddha. Beliau adalah seorang raja yang kehidupannya penuh dengan kemuliaan dan kebesaran. Pada akhirnya Ibrahim Adham ra meninggalkan takhta dan keluarganya mengikut suara hati. Baginda keluar mengembara mencari sesuatu, oleh sesuatu yang tidak sempurna di dalam jiwanya dan akhirnya setelah bertahun-tahun beruzlah Ibrahim Adham ra memperolehi makna sebenar dalam kehidupan dan menjadi salah seorang wali Allah yang agung.


Gautama Buddha telah mendahului selama ribuan tahun sebelum Ibrahim Adham menjejaki jalan hidupnya. Bukan mudah untuk berpisah dengan dunia apatah lagi dunia yang dipenuhi dengan segala kesenangan, kemewahan, kebesaran dan kemuliaan kalau tidak memiliki jiwa kerohanian yang tinggi. Inilah jalan hidup Rasululah saw, para sahabat dan para auliya Allah yang memilih akhirat. Firman Allah swt:


Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, nescaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’ (Huud:11:15-16)


Hadis Nabi saw: ‘Barangsiapa mencintai dunia, nescaya membawa kepada melarat akhiratnya.Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, nescaya membawa melarat kepada dunianya.Maka utamakanlah yang kekal, atas apa yang fana’ – Ihya Ulumiddin Jld. 5 hal.9



Sidhartha Gautama Buddha sesungguhnya telah melakukan pengorbanan besar ‘meninggalkan dunia’ untuk memilih jalan Tuhan `cahaya yang terang’ sehingga menjadi Buddha iaitu Pemberi Cahaya, cahaya dari Tuhan. Firman Allah Taala:

"Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An Nahl: (95-96)

2. Mencari Cahaya Terang (Enlightenment)


Mencari ‘cahaya’ adalah wajib bagi semua manusia kerana tanpa cahaya manusia berada dalam kegelapan. Kegelapan ertinya tidak ada iman dan Tauhid; apabila jiwa dipenuhi oleh kesyirikan, kekafiran, kemunafikan, kefasikan dan seumpamanya. Itulah erti zulmat dan kegelapaan dan inilah yang menyebabkan tidak beroleh bahagia sejati, tidak beroleh ketenangan jiwa dan mendapat pula sebaliknya, musibah kecelakaan serta kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Cahaya ertinya sinar terang. Sinar terang bersumber dari Islam, Iman, Tauhid dan Makrifat dan ini adalah sumber ketenangan dan bahagia yang seluruhnya itu bersumber pula dari sumber cahaya iaitu Allah Tuhan Semesta Alam (Cahaya Allah).


Alam seluruhnya berada dalam kegelapan tanpa cahaya matahari. Mana-mana bahagian alam yang tidak mendapat cahaya matahari akan berada dalam kegelapan. Kegelapan atau zulmat dikaitkan dengan dunia iblis dan syaitan, kerana zulmat adalah lambang kejahatan dan neraka. Bahawa segala sesuatu tidak akan mendapat petunjuk dan beroleh kebenaran tanpa cahayaNya kerana mana-mana makhluk manusia yang tidak mendapat cahayaNya bererti berada dalam zulmat iblis dan syaitan. Firman Allah swt:


Dialah (Allah) yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya’ (Al Ahzab:33:43)


Allah adalah sumber cahaya dan sebab bagi kewujudan sebagaimana Firman Allah swt:




Allah Cahaya Langit dan bumi’ - An Nuur:35)



Rasulullah saw juga adalah cahaya (Nur Muhammad). Al Kitab iaitu terdiri dari Al Quran, Zabur, Taurat, Injil dan Suhuf juga cahaya. Firman Allah swt.
Sesungguhnya telah datang kepadamu Cahaya dari Allah ( Muhammad saw) dan Kitab yang menerangkan’ ( Al Maaidah:15)


Oleh sebab itulah Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya “Miftah al Sa’adah mengatakan:’ Kalaulah tidak kerana nubuwwat (kenabian) tidak akan ada langsung dalam alam ini ilmu yang bermunafaat, amal salih dan kebaikan dalam kehidupan manusia (cahaya)’.

Menunjukkan bahawa dunia adalah pentas ujian untuk manusia memilih antara dua iaitu Cahaya Allah swt atau Zulmat Iblis.Bila Siddhartha Gautama mencapai nirvana bolehlah diertikan beliau telah memperolehi cahaya yang dicarinya iaitu kebenaran keTuhanan Allah, kebenaran keRasulan Nabi Muhammad saw dan Al Kitab. Selepas memperolehi cahaya, maka menjadi wajib baginya – andaikan dia seorang Rasul - memberikan cahaya kepada pengikutnya. Ini sesuailah dengan istilah yang diberikan oleh pengikutnya kepadanya ‘Buddha’ yang bermakna Pemberi Cahaya (The Enlightened One).


Kesah Gautama Buddha memperolehi cahaya menerusi meditasi mirip kesah Nabi Musa as bermeditasi di Gunung Tsur sebelum dilantik menjadai Rasul. Bermeditasi untuk mendapat ‘cahaya’ adalah antara jalan-jalan ibadah kerohanian yang dilalui oleh para Nabi dan Rasul serta auliya-auliya Allah yang agung.



Demikian Rasulullah saw sendiri, walaupun Baginda saw adalah awal hakiki, tetap perlu menerima cahaya apabila berada di alam soghir di dunia ini. Di Gua Hira bermulanya Baginda saw menerima cahaya apabila diturunkan Surah Al Alaq:96:1-5.


Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’

Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang mendapat cahaya yang bersinar terang persis matahari, bulan dan bintang. Demikian juga para auliya Allah, syidiqin, hamba-hamba Allah yang solleh dan syuhada. Semua mereka yang mendapat kemuliaan di sisi Allah swt menempuh jalan mujahadah untuk mendapat cahaya – ibadah yang khusus dan banyak, berkhilwah, beruzlah, bermeditasi, bertapa, dan berbagai-bagai istilah yang seumpama, bagi mendapat pencerahan jiwa dan cahaya khusus dariNya dan denganNya, jauh dari hiruk-pikuk keduniaan. Orang-orang biasa dari kalangan umat Islam memperolehi cahaya sekadar iman masing-masing dan sesiapa yang tidak cukup sinar terangnya sewaktu meniti siratul mustaqim lantas terjatuh ke dalam neraka. Namun selagi ada iman walau kadar sezarah, maka itulah kadar cahayanya yang menyelamatkannya dari siksaan neraka untuk hari merdeka selepas 7,000 tahun siksaan.

Maka kalau semua Nabi dan Rasul adalah Pemberi Cahaya yang bersumber dari Zat Yang Menjadi Sumber Cahaya (Allah swt), maka Siddharta Gautama juga telah diberi gelaran Buddha yang bermakna Pemberi Cahaya! (The Enlightened One).

3. Pembaharu Agama.


Apakah Gautama Buddha merupakan seorang Nabi atau Rasul yang diutuskan untuk memperbaharui atau memperbetulkan agama setelah agama Sanatara-dharma iaitu ‘agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan (abadi)’ berubah menjadi Agama Hindu yang penuh dengan pertelingkahan mengenai kasta, disamping berbagai-bagai amalan dan adab-adab yang pelik yang bercanggah dengan kemurniaan Tauhid KeEsaan?

Dalam hal ini Sri Swami Sivananda menjelaskan:


In the sixth century before the Christian era, religion was forgotten in India. The lofty teachings of the
Vedas were thrown into the background. There was much priestcraft everywhere. The insincere priests traded on religion. They duped the people in a variety of ways and amassed wealth for themselves. They were quite irreligious. In the name of religion, people followed in the footsteps of the cruel priests and performed meaningless rituals. They killed innocent dumb animals and did various sacrifices.


Seterusnya beliau menerangkan:

The country was in dire need of a reformer of Buddha's type. At such a critical period, when there were cruelty, degeneration and unrighteousness everywhere, reformer Buddha was born to put down priestcraft and animal sacrifices, to save the people and disseminate the message of equality, unity and cosmic love everywhere.


Sesungguhnya agama Tauhid sememangnya bersifat membersihkan dan memurnikan. Apabila telah berlaku penyelewengan dari ajaran asal maka diutuskanlah para Nabi dan Rasul silih berganti. Iblis dan bala tenteranya – terdiri dari syaitan, nafsu amarah, sifat-sifat mazmumah, perbuatan maksiat, dunia dan sebagainya mengajak manusia supaya mensyirikkan Allah, menentang sunnah Rasul, mengikuti nafsu amarah, mengerjakan perbuatan munkar dan maksiat, mengotori jiwa dengan sifat-sifat kekejian zahir dan batin dan menghambakan diri kepada dunia dan harta, sesama manusia, nafsu, akal dan syaitan.


Sebaliknya Agama Tauhid menyeru manusia supaya memusuhi syaitan dan bala tenteranya untuk mentauhidkan Allah dan Rasulnya, mengesakan Zat, Sifat, Asma dan Afaal Allah swt dan menjunjung seluruh titah perintah dan meninggalkan seluruh larangan Allah swt dan RasulNya Nabi Muhammad saw. Inilah ajaran Tauhid yang dibawa oleh semua para Nabi dan Rasul sepanjang zaman yang tersimpul dalam dua kalimah syahadat ‘Laa illa haillallah Muhammadar rasuulullah’.

4. Konsep Kebenaran (Truths Taught) dan Kewujudan (Reality)

Lawatan singkat Siddhartha Gautama untuk melihat kenyataan sebenar mengenai dunia dan kehidupan di luar istana telah menimbulkan gambaran yang mengelirukannya. Jiwanya yang memang tidak menemui ketenangan sebenar dalam kehidupan mewah di istana, lantas menjadi kacau dan bercelaru melihat dunia yang serba daif dan kehidupan rakyat yang tidak sempurna yang jauh benar bezanya dengan kehidupan di istana yang serba lengkap, indah dan sempurna.

Melihat beberapa fenomena baru dalam kehidupan yang selama ini tidak terfikirkan, menyebabkan jiwanya yang halus menjadi terganggu dan keliru – timbullah berbagai-bagai perasaan dalam jiwanya – terkejut, sedih, kasihan dan sebagainya. Timbul pula berbagai-bagai pertanyaan dalam mindanya mengenai konsep hidup dan kehidupan. Apakah erti hidup? Kenapa hidup perlu melalui proses-proses dilahirkan, membesar, tua dan mati? Kenapa pula ada kesakitan dan kemudiannya kematian? Apakah pula mati itu?


Jiwanya menjadi gelisah. Semakin difikir semakin tidak menemui jawapan. Agama Hindu yang dianutinya ternyata tidak menyediakan jawapan yang memuaskan. Terlalu banyak jawapan dan pelbagai pula takrifan yang menambahkaan kekeliruan yang diberikan oleh golonan Brahmin menggambarkan betapa bercelaru dan bersimpang-siurnya ajaran Sanatara-dharma yang telah berubah menjadi Hinduisme itu. Jadi apakah jawapan yang benar dan di manakah kebenaran?



Beginilah yang lazim terjadi kepada manusia-manusia berjiwa mulia. Orang-orang yang mulia jiwanya biasanya memiliki perasaan yang seni dan halus berbanding dengan orang-orang selainnya yang memiliki jiwa yang kasar dan keras. Orang-orang yang berjiwa halus memerlukan jawapan-jawapan yang jelas, tepat dan pasti mengenai kebenaran dan kewujudan kerana selagi belum mendapatnya, selagi itulah ketenangan dan bahagia sejati tidak diperolehi.Berbeza dengan orang-orang yang kasar jiwanya yang leka bersenang-senang dengan nafsunya yang rendah dan asyek dengan nikmat dunia yang fana.


Bahawa sesungguhnya kebenaran dan kewujudan hakiki yang dicari tidak akan ditemui selagi belum mendapat atau menyaksikan atau mengalaminya sendiri.Perhatikan firman Allah swt mengenai perkara ini:

‘Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al Quran itu adalah benar (Fusysyilat:41:53)


‘Dan dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan?’ (AzZariat:51:21)




Justru jalan bagi mendapatnya ialah dengan menyendiri untuk semata-mata bersamaNya; Yang Empunya Kebenaran dan Kewujudan Hakiki. Inilah medan perjalanan hidup yang ditempuhi oleh para Nabi dan Rasul dan para auliya Allah yang agung – tersembunyi dalam kehidupan sufisme dan tasauf yang sudah begitu lama terpinggir dan dipinggirkan dari persada ilmu.

5. Mati Diracun

Menjadi sunnah dalam perjuangan menegakkan agama Tauhid - setiap pendukung dan pembawa kebenaran akan ditentang. Yang menerima dan menyokong amat sedikit berbanding dengan yang mengengkari dan menentang. Firman Allah swt:



`Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman’(Yunus:103)



`Alif lam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Quran) dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman’ – (Ar-Rad:13.1)

Inilah sunnah para Nabi dan Rasul iaitu golongan yang menentang adalah majoriti berbanding dengan segolongan minoriti yang menerima kebenaran dan terdiri pula dari lapisan masyarakat bawahan yang lemah, miskin dan serba kekurangaan. Nabi Muhammad saw sendiri pernah cuba diracun oleh kaum Yahudi apabila dihadiahkan daging kambing yang telah siap digoreng. Tetapi Rasulullah saw tidak sempat memakannya kerana kebesaran mukjizat Baginda saw sehingga lengan kambing tersebut berbicara memberitahu Nabi saw; “Jangan engkau makan aku kerana aku beracun!” (Ihya Ulumiddin Jld. 2 hal.194).


Gautama Buddha diriwayatkan menderita beberapa tahun dan memberitahu pengikutnya dia sudah tua dan akan mati dan ini menjadi kenyataan apabila beliau meninggal dunia pada tahun 483 sm di Kusinare ketika berusia 80 tahun akibat termakan makanan beracun di Papar.

6. Sinar Terang Buddha (Nirvana).


Sewaktu dalam meditasinya, Siddhartha telah mencapai darjah tertinggi mengenai kesedaran Ketuhanan yang dinamakan nirvana. Ini adalah istilah dalam bahasa Pali, tetapi dalam bahasa Sanskrit ialah moksya.Kebenaran yang diperolehinya menyebabkan beliau perlu menyebarkan ajarannya kepada dunia. Sejak itu beliau bukan lagi sebagai Siddharta Gautama tetapi sebagai Buddha iaitu Pemberi Cahaya (The Enlightened One).
Sebaik beliau menamatkan pertapaannya dia lantas menemui lima orang rahib yang juga adalah teman-temannya. Kepada merekalah Buddha memulakan pengajaran agamanya di Benares.




7. Wahyu Yang Maha Esa

Menerusi nirvana Siddhartha Gautama telah dianugerahkan ajaran yang dikenali Empat Kebenaran Mulia dan Lorong Lapan Lapis. Ini diterimanya setelah beliau mencapai nirvana pada ketika berusia menjelang 40 tahun, setelah bertapa selama 45 hari di bawah pohon bodhi di Uruvala, Naples. Inilah pengalaman agung yang juga dialami oleh seorang Nabi Parsi, Zarahustra setelah bermeditasi di Gunung Sabalan dan dengan pimpinan Vohu Manah, telah mendengar suara ketuhanan dan melaluinya muncullah agama Zoroasterianisme.

Demikian juga Nabi Musa as, setelah bermunajat selama 40 hari di Gunung Thur telah mendapat risalah Ketuhanan yang di namakan The Ten Commendement lalu seterusnya dianugerahkan Kitab Taurat. Ahli Falsafah Greek yang masyhur Socrates dikatakan mengalami berbagai-bagai pegalaman ajaib kerohanian dan ini dialaminya beberapa kali dan disaksikan sendiri oleh ramai manusia. Diriwayatkan, dalam satu perjalanan menghadiri satu majlis bersama-sama teman, beliau tiba-tiba berhenti dari berjalan dan berdiri tidak bergerak-gerak selama beberapa ketika. Temannya yang telah biasa dengan perangainya yang pelik itu meneruskan perjalanan, dan apabila pulang setelah majlis berakhir, Socrates masih lagi seperti tadi; berdiri tegak tidak bergerak-gerak dan tidak memberi sebarang reaksi kepada persekitaran. Terpaksalah rakan-rakannya menunggu sehingga Socrates pulih dari “kehilangan dirinya”, dan apabila dia “kembali” dia akan menjadi seperti biasa.


Rasul Teragung – Penghulu segala Nabi dan Rasul - Nabi Muhammad saw sendiri dalam usia menjelang 40 tahun, berulang alik dari rumah ke Gua Hira, Jabal Nur (Bukit Cahaya) untuk bertahanut (mempersiapkan diri) dan sepanjang tempoh bertahanut itu Baginda saw acapkali dianugerahi mimpi-mimpi benar. Pada 17 Ramadhan bersamaan 6 Ogos 610M – setelah sekitar tiga tahun berulang-alik berkhalwat, bermeditasi atau bertapa di Gua Hira, Baginda saw telah menerima wahyu yang menandakan perlantikan Baginda saw sebagai Rasul.


Demikianlah yang terjadi kepada semua manusia-manusia agung pada zaman yang lalu yang sentiasa menempuh proses tahanut dan mengalami bukti-bukti kerohanian sebelum menjadi manusia hebat sempurna. Mengenai mereka Allah Taala berfirman:‘Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman, tapi Kami jadikan Al Kitab itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus’ - (Asy Syuura: 52)



Setelah terutusnya Nabi Akhir Zaman, Nabi Muhammad saw berakhirlah zaman kenabian.Namun sunnah Allah dan Rasul-RasulNya ini tidak berakhir. Umat Rasulullah saw yang tergolong dalam golongan “siapa yang Kami kehendaki” , juga akan mengalami proses kerohanian ini, mewarisi ilmu persis para Nabi dan Rasul dan mereka mencapai martabat kewalian. Sabda Rasulullah saw mengenai hal ini: “Sesungguhnya sebahagian dari ilmu itu seakan-akan seperti keadaan tertutup yang tidak diketahui, selain oleh ahli yang mengenal (makrifat) akan Allah Taala.Apabila mereka mempercakapkannya, maka tidak ada yang tidak mengerti selain daripada orang-orang yang telah tertipu, jauh dari Allah Taala. Dari itu janganlah kamu hinakan seorang yang berilmu, yang dianugerahi Allah Taala ilmu tersebut kerana Allah Taala sendiri tidak menghinakannya kerana telah menganugerahinya ilmu tadi” –Ihya Ulumiddin Jld.1 hal.97



Orang bertanya kepada Nabi saw tentang firman Allah Taala:


Apakah orang yang dibukakan oleh Allah hatinya menerima Islam, kerana itu dia mendapat cahaya dari Tuhannya” – Az Zumar:22 “Apakah pembukaan itu?”Nabi saw menjawab:” Iaitu perluasan. Sesungguhnya nur itu apabila telah dicurahkan ke dalam hati, nescaya meluaslah dada dan terbuka – Ihya Jld.4 hal.61.


Inilah rahsia yang diluahkan oleh Saidina Ali krm. “”Tak ada pada kami sesuatu yang dirahsiakan oleh Nabi saw kepada kami, selain daripada didatangkan oleh Allah Taala kepada hambaNya pemahaman tentang KitabNya. Dan yang demikian itu tiada dengan belajar” – Ihya Jld.4 hal.61
Imam Al Ghazali menjelaskan: ‘Nabi adalah ibarat orang yang tersingkap (kasyaf) baginya hakekat-hakekat segala hal. Dan ia bekerja untuk memperbaiki makhluk. Maka tidak mustahil dalam wujud (alam) ini, ada orang yang tersingkap baginya hakekat-hakekat itu dan ia tidak bekerja untuk memperbaiki makhluk. Orang ini tidak dinamai nabi, tetapi dinamai wali’ – Ihya Jld.4 hal.67

Setelah Siddhatha Gautama “tersingkap” melalui pengalaman nirvana, beliau mampu menyampaikan khutbah yang menakjubkan – diluar kemampuan akal rakan-rakan rahibnya, apatah lagi manusia ramai yang biasa, sehingga jelaslah kepada rakan-rakannya bahawa Siddhartha Gautama bukanlah seorang manusia biasa tetapi adalah Buddha – satu istilah yang tentunya beliau sendiri istiharkan - iaitu Pemberi Cahaya yang tentunya menerima cahaya dari Sumber Cahaya – Tuhan Semesta Alam. Ajaran yang diasaskannya terus menjadi ikutan para pengikutnya silih berganti sehinggalah sampai kepada episod bencana zaman berzaman, manusia ajaib dan luar biasa yang menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Ketuhanan – mukjizat - telah ‘dituhankan’ dengan menzahirkan lambang ketuhanan berbentuk patung. Inilah penyelewengan angkara sumpah Azazil “membisikkan” mengenai makna tersirat dalam ayat mutasyabihat berikut: Sesungguhnya Tuhanmu‘ meliputi segala manusia’ (Al Israa:60)



Ajaran Siddhartha Gautama Buddha sesungguhnya adalah ajaran yang membebaskan jiwa manusia dari menjadi hamba kepada hawa nafsu dan belenggu dunia – membebaskan manusia dari menyembah tuhan nafsu dan dunia. Ajarannya berteraskan keperibadian mulia, membina kehidupan yang serba sederhana, mengamalkan akhlak yang indah dalam jalinan hubungan yang harmoni dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitar. Apabila kesemua ini dapat dilakukan dengan sempurna, maka berakhirlah penderitaan, lantas berolehlah ketenangan dan bahagia sejati. Inilah intipati ajaranNya kepada Siddhartha Gautama.






WAHYU ILAHI DALAM EMPAT KEBENARAN MULIA



Berikut diperturunkan ajaranya yang dipanggil Empat Kebenaran Mulia:



a. Kebenaran Mulia Pertama: Hidup Penuh Penderitaan/ Ada itu suatu Derita (Dukkha): Kelahiran menyakitkan dan mati menyakitkan. Penyakit dan usia tua menyakitkan. Tidak tercapai hajat menyakitkan dan memperolehi atau memiliki yang tidak dihajati juga menyakitkan.



b. Kebenaran Mulia Kedua: Sebab-Sebab Penderitaan/ Derita Itu Disebabkan Hasrat (Tanha).Idaman dan keinginan nafsu untuk merasai keseronokan, nikmat, ingin jadi kaya dan hidup selesa dalam kehidupan sekarang dan kehidupan masa hadapan.





c. Kebenaran Mulia Ketiga: Mengakhiri Penderitaan/Hasrat Itu Mestilah Ditiadakan.Untuk membebaskan diri dari penderitaan seseorang mesti memadamkan idaman yang bersangatan – tiada hawa nafsu bersangatan yang masih tinggal.



d. Kebenaran Mulia Keempat. Dengan menempuh Jalan Lapan Lapis, penderitaan dapat ditamatkan/Peniadaan itu dengan Lapan Jalan.








JALAN LAPAN LAPIS



Jalan Lapan Lapis adalah bagi menuju Lorong Pertengahan.



1. Pandangan Yang Benar (Right View)
Untuk memperolehi Pandangan Yang Benar seseorang mesti menerima Jalan Lapan Lapis dan Lorong Pertengahan. Lorong Pertengahan ialah menjauhi dua sikap melampau yang tidak seharusnya diamalkan oleh orang-orang yang keluar (forth-out) dari dunia.Dua sikap melampau tersebut:Bersengkongkol atau bersebati dengan keinginan kemewahan yang sebenarnya rendah,kasar, biasa, hina dan tidak berguna.Bersengongkol atau bersebati dengan menyiksa diri yang sebenarnya meyakitkan, hina dan tidak berguna.Dengan menjauhi dua sifat melampau ini The Blessed One (Yang Maha Pengasih) akan memberikan cahaya sinar Lorong Pertengahan yang memberikan kefahaman yang mendalam mengenai pengetahuan yang membawa kepada ketenangan, pengetahuan yang tinggi, cahaya dan nirvana.



2. Pemikiran Yang Benar (Right Resolve) iaitu meninggalkan nikmat-nikmat pancaindera, keinginan untuk sakiti manusia dan sebarang makhluk.



3. Perkataan Yang Benar iaitu jangan bohong, buat fitnah dan berbicara hal-hal yang tidak berguna.



4. Kelakuan Yang Benar iaitu jangan memusnahkan benda-benda hidup, ambil apa-apa yang diberi sahaja dan jangan berzina.



5. Kehidupan Yang Benar iaitu hidup yang tidak mengancam orang lain.



6. Matlamat Yang Benar iaitu mencegah unsur-unsur jahat dari berada di dalam diri dan meninggalkan apa jua kejahatan yang dimiliki. Setiap orang perlu berjuang untuk mencapai kualiti yang baik.



7. Keinginan Yang Benar iaitu bebas dari keinginan dan penderitaan.



8. Tafakur/Pertapaan Yang Benar iaitu apabila seseorang menjauhi semua kesenangan nafsu, membuang semua nafsu-nafsu jahat, kegembiraan dan kesedihan, anda akan memasuki empat darjah meditasi yang akan terhasil menerusi konsentrasi





  

TASAUF DALAM BUDDHISME.



1. Hidup Penuh Penderitaan/Ada itu suatu Derita (Dukkha):







Hidup penuh penderitaan bererti kehidupan di dunia ini penuh dengan bebagai-bagai ujian. Inilah pendapat kami mengenai hidup penuh penderitaan.Hidup menurut Gautama Buddha adalah penuh dengan kesakitan dan penderitaan.Penderitaan atau kesakitan yang dimaksudkannya ialah mengenai pahit-getir hidup di dunia ini yang penuh dengan pelbagai masalah, cabaran, halangan, kepayahan, kesakitan dan serba macam pancaroba yang semuanya itu adalah ujian. Bukan senang untuk keluar dan bebas dari belenggu masalah hidup kalau tidak memiliki kekuatan jiwa, kesabaran dan ketabahan.





Sesungguhnya hidup yang dikurniakan oleh Allah Rabbul Alamin di dunia ini adalah hidup untuk menempuh ujian dan percubaan dalam menanggung dan melaksanakan amanahNya. Firman Allah Taala:


Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?’ – (Al Ankaabut:20:2)


Firman Allah Taala kepada Nabi Adam as ketika akan menerima ujian di dunia:


Allah befirman:`Turunlah kamu berdua dari syurga bersama-sama. Sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan meghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta(Thaahaa: 123-124)



FirmanNya lagi:





‘Mereka itu orang-orang yang telah diuji oleh Allah hatinya untuk takwa’ (Al Hujurat:3)


Kepada umumnya orang mukmin, hadis Rasulullah saw memperingatkan:‘Orang mukmin itu di antara lima kesulitan: orang mukmin sendiri yang dengki kepadanya, orang munafik yang marah kepadanya, orang kafir yang memeranginya, setan yang menyesatkannya dan hawa nafsu yang bertengkar dengan dia’(Ihya Ulumiddin Jld.4 hal.174)


Manusia diciptakan dengan kurniaan dua jenis nafsu; yang satu ialah nafsu mazmumah. Nafsu ini mendorong ke arah kebinasaan iaitu nafsu kehaiwanaan dan kesyaitanan – sama dengan nafsu yang dimiliki oleh haiwan dan syaitan.Yang satu lagi adalah nafsu kemalaikatan ataupun mahmudah; sifat-sifat yang murni lagi mulia. Dunia dan segala daya penariknya akan menguji manusia untuk teruja dan terpesona dengan seluruh nikmat dan keseronokannya. Nafsu kehaiwanan dan kesyaitanan yang gagal dikawal menyebabkan manusia berkenaan akan diseret dan terheret jauh lalu menjadikan dunia bagaikan tempat mastautinnya yang kekal. Individu tersebut akan terus terlupa kepada ikrar dan janji setia dengan Tuhannya untuk menanggung amanahNya dan kembali semula menemuiNya dengan sempurna. Individu tersebut akan teralpa bahawasanya nyawanya akan direntap pada bila-bila masa meninggalkan kehidupan dunia yang bersifat sementara.


Inilah barangkali hidup penuh penderitaan yang menjadi perkara utama yang perlu dihadapi dan diselesaikan; diutarakan oleh Gautama Buddha iaitu betapa sukarnya untuk membendung nafsu amarah bagi meningkatkan kualiti bagi mencapai nafsu mutmainnah yang memandu manusia untuk berpegang teguh dengan amanah Tuhannya.

Sesungguhnya bukanlah suatu yang mudah untuk menempuh kehidupan dunia kecuali dengan memiliki sifat-sifat tertentu seperti sabar, tabah, yakin, rela dan reda, semangat juang yang tinggi, menyerah dan tawakal sepenuhnya kepada Al Khalik dan sanggup pula berkorban kerana dan untuk Allah dan RasulNya.


Demikianlah makna hidup di dunia yang tetap perlu ditempuh kerana demikianlah kehidupan. Manusia tidak mempunyai apa-apa pilihan selain mesti menghadapinya dengan rela kerana tanpa rela dan kerelaan hidup pasti penuh dengan kesakitan dan penderitaan. Apabila proses hidup yang sedemikian – kesusahan menempuh cabaran hidup sewaktu kecil sehinggalah ke usia tua - iaitu penuh dengan hal-hal yang menyakitkan tidak dapat diterima dengan dada yang lapang pada martabat mutmainnah maka menderitalah jiwa manusia dalam kehidupan di dunia ini, dan nantinya tentulah sengsara di akhirat pula.


Inilah erti ‘ada itu suatu derita’ dalam Kebenaran Mulia Pertama. Oleh kerana manusia telah ’ada’ atau diwujudkan hayatnya, manusia tersebut samada suka atau tidak suka terpaksa menghadapi cabaran dan ujian dalam seluruh kehidupannya.Berbeza dengan kalau ’tiada’ atau tidak diadakan, manusia tentulah samasekali tidak akan menghadapi sebarang ujian.


Dalam inti ajaran Tauhid, meniadakan “ada” itulah hakikat sebenar dan tertinggi dalam kehidupan terangkum dalam kalimat Laa maujud illallah – Tiada yang wujud selain Allah dalam pegangan Wahdatulwujud, kerana wujud insan dan alam semesta pada hakikatnya adalah wujud khayali kerana yang hakiki dan azali adalah Zat Wajibal Wujud.
Firman Allah swt:


Allah Cahaya langit dan bumi’ (An Nuur:35)


‘..dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu’ (An Nisaa:126)


Meniadakan ’ada’ inilah hakikat makna nirvana sebenarnya kerana nirvana – ertinya ‘tiada suatu pun’. Mencapai nirvana ertinya mencapai ‘tiada’ kerana ada itu derita. Mazhab Therevada menekankan ‘berusaha jadi arahat (orang suci) yang berjaya menakluki hasrat (nafsu) untuk bebas dari samsara (sengsara) dan lenyap dalam nirvana (tiada). Inilah Doktrin Anatta dalam Buddhisme – menafikan “ada” .


Inilah konsep ‘fanafllah’ dalam Tasauf Islam pada martabat Alam Lahut dan Ruh Al Qudsi – martabat para Nabi dan Rasul serta auliya Allah yang agung. Mereka adalah golongan muqarrabin yang mendapat rahmat memasuki syurga tanpa hisab – syurga tingkat tertinggi.


2. Kawal Nafsu.







Kawal nafsu ertinya mujahadah. Gautama Buddha menerangkan bahawa hidup adalah penuh dengan hal-hal yang menyakitkan (ujian) dan akan menjadi bertambah parah dan kronik apabila hidup dipenuhi pula dengan runtunan hawa nafsu. Nafsu serakah dan amarah adalah terjemahan nafsu dan sifat kehaiwanan dan kesyaitanan. Manusia sedapat mungkin perlu keluar, dan kalau mampu bebas merdeka sepenuhnya dari sifat-sifat tersebut supaya tidak terbelenggu dalam sifat kehaiwanan atau kesyaitanan; supaya manusia tidak sebagai atau bukan seekor haiwan tetapi kekal sesungguhnya sebagai seorang insan yang berjiwa tinggi dan mulia. Allah Taala berfirman:





Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya’ (as Syams:91:9-10)
Suci jiwa ialah jiwa dihiasi oleh sifat-sifat mahmudah dan kotornya ialah dengan sifat-sifat mazmumah. Manusia seboleh mungkin perlu memerdekakan dirinya dari berkongsi nafsu dengan sifat-sifat haiwan. Keinginan yang bersangatan kepada rontonan nafsu syahwat perlu dikawal. Inilah punca penderitaan jiwa iaitu disebabkan manusia terlalu keburu nafsu. Keinginan nafsu yang memuncak adalah penderitaan.

Memperolehi sedikit adalah penderitaan, dan tidak memperolehi langsung juga penderitaan. Jalan untuk keluar dari belenggu penderitaan bagi Buddha ialah dengan mengikut Lorong Lapan Lapis yang boleh disimpulkan kepada istilah kawal nafsu atau jangan ikut nafsu. Inilah yang disabdakan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat yang pulang dari jihad (peperangan):


Selamat datang bagi kamu sekalian, yang datang dari perjuangan kecil (al jihadil asyghar) ke perjuangan besar (al jihadil akhbar)’
Lalu ada yang bertanya:”Wahai Rasulullah! Apakah perjuangan besar itu?”
Rasulullah saw menjawab:” Berjuang dengan nafsu!”
(Ihya Ulumiddin Jld.4 hal 174)


Sabda Nabi saw:


Musuhmu yang paling utama ialah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu’

Dengan mengawal nafsu dan mengamali zikir-zikir jahar maupun khafi, jiwa akan meningkat. Apabila mazmumah lenyap jiwa dihiasi dengan mahmudah. Apabila sifat kehaiwanan dan kesyaitanan ditumpaskan maka jiwa akan diisi oleh nafsu yang tinggi – kemalaikatan bahkan akhlak Allah. Jiwa yang bersih dan suci akan membuka kepada terbuka hijab dan kasyaf. Inilah nirvana. Inilah moksya (istilah dalam Hinduisme). Apabila mencapai keterbukaan hijab sedemikian – perjalanan hati dari alam mulki kepada alam malakut, jabarut dan lahut atau dari jasad, hati, fuad, sir iaitu pada makam fanafillah dan baqabillah, renungilah sabda Penghulu Junjungan saw:



`Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang jasadnya di bumi dan hatinya di bawah Arasy’

Sebagaimana Sayyidina Umar ra berkata:’Hatiku melihat Tuhanku dengan cahaya Tuhanku’ atau kata-kata Saiyyidina Ali krm ‘Aku tidak beribadah kepada Tuhan yang tidak aku lihat’


Dengan mengawal nafsu amarah iaitu sifat kehaiwanan dan kesyaitanan ertinya memungkinkan seseorang tidak lagi melakukan dosa. Bebas dari dosa dan kesalahan ialah bebas dari samsara (kesengsaraan) di bawah Hukum Karma iaitu konsep baik dibalas dengan baik, jahat dibalas dengan jahat. Firman Allah:


‘Barangsiapa mengerjakan perbuatan baik sebesar zarrah (atum) nescaya akan dilihatnya. Dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat seberat zarrah nescaya akan dilihatnya ( Az Zilzal: 7-8)


Tujuan akhir mengawal nafsu adalah supaya dunia tidak membelenggu dan memenjarakan jiwa dan minda lalu bebas merdeka mencapai ‘tiada’ (fanafillah) dan apabila sembuh mencapai makam baqabillah – tidak ada lagi keinginan dan hasrat kerana telah mencapai makam redha sejati – makam tertinggi dalam perjalanan insan mencari Tuhannya. Mengenai hal ini Nabi Muhammad saw memberikan amanat:


‘Siapa yang mengutamakan dunia atas akhirat nescaya ia diuji oleh Allah dengan tiga perkara: kesusahan yang tidak berpisah dengan hatinya selama-lamanya; kemiskinan yang tidak dirasakan kekayaan selama-lamanya dan kerakusan yang tidak dirasa kenyang selama-lamanya’

Inilah penderitaan di sebalik kekayaan dan kemewahan. Derita dan sengsara di sebalik kelulusan dan pangkat yang tinggi serta nama yang masyhur! Derita dan sengsara minda dan jiwa oleh kesibukan dalam kehidupan kerana beban kerja dan pelbagai urusan keduniaan yang bagai tidak pernah dapat dihabiskan. Mengenai ini Rasulullah saw bersabda:
Kecintaan kepada dunia itu kepala (pokok) tiap-tiap kesalahan’




3.Lorong Pertengahan.







Menurut Gautama Buddha dengan menempuh Lorong Lapan Lapis seseorang akan dapat menamatkan penderitaan dalam hidupnya, dan penamatan penderitaan berpunca dari mendapat Lorong Pertengahan. Bahawa sesungguhnya Lorong Pertengahan yang di maksudkan oleh Gautama Buddha adalah besederhana dalam segala perkara. Demikianlah jalan hidup terbaik yang diajarkan oleh ajaran Tauhid. Firman Allah swt:





Dan mereka itu apabila membelanjakan hartanya, tiada melampau batas dan tiada (pula) bersifat kikir, tetapi pertengahan antara keduanya’- Al Furqan:67)


“dan janganlah engkau jadikan tangan engkau terbelenggu ke kuduk dan jangan (pula) engkau kembangkan seluas-luasnya’- (Al Israa:2)


dan makanlah dan minumlah dan jangan melampau batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampau batas’ (Al- A’raaf:31)


Sabda Penghulu Junjung saw.


‘Pekerjaan yang terbaik ialah di tengah-tengah (penengahan)’
‘Amat baik bagi siapa yang mendapat petunjuk kepada Agama Islam. Hidupnya adalah sekadar perlu dan merasa cukup (qanaah) dengan yang demikian’

Lorong Pertengahan bagi Gautama Buddha adalah dengan menjauhi dua sifat melampau iaitu penengahan antara hidup senang lenang dengan penderitaan atau kemiskinan.


Hidup yang teramat ingin kepada bersenang lenang memerlukan pengoperasian seluruh tenaga dan masa sehingga individu berkenaan akan menjadi abdi kepada dunia. Mengabdikan sebahagian besar waktunya untuk urusan kerja dunianya sedangkan waktu untuk Tuhannya berlalu sekadarnya, memang tidak digalakkan oleh ajaran Tauhid, bahkan sebenarnya tidak dibolehkan. Sebaliknya hidup dalam kemiskinan dan sederhana memang menjadi sebahagiaan pilihan hidup para Nabi dan Rasul kerana kelebihannya dan demi berlindung dari kejahatan dunia dan fitnah harta. Firman Allah swt:


Dan janganlah engkau tujukan pemandangan engkau kepada kesenangan sebagai bunga kehidupan dunia yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka kerana Kami hendak menguji mereka dengan itu, sedangkan rezeki dari Tuhan engkau lebih baik dan lebih kekal’ ( Thahaa:131)


Antara doa Rasulullah saw:


Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah makanan keluarga Muhammad sekadar mencukupi sahaja. Wahai Allah Tuhanku! Hidupkanlah aku miskin. Matikanlah aku miskin dan kumpulkanlah aku (di padang mahsyar) dalam golongan orang-orang miskin’. (Ihya Ulimiddin Jld.1 hal.114)


Sabda Nabi saw seterusnya.


Berjumpalah dengan Allah dalam keadaan fakir dan jangan menjumpaiNya dalam keadaan kaya.

Akan masuk syurga umatku yang fakir sebelum yang kaya dengan lima ratus tahun’.


'Nabi yang terkemudian masuk syurga ialah Sulaiman putera Daud as kerana kedudukan kerajaannya. Dan sahabatku yang terkemudian masuk syurga ialah Abdul Rahman bin Auf kerana kekayaannya’.




Tetapi kalau kemiskinan sengaja menjadi pilihan sedangkan tanggungjawab kehidupan agak berat dan banyak, sifat melampau begini tidak seharusnya berlaku. Dengan jiwa yang lemah, kemiskinan dan banyak menempuh penderitaan akan membawa malapetaka yang lebih berangkaian. Justru Rasulullah saw bersabda:
'Hampirlah kemiskinan itu menjadi kekufuran.(Ihya 1 hal:112)
Penderitaan dan penyiksaan diri kerana melakukan amalan-amalan kebatinan dan latihan kerohanian yang berat yang tidak tertanggung oleh jiwa, meninggalkan tanggung jawab keduniaan, mengabaikan keluarga, isteri dan anak-anak, meninggalkan tanggungjawab menjaga kebajikan ibu bapa yang sakit dan tua, berhenti kerja tanpa perancangan sempurna dan sebagainya kerana mahu menjalani jalan hidup kerohanian adalah suatu sikap melampau yang tidak digalakkan kerana bercanggah dengan Lorong Pertengahan atau kesederhanaan. Inilah penyiksaan diri dan penderitaan sebenar kerana resiko yang akan dialami semasa menjalani dan akibat selepasnya. Ibadah melulu kerana keinginan melulu mencari dan menjalani hidup kerohanian tidak diizinkan selagi ada tangungjawab-tanggungjawab keduniaan yang juga merupakan amanah Allah yang mesti disempurnakan.




4. Menamatkan Penderitaan



Apabila hidup dipraktikkan dengan cara besederhana dalam segala hal seperti yang dicadangkan dalam Lorong Lapan Lapis, maka berakhirlah penderitaan. Penderitaan yang dimaksudkan oleh Gautama Buddha menurut tafsiran kami bukanlah semata-mata penderitaan dalam kehidupan berpunca dari masalah ekonomi, wang ringgit atau harta kekayaan, tetapi yang lebih jauh dan benar ialah penderitaan mental dan jiwa. Apabila jiwa menderita, fikiran tidak tenteram oleh landaan berbagai-bagai masalah yang berpunca oleh keinginan nafsu yang tidak terbendung, maka tidak adalah lagi bahagia dalam hidup, tidak adalah lagi kedamaian dan ketenangan. Betapa banyaknya orang yang hidup mewah dan senang lenang, berjawatan tinggi dan ternama, tetapi belum tentu hidupnya bahagia, tetapi sebaliknya betapa ramai orang yang tidak hidup kaya dan senang-lenang, sekadar rakyat jelata yang biasa, tetapi hidupnya bahagia dan hatinya tenang damai. Inilah makna neraka atau syurga dunia sebelum neraka atau syurga di akhirat.
Lorong Pertengahan sesungguhnya adalah jalan untuk memperolehi jiwa yang tenang dan bahagia. Gautama Buddha telah menggariskaan perkara-perkara berikut bagi mencapainya:



4.1.Meninggalkan Nikmat-Nikmat Deria.


Manusia ada lima iaitu deria lihat, deria dengar, deria sentuh, deria bau dan deria rasa. Deria lihat terletak pada mata iaitu melihat dan penglihatan. Deria dengar terletak pada telinga melalui pendengaran. Deria sentuh terletak pada jari-jemari dan telapak tangan. Deria bau terletak di hidung iaitu penciuman. Deria rasa terletak pada lidah, perut dan kemaluan.Inilah sumber nikmat yang perlu disederhanakan.Kami berpendapat Gautama Buddha tidak meminta nikmat-nikmat ini ditinggalkan seluruhnya seperti dilakukan oleh sami-sami Buddha zaman kini. Kami berpendapat nikmat-nikmat deria ini diajari oleh Gautama Buddha supaya perlu disederhanakan sesuai dengan konsep Lorong Pertengahan yang dianjurkannya.





Jiwa akan mengalami penderitaan andaikata semua deria-deria ini disalahgunakan dan tidak disederhanakan. Semua deria ini jika disalahgunakan amanahnya akan menyebabkan bukan sahaja jiwa menderita tetapi tubuh jasmani juga. Nikmat lidah ialah berbicara dan jika tidak dipatuhi amanahnya, lidah akan menjadi pedang berbisa yang menghancurkan kerukunan hidup. Nikmat perut yang tidak disederhanakan menyebabkan selera sedemikian lahap seumpama seekor kerbau yang akhirnya mengundang pelbagai penyakit jasmani. Nikmat kemaluan yang disalahgunakan akan menyebabkan lahir keturunan haram yang akan merosakkan amanah kemanusiaan, membawa petaka dan bencana kemanusiaan, hidup cerai-berai dan berbagai-bagai penyakit seksual.


Sejarah kehidupan zaman berzaman telah membuktikan betapa sistem hidup menjadi rosak, kehidupan manusia menjadi keliru dan bercelaru oleh landaan penderitaan jiwa dan mental kerana pemenuhan nafsu dan nikmat deria dan pancaindera yang tidak terkawal dan sederhana.
Keasyekan kepada nikmat deria atau pancaindera pada hakikatnya adalah pada tahap nafsu yang rendah. Keseronokan nafsu haiwan ialah kepada nikmat makanan dan minuman, keluasan pemilikan harta dan kawasannya dan nikmat seksual. Manusia berkongsi dengan haiwan pada nikmat sedemikian.Roh insani perlu meningkat, memisah dan melepaskannya dan pada tahap tinggi mencapai tahap kemalaikatan bahkan lebih tinggi lagi. Inilah yang disabdakan oleh Rasulullah saw:


Orang mukmin itu lebih mulia pada Allah Taala daripada malaikat’

Apabila seseorang salik mensederhanakan/membebaskan dari ikatan nafsu mencintai dunia – nikmat deria dan pancaindera – hati akan diisi oleh cinta Allah. Cinta kepada dunia dan cinta kepada Allah tidak boleh berkumpul dalam satu hati dan apabila dunia terpinggir dari hati oleh sifat-sifat zuhud, qanaah, reda dan lain-lain, cinta Allah akan menjelma lalu membawa kepada tingkat muqarrabin dan berhaklah mendapat syurga tingkat tinggi. Inilah yang disabdakan oleh Nabi saw:


‘Allah memiliki syurga tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu.Kenikmatan di syurga itu hanya satu iaitu melihat Zat Allah’.

Hal ini dijelaskan dalam Al Quran:


‘Wajah-wajah (orang-orang muqarrabin) pada hari itu berseri-seri’ (Al Qiyamah:22).


Juga dijelaskan dalam Hadis Nabi saw: ‘Kamu sekalian akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat sinar bulan purnama’

Inilah tingkat dan nikmat tertinggi yang tidak semua ahli syurga memperolehinya.




4.2.Tinggalkan Keinginan Untuk Sakiti Manusia dan Sebarang Makhluk.







Jiwa manusia adalah halus dan seharusnya memiliki rasa simpati, empati, belas-kasihan, kasih-sayang, rasa persahabatan, ramah-tamah, mesra dan sebagainya serta seharusnya memiliki semua sifat-sifat mahmudah kerana sifat-sifat inilah punca tumbuhnya sifat dan jiwa kemanusiaan. Manusia yang memiliki sifat-sifat sedemikian samasekali tidak akan berlaku kejam dan sampai hati untuk melihat teman dan rakannya, jiran dan tetangganya atau sesiapa sahaja dari kalangan manusia baik sesama bangsa atau berlainan bangsa apatah lagi adik-beradik dan kaum-kerabat sendiri dari dikhianati, disakiti atau dilaknati. Menyakiti manusia adalah tergolong dalam dosa-dosa besar. Allah menyeru manusia supaya memakmurkan kebaikan, kebajikan dan persaudaraan. Firman Allah swt:





Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh ,teman sejawat, Ibnu Sabil dan hamba” (An Nisa:4:36)


Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka berbaiklah kamu terhadap saudara kamu” (Al Hujurat:49:10)


Sabda Rasulullah saw menyeru supaya membina persaudaraan, persahabatan dan silaturrahim teramat banyak. Misalnya:


“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman”


Maka ditanya:” Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”


Lalu dijawab:”Mereka yang tidak menyelamatkan jirannya daripada gangguannya’
Sabda Baginda saw lagi:
Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya’
‘Orang mukmin itu mencintai saudaranya, apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri’
‘Tidak halal bagi orang muslim menakut-nakuti sesama muslim’
‘Tidak halal bagi orang mukmin menunjuk kepada saudaranya dengan pandangan yang menyakitinya’
Menyakiti manusia lain akibahnya akan dideritai sama oleh manusia yang menyakitkannya. Manusia yang disakiti bila sampai saat kemampuannya untuk bertindak balas, akan membalas dengan tindakan yang sama. Berlakulah tindakan balas-membalas oleh perasaan dendam, pukul-memukul dan serang-menyerang dan pada akhirnya ‘yang kalah akan jadi abu, yang menang jadi arang’, yang pada akhirnya kedua-dua pihak sama-sama menanggung derita.
Pembunuhan samasekali tidak diizinkan kecuali kerana kebenaran. Firman Allah swt:
Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya’ (An Nisaa:4:93)
‘Bahawa barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan kerana orang itu (membunuh) orang lain atau bukan kerana membuat kerosakan di muka bumi maka seakan-akan dia membunuh manusia seluruhnya’ (Al Maidah:5:32)
Pada suatu hadis ada diriwayatkan:
Apabila bertemu dua orang muslim dengan pedang di tangannya masing-masing, maka si pembunuh dan yang yang terbunuh dalam neraka. Lalu ditanyakan:”Wahai Rasulullah! Ini si pembunuh? Maka bagaimana halnya yang terbunuh”? Nabi saw menjawab:”Kerana ia bermaksud membunuh temannya”.
Semua hayat adalah kurniaan Allah. Seluruh makhluk di alam semesta ini dicipta dan diberikan hak hayat dan wujud masing-masing adalah dengan qudrah dan iradah Allah. Semuanya dihidup dan diwujudkan dengan amanah kejadian berdasarkan sifat dan fitrah kejadian masing-masing. Manusia yang diberikan amanah penanggungjawaban dan amanah kekhalifahan akan diminta penanggungjawaban mengenai semua makhluk yang lain apakah diurustadbir oleh manusia dengan sempurna mengikut syariat Allah.
Atas amanah kekhalifahan inilah, manusia akan ditanya bagaimana tanggungjawab dan amanah kepimpinannya terhadap semua makhluk yang terletak di bawah jagaan dan pengawasannya. Bagaimana manusia tersebut menguruskan harta-bendanya – sawah ladang dan bendang miliknya, binatang ternakan dan peliharaannya dan segala hayat dan wujud segala sesuatu dalam wilayah kekuasaan dan miliknya.
Tiap sesuatu memiliki hak hayat dan hak wujud.Maka akan ditanya kepada manusia oleh Penciptanya, kenapa dan untuk apa serta bagaimanana sesuatu yang berwujud dan berhayat - mengenai pokok, rumput-rampai, semak-samun dan hutan-belantara, batu-batan, emas dan logam, bukit-bukau dan gunung-ganang, paya dan lembah; mengenai haiwan, unggas dan serangga dan segala-galanya - kerana apa, untuk apa dan bagaimana ianya diambil, diratakan, diruntuhkan, ditebang-tebas atau dibinasakan. Kerana apa hayat bagi segala sesuatu dipersiakan, disiksa apatah lagi ditamatkan tanpa alasan yang benar?
Adalah diriwayatkan, sebiji batu yang berada dalam kumpulan batu-batan dalam kehidupan kekeluargaannya, dia juga mempunyai hak keadilan untuk bertanya kepada manusia, kenapa ianya diambil dan dibalingkan ke dalam tasik atau kolam sehingga terpisah wujudnya dari kumpulannya, lalu hidup tersendiri dan terasing jauh di perlembahan atau di dalam lumpur di dasar sungai dan kolam? Apakah kerana sesuatu yang sia-sia atau atas sesuatu keperluan yang diizinkan?
Berkaitan dengan inilah Saidina Umar al Khatab ra menangis tersedu-sedu di pinggir sebatang parit apabila terlihat seekor anak kambing mati kelemasan. Lalu Baginda Umar ra berkata: ‘Kamu mati wahai anak kambing, kerana Umar zalim. Andaikan Umar seorang yang adil tentulah Umar membina titi menyeberangi parit ini dan dengan itu tentulah kamu boleh menyeberanginya dengan selamat’.
Inilah mutiara akhlak dan menjadi ikutan pengamal-pengamal tasauf zaman-berzaman! Kasih-sayang kepada sesama manusia dan seluruh makhlukNya atas sifat Maha PengasihNya.




4.3. Jangan Bohong



Bercakap bohong atau melakukan kebohongan akan menghilangkan sifat benar dan kebenaran. Bayangkan apa akan berlaku kepada kehidupan manusia apabila tidak ada lagi kebenaran. Apabila kebenaran sudah tidak ada, kebohongan akan merajalela lalu menyebabkan kehidupan menjadi keliru dan celaru.
Apabila kebohongan merajalela, semua perkara menjadi palsu.Tidak ada sesiapa pun yang boleh dipercayai. Tidak ada sebarang khabar berita yang boleh diyakini. Ibu bapa tidak lagi boleh dipercayai oleh anak-anak, anak-anak akan menjadi manusia pembohong dan penipu, teman-teman dan jiran menjadi teman dan jiran yang khianat; lalu hidup suburlah khianat-mengkhianati, tipu-menipu, bohong-membohongi dalam kehidupan yang palsu. Apabila kebohongan dan penipuan menjadi watak manusia di seluruh jagat, maka hilanglah amanah kemanusiaan lalu lahirlah dajal-dajal dan syaitan yang menyamar manusia; menjadi pemimpin masyarakat yang korup dan penipu, mementingkan diri, pecah amanah dan agen perosak masyarakat, negara dan bangsa. Jika hal sedemikian berlaku, maka hancurlah kemanusiaan dan terbentuklah masyarakat kesyaitanan kerana demikianlah sosiobudaya kesyaitanan. Demikianlah sifat-sifat syaitan dan diterjemahkan melalui sifat manusia hipokerat (munafik). Sabda Rasulullah saw:
Tiga perkara, barangsiapa ada pada tiga perkara itu maka dia itu orang munafik, walaupun ia berpuasa, mengerjakan solat dan mendakwa bahawa ia muslim. Iaitu apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyalahi janji dan apabila dipercayai ia khianat’ - Ihya 4 hal. 338
Kebohongan yang paling besar petakanya zaman-berzaman ialah apabila orang-orang yang diberikan amanah agama – amanah Allah dan RasulNya telah berbohong dan meminda sesuka hati kebenaran dalam ajaran Tauhid. Kebohongan oleh orang-orang yang faham agamalah yang menyebabkan agama Tauhid zaman-berzaman menjadi agama yang tidak lagi murni lalu umat manusia tergelincir dari kebenaran. Dengan bimbingan setan-setan, mereka telah menyembunyikan kebenaran dan merubah ayat-ayat Allah.
Para Risyi dan Maha Risyi di dalam agama Sanatara-dharma mengajar manusia supaya menyembah Brahman dan tidak mengajar manusia menyembah tuhan dalam bentuk-bentuk perlambangan, tetapi akibat kebohongan golongan Brahmin, penganut ajaran ini selain menjadi abdi kepada para Brahmin, lantas memuja pula tuhan-tuhan yang dijelmakan di dalam berbagai-bagai bentuk. Demikianlah juga Gautama Buddha, telah dilambangkan sebagai patung yang sedang bermeditasi lantas disembah dan dipuja oleh pengikutnya beberapa kurun setelah beliau meninggal dunia. Nabi Isa as yang diselamatkan oleh Allah Taala dari komplot durjana kaum Yahudi, diputarbelit oleh Ahli Kitab dengan dakwaan sebagai anak tuhan yang diutuskan untuk dibunuh bagi membebaskan manusia dari dosa warisan, lantas dipatungkan sebagai lambang ketuhanan. Bahkan umat Rasulullah saw sendiri telah berpecah kepada 73 golongan oleh sifat-sifat kebohongan para ulama dalam menumbuhkan faham keberhalaan dalam berbagai-bagai bentuk – jauh dari hakikat kebenaran Keesaan dan Wahdatulwujud. Demikianlah petaka berbohong dan kebohongan zaman-berzaman. Ayat-ayat berikut memperjelaskan:
‘.. segolongan dari mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui’(Al Baqarah:75)
Firman seterusya:
Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, pada hal mereka mengetahui’ (Al Baqarah:146)
‘Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:”Ini dari Allah”, untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka kerana apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakan besarlah bagi mereka, kerana apa yang mereka kerjakan’ (Al Baqarah:79)
‘Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian di akhirat. Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. Sesunguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab (Taurat dan Injil) supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebahagian dari Al Kitab pada hal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan:” Ia dari sisi Allah”, pada hal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui (Ali Imran:77-78)



4.4. Jangan Fitnah



Firman Allah swt:
‘Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) dari membunuh’ (Al Baqarah:2:217)
Dosa fitnah lebih besar kerana impaknya belum berlaku tetapi apabila ledakannya meletus, bencana darinya yang selama ini tidak dapat diramal memungkinkan kesan yang sangat besar kepada kehancuran kemanusiaan. Fitnah adalah umpama bom jangka berkuasa nuklear yang amat merimaskan sementara menanti waktu untuk meletup. Bayangkan betapa cemas saat penantian ledakannya dan betapa ngeri untuk diramal bencananya! Berbanding dengan pembunuhan yang impaknya telah jelas kelihatan –mungkin hanya seorang atau beberapa orang sahaja yang telah dikenalpasti mangsanya dan selepas itu semuanya mungkin telah berakhir.
Bencana fitnah boleh meruntuhkan kerukunan dan kebahagiaan hidup seseorang manusia – memporak-peranda hubungan kekeluargaan, persaudaraan dan persahabatan. Inilah watak iblis yang sangat merbahaya yang membawa berbagai-bagai fitnah dalam ajaran Tauhid. Fitnah dalam ajaran Tauhid menyebabkan berlaku perbalahan, permusuhan dan peperangan antara sesama manusia. Fitnah kaum Yahudi dan Nasrani terhadap Allah swt menjadi musibah besar kepada keamanan dunia dan merupakan bencana terbesar sepanjang zaman berpunca dari kedengkian dan sakit hati Yahudi dan Nasrani terhadap umat Islam. Antaranya Firman Allah swt:
Dan mereka yang kafir berkata;”(Allah) Ar Rahman mempunyai anak”.

‘Demi sesungguhnya kamu telah melakukan satu perkara yang besar salahnya.Langit nyaris-nyaris pecah disebabkan yang demikian, dan bumi pula nyaris-nyaris terbelah, serta gunung-ganang pun nyaris-nyaris runtuh ranap. Kerana mereka mendakwa mengatakan:(Allah) Ar Rahman mempunyai anak
” (Maryam: 88-91)
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampau batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa, putera maryam itu adalah utusan Allah dan KalimatNya yang disampaikanNya kepada Maryam dan roh dariNya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Rasulnya dan janganlah kamu mengatakan “Tuhan itu tiga”, berhentilah. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa.Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang dilangit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara’ (An Nisaa:4:171)
Orang-orang Yahudi berkata:”Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata :”Al Masih itu putera Allah’.Demikian ucapan mereka dengan mulut mereka.Mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; pada hal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan’(At Taubah:30-31)
Inilah di antara fitnah-fitnah terbesar dalam sejarah! Kebohongan dan fitnah ini hanya akan terpadam apabila tiba masanya iaitu kemunculan Nabi Isa as kembali, tetapi bayangkan selama lebih satu milenium tahun, umat yang pernah menjadi umat pilihan dan telah dikurniakan Kitab Taurat dan Injil ini, berada dalam kesesatan yang nyata dan melakukan permusuhan dan konfrantasi terhadap Islam. Firman Allah swt:
‘Tidak seorang pun dari ahli Al Kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di Hari Kiamat nanti Isa akan menjadi saksi terhadap mereka ’. (An Nisaa:157- 159)
Ingatlah bila mana Allah berfirman:’Hai Isa, sesunguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepadaKu dan akan dibersihkan kamu daripada mereka yang kafir dan akan dijadikan orang-orang yang mengikutmu di atas mereka yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian kepada Aku lah tempat kembali kamu, maka nanti Aku putuskan di antara kamu tentang yang diperselisihkan (isu pembunuhan dan penyaliban) ( Al Imran:55)



4.5.Jangan Berbicara Hal-Hal Yang Tidak Berguna



Bicara yang tidak berguna bukan sahaja termaktub kepada bicara yang berunsur pembohongan, fitnah, umpatan dan penipuan, atau kata-kata yang kasar dan kesat, lucah dan jelik, yang jelas mengundang dosa, tetapi bahkan kepada bicara sia-sia yang tidak membawa sebarang faedah duniawi dan ukhrawi.
Amanah masa dan lidah adalah merupakan di antara tanggung jawab yang ditanyai. Manusia akan menyesali dirinya apabila mempersiakan masa dengan bicara yang sia-sia walhal sebaiknya masa dipergunakan untuk kebaikan duniawi dan ukhrawi.
Bagi golongan tasauf masa adalah emas yang tidak ternilai yang mesti dipergunakan sepenuhnya untuk zikrullah sehingga menjadi slogan dan prinsip ‘berbicaralah apabila kamu ingin diam dan diamlah apabila kamu ingin berbicara’ kerana semua butir-bicara tidak akan terlepas dari catatan malaikat Raqib dan Atiq. Alangkah banyaknya kerugian masa oleh pembicaraan yang sia-sia apabila didalamnya kosong dari zikir, fikir dan nasihat yang berguna. Firman Allah swt:
‘Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal solleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran’ (Al Asyr:103:1-3)
Bagi ahli tasauf setiap saat yang kosong dari zikrullah adalah penyesalan.Lebih-lebih pula apabila lidah digunakan untuk mengumpat, mencela, mengadu-domba dan menista yang memutuskan silaturrahim dan membawa perbalahan dalam masyarakat.Manusia yang jahat mulut dan lidahnya adalah penghuni neraka. Hadis Rasulullah saw:
Orang berkata kepada Nabi saw:”Si anu wanita itu berpuasa pada siang hari dan berdiri mengerjakan solat pada malam hari. Dan dia itu buruk akhlaknya, menyakiti tetangga dengan lidahnya”.Nabi saw menjawab:”Tidak ada kebaikan pada wanita itu. Ia termasuk isi neraka”.



4.6.Jangan Memusnahkan Benda-Benda Hidup.



Alam dunia ini bukan milik manusia semata-mata. Manusia sepatutnya berfungsi sepenuhnya sebagai Khalifah Allah untuk mentadbir dunia dengan adil kerana kepada manusialah diserahkan amanah dan penanggungjawaban kekhalifahan untuk melaksakan Keadilan Ilahi untuk semua penghuni dunia. Firman Allah swt:
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentingan kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untuk kamu nikmatNya zahir dan batin. Dan di antara manusia masih ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan’ (Luqman:20) '
Oleh kerana dunia juga dihuni oleh makhluk-makhluk Allah yang lain – ada yang hidup bergerak terdiri dari haiwan, unggas, serangga dan ulat, ada makhluk yang hidup statik seperti tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan, ada makhluk yang tidak ada nyawa tetapi hidup dan berwujud dalam makna tersendiri seperti bukit-bukau, batu-batan, gunung-ganang, sungai dan laut, udara dan sebagainya; dan dihuni pula oleh makhluk-makhluk yang manusia tidak mampu melihatnya oleh kerana teramat kecil dan seninya, serta makhluk yang ghaib sifatnya; semuanya itu perlu diurustadbir secara kekhalifahan. Jika tidak, manusia akan menjadi makhluk perosak yang amat merbahaya bagi kehidupan dunia dan akan dibenci dan dikutuk oleh seluruh makhluk Allah yang lain. Firman Allah swt:
'Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan kerana perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) - ( Ar Rum:30:41)
‘Jika kamu (kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, nescaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar (Al Anfal:8:73)
Dosa manusia menjadi sebab diturunkan pelbagai jenis bala bencana baik berupa bencana alam – gempa bumi, ribut taufan, letusan gunung berapi, banjir besar dan sebagainya atau serangan wabak penyakit dan pelbagai penyakit kronik dan ganjil. Bencana juga berupa kehidupan sosial yang bercelaru, jenayah yang meningkat, tiada ketenangan jiwa dan kebahagian akibat berlakunya kemalangan, kebakaran, kemaksiatan, ancaman ketakutan, peperangan, penculikan, rompak-samun dan pelbagai jenayah moral dan sosial; menyebabkan manusia mendapat musibah dan penderitaan. Hadis Nabi Muhammad saw mengenai ini:
Apabila umatku membuat lima belas perkara maka bala pasti akan turun kepada mereka iaitu:

i. Apabila harta negara hanya beredar pada orang-orang tertentu
ii. Amanah dijadikan suatu sumber keuntungan
iii. Zakat dijadikan hutang
iv. Suami memperturutkan kehendak isteri
v. Anak derhaka terhadap ibunya
vi. Sedangkan ia berbaik-baik dengan kawannya
vii. Ia suka menjauhkan diri dari ayahnya
viii. Suara sudah ditinggikan di masjid
ix. Yang menjadi ketua sutu kaum adalah orang terhina di antara mereka
x. Seseorang dimuliakan kerana ditakuti kejahatannya
xi. Arak sudah diminum di merata tempat
xii. Kain sutera banyak dipakai (oleh lelaki)
xiii. Para artis disanjung
xiv. Muzik banyak dimainkan
xv. Generasi akhir umat ini (umat zaman kini) melaknat (menyalahkan) generasi pertama (Para Sahabat Rasulullah saw)Maka pada ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau pun mereka akan dirobah menjadi makhluk lain.
Sesungguhnya hidup di dunia bukan tempat mastautin manusia semata-mata. Semua makhluk Allah berhak untuk hidup.Menjadi dosa dan pertanyaan di Yaumil Mahsyar bagi manusia apabila memusnah dan merampas hak hidup bagi segala sesuatu tanpa alasan yang benar dan nyata. Menjadi dosa bagi manusia oleh sebab dosa-dosa mereka sendiri, makhluk-makhluk lain yang tidak berdosa menerima sama petakanya apabila sesuatu bala bencana didatangkan oleh Tuhan Yang Empunya Alam ini.



4.7. Ambil Apa-Apa Yang Diberi Sahaja



Manusia tidak dibenarkan mengambil hak orang lain tanpa izin walau dengan apa-apa cara sekalipun termasuklah mengadakan cukai-cukai yang tidak diizinkan, mendenda dan kompaun. Apatah lagi dengan merampas, menyamun, merompak dan mencuri kecuali atas alasan yang benar. Inilah watak-watak haiwan yang samasekali tidak boleh ditiru. Islam mewajibkan tangan makhluk-makhluk perosak ini dikudungkan supaya tangan itu tidak lagi berupaya melakukan kerosakan yang sama sepanjang hayatnya kerana selagi tidak dikudungkan, tangan yang dimiliki oleh hati yang jahat itu akan terus melakukan perbuatan yang sama sepanjang hidupnya. Selagi makhluk perompak tadi hidup selagi itulah dia menjadi perompak - membawa ancaman dan ketakutan kepada orang lain. Bagi manusia yang tidak boleh bersabar dan mengambil sesuatu yang bukan miliknya dengan cara yang tidak adil dan benar, Al Quran menerangkan:
Dan laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, maka hendaklah kamu potong tangan mereka sebagai balasan atas apa yang telah mereka perbuat itu,sebagai contoh menakutkan dari Allah, dan Allah adalah Maha Gagah lagi Bijaksana’ (Al Maidah:6:38)



4.8. Jangan Berzina



Manusia adalah makhluk terbaik selagi ia beriman dan mengerjakan amal-amal solleh. Lebih baik dari seluruh makhluk Allah yang lain termasuk malaikat. Firman Allah swt.
`Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal solleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk’(Al Bayyinah:98:7)
Sesungguhnya Kami telah mencipta manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya’ (At Tin:95:4)
Punca terbentuknya keturunan manusia yang rosak dan membawa kerosakan dalam masyarakat di antaranya adalah berpunca dari lahirnya anak-anak haram. Disinilah asasnya kenapa Islam sangat menekankan supaya manusia perlu menjaga marwah keturunannya. Titis mulia keturunan seseorang individu manusia itu musnah apabila bermulanya keturunan anak-anak luar nikah melalui perzinaannya. Keturunannya yang musnah ada kemungkinan menjadikannya dan turunannya disambar oleh beragai-bagai kerja-kerja jelik dan hina sehingga menurunkan darjatnya kepada tahap sehina-hinanya. Firman Allah swt:
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)’ – (At Tin:95:5)
Dikembalikan ke tempat serendah-rendahnya kerana martabat dan darjatnya lebih hina dari haiwan kerana pada hakikatnya semua yang mendapat kehinaan neraka adalah lebih hina dari haiwan.
Firman Allah swt:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir kerana mereka itu tidak beriman’ (Al Anfaal:8:55)
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk’ (Al Bayyinah:98:6)
Mencegah dari terbinanya keturunan manusia haram inilah Al Quran memberikan arahan berikut:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman’ (An Nur:24:2)
Hadis Rasulullah saw
Tidak halal darah seseorang muslim melainkan dengan satu daripada tiga kesalahan. Orang yang telah berkahwin melakukan perzinaan, nyawa dibalas dengan nyawa dan orang yang meninggalkan agamanya dan berpisah daripada jamaah’

Perzinaan membawa kepada aktiviti pelacuran yang menyebabkan berlakunya serangan penyakit-penyakit kronik berpunca dari perlakuan seksual yang salah. Islam memandang perzinaan sebagai jenayah yang samasekali tidak boleh dimaafkan. Sebab itulah syariat Islam mewajibkan dilakukan hudud.



4.9. Hidup Yang Tidak Mengancam Orang Lain



Kehidupan yang mengancam kebahagiaan dan keselamatan orang lain adalah kehidupan masyarakat iblis, syaitan dan haiwan. Manusia yang hidupnya memberi ancaman kepada alam persekitarannya, pada hakikatnya telah tergelincir dari landasan kemanusiaannya dan telah mendekati jiwa haiwan dan syaitan. Sesungguhnya selagi manusia itu bernama manusia padanya seharusnya berkumpul sifat-sifat kebaikan berkasih-sayang, hormat-menghormati, bertolong-bantu, bertimbang-rasa dan lain-lain. Bukan membawa bencana dan ancaman-ancaman dengan keganasan kaki dan tangannya, mulut dan lidahnya atau akal fikirannya, melahirkan fikiran-fikiran yang jahat, menyeleweng dan menyesatkan sehingga terhasilnya sistem-sistem dan ideologi yang membawa malapetaka dan bencana kepada kehidupan insan.
Ancaman terhadap kehidupan kemanusiaan sangat dapat dirasai oleh sistem-sistem yang mengurus kehidupan dunia selama ini misalnya feudalisme, kapitalisme, sosialisme, kuminisme, liberalisme, pragmatisme, materialisme, sekulrisme, – semuanya adalah sistem yang berkaitan dengan soal-soal sosial, ekonomi dan politik. Yang berkaitan dengan moral sosial pula misalnya egoisme, utilitarianisme, eksistensialisme, hedonisme, liberalisme, individualisme dan sebagainya. Pihak yang berauthoriti yang menganut dan menguatkuasakan sistem-sistem di atas adalah ancaman yang paling besar kepada keamanan, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat dunia dan alam sekitar.Berlakulah kezaliman, ketidakadilan, penindasan, penganiayaan, perkosaan dan berbagai-bagai bencana kemanusiaan seperti dideritai sejak sekian lama di bawah hagemoni USA dan Barat yang menguasai sistem dunia.
Justru manusia perlu meletakkan kepimpinan yang betul untuk diri masing-masing supaya berada selamanya pada landasan yang betul. Firman Allah swt:
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya…’ (Al A’raf:7:3)
Pemimpin selainNya ialah iblis dan syaitan, nafsu, akal sendiri, orang-orang kafir, ideologi Barat dan apa-apa sahaja dan siapa-siapa sahaja yang bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya.



4.10. Mencegah Unsur-Unsur Jahat.



Unsur jahat di dalam diri merujuk kepada kejahatan di dalam batin atau jiwa manusia. Dimaksudkan di sini ialah bisikan iblis dan syaitan, nafsu mazmumah, kecintaan kepada dunia dan harta yang menjadi magnet menarik pelbagai sifat-sifat kekejian yang tidak seharusnya ada dalam batin manusia.
Unsur jahat adalah keinginan ke arah melarikan diri dari Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mematuhi seruan iblis dan syaitan, menuruti nafsu syahwat yang rendah dan hina, menggemari perbuatan maksiat, cinta harta dan dunia. Semua ini adalah penderitan kepada jiwa.
Unsur jahat boleh dibersihkan. Dengan berpegang teguh kepada ajaran Tauhid, mengamalinya secara istiqamah seluruh ajaran Allah dan RasulNya saw dan menjauhi seluruh larangan Allah dan Rasulnya, jiwa akan terbebas dari unsur-unsur kejahatan.
Demikian maksud mensucikan zahir dan batin dari sebarang kejahatan dan kekejian sehingga tidak ada walau sezarahpun sifat-sifat kejelikan jiwa sehingga cita-cita hati yang berdosa pun tidak terlintas samasekali di dalam hati.
Firman Allah swt:
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya’ (Asy Syams:91:8-10)



4.11. Berjuang Bagi Mencapai Kualiti



Perjuangan ertinya mujahadah. Mujahadah adalah usaha bersikeras untuk peningkatan atau kenaikan martabat. Manusia berharga dan mulia adalah kerana kualiti. Kualiti di sisi Allah Rabbul Alamin tidak diukur semata-mata melalui aspek zahiriah tetapi lebih kepada aspek batiniah. Aspek batiniah terbukti dengan Sabda Junjungan saw:
'Bahawa Allah tidak memandang kepada rupamu dan tidak kepada hartamu. Ia sesungguhnya memandang kepada hatimu dan amalmu’

Kenapa Allah swt memandang kepada hati? Kerana hati adalah pusat pemerintahan di dalam diri anak Adam. Hatilah yang berkehendak dan bercita-cita, hatilah yang taat ataupun engkar, hatilah yang gembira ataupun sedih, hatilah yang tulus atau munafik.
Secara rengkas kualiti manusia bermula dengan manusia itu sendiri yang mesti kekal dengan sifat dan akhlak kemanusiaannya. Manusia hilang kualiti kemanusiaannya apabila memenuhi jiwanya dan mengekalkan sifat-sifat kehaiwanan dan kesyaitanan sehingga pada akhirnya manusia hilang martabat kemanusiaannya, apabila terhakis sifat-sifat kemanusiaannya – jadilah haiwan-haiwan berkaki dua yang pandai berkata-kata. Manusia yang hilang darjat kemanusiaannya akan disumbatkan ke dalam neraka kerana pada hakikatnya yang mengisi lembah-lembah neraka ialah haiwan dan syaitan.
Sebaliknya manusia yang kekal dengan martabat keinsanannya akan meningkat kepada martabat yang lebih tinggi. Bermula sebagai seorang yang dilahirkan secara fitrah yakni beragama Islam, manusia yang berpegang teguh kepada ajaran Tauhid melalui Rukun Iman dan Rukun Islam akan mencapai darjat mukmin. Manusia mukmin yang semakin baik dan murni imannya akan mencapai darjat insan solleh. Insan solleh adalah insan yang teguh dengan prinsip ‘menjunjung segala titah perintah Allah dan RasulNya dan meninggalkan semua larangan Allah dan RasulNya’. Insan solleh akan mencapai kualiti yang lebih tinggi di sisi Allah Taala menurut sekadar mana pengamalan dan penghayatan sifat-sifat mahmudah sehingga mencapai makam sabar, ridha, tawakal, syukur, zuhud, cinta dan rindu kepada Allah dan sebaginya lalu menempuhi muraqabah, musyahadah pada makam baqabillah dan fanafillah.
Kualiti pada martabat insanlah yang menentukan untuk menempati mana-mana tingkat-tingkat syurga yang tujuh dan sebaliknya kehinaan darjat dan martabat jugalah yang menentukan tingkat-tingkat dalam neraka yang tujuh.Tingkat dan martabat adalah pada kedudukan diri masing-masing di sisi Allah kerana Dialah Pencipta Manusia, Zat Yang Maha Suci Lagi Maha Sempurna



4.12. Bebas Dari Keinginan dan Penderitaan



Inilah di antara martabat tertinggi dalam kehidupan insan di dunia dan di akhirat. Tidak ada keinginan kerana berada pada makam redha. Redha, rela,sabar, tenang dan puas di atas apa yang di anugerahkan baik berupa nikmat maupun musibah sebagaimana difirmankan oleh Allah swt:
Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha kepadaNya’ (Al Bayyinah:98:8)
Darjat dan martabat tertinggi kerana mencapai kesudahan tertinggi dalam akhlak sebagaimana di sebut dalam Hadis Rasulullah saw:
Berakhlaklah kamu dengan akhlak Allah’.

Tersebut pada Hadis saw:
Apabila Allah menyintai seorang hamba, nescaya dicobaNya. Kalau hamba itu sabar nescaya dipilihNya. Kalau hamba itu redha necaya disucikanNya’

Sehingga apabila Allah mengurniakan cintaNya pada paras tertinggi, Nabi saw memperjelaskan seperti berikut:
Apabila Allah menyayangi seorang hamba, nescaya dicobaiNya.Maka apabila disayangiNya dengan kesayangan yang bersangatan, nescaya di iqtina kanNya’ Lalu ditanyakan:”Apakah di iqtina kanNya?’. Nabi saw menjawab:”Allah tidak meninggalkan baginya isteri dan harta”

Saad Abi Waqas ra tidak berdoa untuk diriya walhal semua manusia berkumpul kepadanya kerana kemustajaban doanya sehingga apabila anak saudara menegurnya kenapa tidak memohon kepada Allah supaya mengembalikan penglihatannya, dia lantas menjawab:”Hai anakku! Qadha Allah Yang Mahasuci padaku itu lebih bagus dari penglihatanku”
Demikian juga kesah seorang sufi yang kehilangan anaknya selama tiga hari tanpa diketahui beritanya, lalu dinasihatkan berdoa supaya dikembalikan anaknya, lantas sufi tadi menjawab:”Teguranku kepadaNya pada apa yang qadhakanNya itu lebih berat atasku dari hilangnya anakku”
Inilah makam redha iaitu penyerahan seratus peratus kepada pilihan Allah sehingga seseorang salik tidak mempunyai apa-apa pilihan. Pegangan jiwa adalah kepada makna batin: ‘Tidak ada daya dan upayaku..’ serta ‘mencukuplah/memadailah Allah bagiku’ sehingga mencapai hakikat ‘mayat hidup’ yang disabdakan oleh Rasulullah saw:
’Matikan diri kamu sebelum kamu mati”

Firman Allah Taala:
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa rezekinya sendiri, Allah lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’ – Al Ankabut: 60
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.Dan akibat (yang baik) itu adalahb bagi orang yang bertakwa’ – Thaahaa:132
Dalam Terjemah Al Hikam:
Istirehatkan dirimu/fikiranmu daripada kerisauan kebutuhan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin/diselesaikan lainmu, tidak usah engkau sibuk memikirkannya – Terjemah Al Hikam, Pendekatan Abdi Kepada KhalikNya, hal.9
Biasanya bila Allah Taala menganugerahi martabat ini, manusia berkenaan telah tidak lagi memiliki apa-apa tanggungjawab keduniaan. Sampailah insan berkenaan pada makna tertinggi dan kesudahan yang diikrarkan pada setiap kali lima waktu solatnya:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Tidak ada sekutu bagiNya dan kerana itu aku rela diperintah, dan aku ini adalah orang yang pertama menyerahan diri (kepada Allah) – (Al Anaam:162-163)



4.13. Tafakur/Pertapaan Yang Benar



Apabila seseorang menjauhi semua kesenangan nafsu, membuang semua nafsu-nafsu jahat, kegembiraan dan kesedihan, anda akan memasuki empat darjah meditasi yang akan terhasil menerusi konsentrasi
Inilah martabat pada nafsu mutmainnah bahkan lebih tinggi lagi iaitu nafsu radhiah, mardhiah dan kamaliah pada Alam Malakut, Jabarut dan Lahut.Syurga tanpa susu dan madu sebagaimana kata Sheikh Abdul Qadir al Jailani berasaskan sabda Nabi saw:
‘Allah memiliki syurga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu. Kenikmatan di syurga itu hanya satu iaitu melihat Zat Allah’.

Sewaktu di dunia insan sedemikian hanya memerlukan Allah sahaja dalam hidupnya. Allah dan RasulNya adalah puncak dalam hidupnya. Allah dan RasulNya adalah puncak dalam mahabahnya. Insan sedemikian tidak lagi memerlukan manusia dan dunia atau kehidupan dunia. Beliau telah memutuskan atau telah diputuskan jiwanya dari dunia. Jiwa dan rohnya sentiasa berada di alam tinggi – alam malakut langit, sementara jasadnya di bumi kelihatan bagaikan kurang terurus, tetapi bukan kotor, comot atau berpenyakit. Kelihatan kurang terurus tetapi sesungguhnya agung dan kudus sehingga keindahan jiwanya, kesucian hati nuraninya seakan-akan terpancar dari aroma haruman tubuhnya.
Beliau lebih banyak menyendiri kerana dengan ketersendirian dia abadi bersamaNya. Inilah yang terjadi kepada insan-insan pilihan – golongan ariffin billah, siddiqin dan solihin pada makam ‘baqabillah’ setelah ‘fanafillah’ – setelah ‘mematikan diri kamu sebelum kamu mati’. Inilah martabat Wali-Wali Agung – Rijalullah dan Rijalulghaib.
Nabi saw bersabda mengenai hal ini:
'Apabila Allah menyayangi seorang hamba nescaya dicobaNya. Maka apabila disayangiNya dengan kesayangan yang bersangatan nescaya di iqtina kanNya.

Lalu ditanyakan:“Apakah di iqtina kanNya”
Nabi saw menjawab:”Allah tidak meninggalkan baginya isteri dan harta”
Demikianlah terjadi dalam kesah masyhur kehidupan Ibrahim Adham ra apabila dipertemukan kembali dengan anaknya yang ditinggalkannya pada masa kecil dan apabila dipertemukan semula, dia terpegun melihat anaknya telah menjadi seorang anak muda remaja yang tampan. Melihat anaknya, tertumpahlah kasih kepada anaknya. Saat itulah rohaninya berbicara supaya membuat pilihan antara dua kecintaan, dan apabila dipilih ‘kekasihnya’ anaknya lantas meninggal dunia.
Inilah makna moksya dan nirvana yang setepatnya iaitu apabila seseorang salik mencapai maqam mutmainnah dalam tafakur atau pertapaannya, kembara jiwanya akan terus meningkat dalam maqam fana kepada martabat radhiah, mardhiah dan kamaliah lantas mencapai baqabillah. Beliau tidak akan di iqtina kan kalau dipilih untuk mengurus kehidupan dunia. Demikianlah pengalaman Nabi Musa as di Thursina, Gautama Buddha di bawah Pohon Bohi serta Rasulullah saw di Gua Hira, dan setinggi-tinggi martabat kerohanian ialah ketika Baginda saw menjalani Isra dan Mikraj yang penuh dengan tanda-tanda keajaiban, keagungan dan kebesaran Allah Rabbul Alamin.






UPANISHAD ERTINYA MUQARRABIN.

Perkataan Upanishad bererti ‘duduk dekat’. ‘Upa’ bereri ‘dekat’ , ‘ni’ bererti ‘bawah’ , dan ‘shad’ bermakna duduk’. Di dalamnya terkandung tulisan dalam betuk prosa dan sajak mengenai soal-jawab di antara guru dengan si penanya, pertemuan-pertemuan rahsia, perdebatan yang dilangsungkan oleh kelompok-kelompok tertentu dan orang-orang tertentu di dalam hutan. Upanishad yang tertua boleh jadi digunakan di antara tahun 800 dan 300 sebelum Al Masih. Jangka waktu itu adalah zaman munculnya beberapa agama dan pemikiran di berbagai-bagai negeri dan bangsa.Pada jangka waktu itulah juga munculnya Buddha di India, Phytogoras, Heraclitus, Socrates, Plato, Aristotle dan lain-lain di Yunani, Zarahsutera di Parsi, Kung Fu Tze, Lao Tze dan Meng Tze di China.



Diperturunkan beberapa petikan mengenai Upanishad:



Upanishad adalah satu koleksi ‘perjanjian-perjanjian spekulasi’ (speculative treaties) digubah pada 800-600sm. Upanishad ialah mengenai ‘pengajaran secara rahsia’ (the idea of secret teaching) dalam ‘doa dan lagu-lagu agama’ (hymn) dan formula magik yang diberi penekanan dalam veda, lantas berubah menjadi ‘idea-idea mistik (kebatinan dan tasauf) mengenai manusia dan alam semesta’ di dalam Upanishad, terutamanya mengenai Brahman yang abadi yang merupakan sumber kehidupan (Hakikaat Wujud Yang Nyata) dan atman iaitu ‘diri’ atau roh. (the eternal Brahman which is the basis of all reality, and the atman, which is the self or the soul).



Istilah Upanishad secara tepatnya ialah ‘mereka yang bedekatan - golongan muqarrabin’(those who sit near’), golongan yang dapat mendengar dengan begitu pasti dan teliti mengenai doktrin-doktrin rahsia dari seorang guru kerohanian.Walaupun ada melebihi 200 Upanishad, Cuma 15 sahaja yang disebut oleh pengulas falsafah yang bernama Shankara (788-820M).Kesemua 15 mereka dan Maitri dianggap sebagai Vedic (Tuhan) dan merupakan golongan muqarrabin yang terpenting (The Principal Upanishad); yang selebihnya ditulis kemudian yang dikaitkan dengan Puranic yang memuja Shiva, Shakti dan Vishnu. Upanishad yang tertua dan terpanjang ialah Brihad - Aranyaka dan Chandogya yang ditulis sekitar abad ke 7sm.

Unsur Tauhid

‘perjanjian-perjanjian spekulasi’ boleh jadi yang dimaksudkan ialah mengenai janji-janji, ikrar dan perjanjian antara Allah dengan para Nabi dan Rasul atau ikrar antara para Nabi dan Rasul dengan umat masing-masing. Unsur-unsur sedemikian dirakamkan dalam Al Quran:
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: “Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Nabi Muhammad saw) yang membenarkan apa yang ada padamu, nescaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman:”Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?”. Mereka menjawab:”Kami mengaku”. Allah berfirman:” Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu’ (Ali Imran:81)
Kesah ini adalah kesah di alam roh, antara Allah Taala dengan para Nabi dan Rasul dan semua kesah di alam roh telah tidak diingati lagi oleh manusia apabila rohnya bersemadi di alam jasad di dunia. Melalui wahyu, Allah memperingatkan kembali kepada manusia mengenai sejarah awal masing-masing.



‘pengajaran secara rahsia’ memang menjadi tradisi dalam sejarah dakwah agama apabila para Nabi dan Rasul tidak dapat menyampaikan agama secara terang-terangan dan terbuka kerana ancaman pihak yang berkuasa dan musuh-musuh Ilmu Tauhid. Sejarah penentangan terus-menerus berlaku terhadap para Nabi dan Rasul sebagaimana diperjelaskan dalam bahagian yang lalu dan sifat penentangan ini akan terus-menerus berlaku sepanjang zaman kerana demikianlah ikrar Azazil dan bala tentera iblis.



Ilmu Tauhid berkaitan dengan Tasauf dan Mistik sebahagiannya memang tergolong dalam kategori ilmu rahsia terutama pada tahap metakognitif dan metafizika kerana konsep-konsepnya mengenai hakikat dan makrifat yang amat abstrak, halus mendalam dan berlapis-lapis penuh kiasan, ibarat dan tamsilan dikuatiri akan menimbulkan salah faham dan salah tafsir bagi golongan yang belum mendalami agama terutama mengenai ayat-ayat muatsyabihat. Mengenai hal ini Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumiddin melalui hadis riwayat Abu Hurairah ra menyatakan:
‘Sesungguhnya sebahagian dari ilmu itu seakan-akan seperti keadaan tertutup yang tidak diketahui selain oleh ahli yang mengenal Allah Taala (makrifat). Apabila mereka mempercakapkannya maka tidak ada yang tidak mengerti selain dari orang-orang yang telah tertipu, jauh dari Allah Taala. Dari itu janganlah kamu hinakan seorang yang telah berilmu, yang dianugerahi oleh Allah Taala ilmu tersebut kerana Allah Taala sendiri tidak menghinakannya kerana telah menganugerahi ilmu tadi’ (Ihya Jld.1 hal.98)



Penghinaan, tentangan dan permusuhan, bahkan pembunuhan akan berlaku andaikata hal-hal rahsia ini dibicarakan pada keadaan yang tidak sesuai dengan khalayak persekitaran sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah yang lalu.
Berkata Ibnu Abbas ra mengenai firman Allah Taala yang bemaksud:



‘Tuhan yang menciptakan tujuh langit dan bumi serupa itu pula. Di tengah-tengah (semua) nya turunlah perintah Tuhan (Ath Thaalaq:65:12)



‘Kalau aku terangkan tafsirnya, kata Ibnu Abbas selanjutnya, nescaya kamu akan memukul aku sampai mati’



Berkata Abu Hurairah ra: “Aku menghafal dari Rasulullah saw dua bahagian ilmu. Yang satu aku perkembangkan dan yang satu lagi, jikalau aku perkembangkan, maka putuslah leher ini” (Ihya Ulumiddin Jld. 1 hal: 358)



‘doa dan lagu-lagu agama’(hymn) boleh jadi yang dimaksudkan adalah amalan-amalan yang biasa diamalkan oleh kaum muslimin dan muslimat berupa wirid, doa, ratib, zikir, ayat-ayat tertentu yang dibaca berulang-ulang dan sebagainya yang barangkali penuh dengan sanjungan, puji-pujian atas kemuliaan dan kebesaran Tuhan.



‘idea-idea mistik (Ilmu Ketuhanan, Tasauf dan Kebatinan) mengenai manusia dan alam semesta’. Manusia dan alam semesta penuh dengan keajaiban dan rahsia. Alam zahirnya penuh rahsia dan alam batinnya adalah lautan maha rahsia. Rahsia-rahsia lautan zahir dan lautan batin mengenai manusia dan alam ini hanya terungkai melalui Ilmu Tasauf dan Kebatinan. Pengetahuan mengenai keajaiban dan rahsia ini diperolehi oleh para Nabi dan Rasul termasuk aulia Allah hanya setelah memiliki ilmu makrifah, menerusi mujahadah, khilwah, meditasi, uzlah, tafakkur, bertapa dan seumpamanya yang menghasilkan ilham dan penemuan untuk terciptanya kemajuan dan tamadun. Untuk berfungsi sepenuhnya sebagai Khalifah Allah, Al Quran menganjurkan melalui banyak ayat supaya manusia berfikir, menyelidik dan mengkaji rahsia-rahsia besar yang masih terlalu banyak misteri yang belum lagi terjawab.



Firman Allah mengenai alam semesta:



Apakah kamu tidak melihat bahawasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi hijau?’ (Al Hajj:63)



Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya’ (Ar Ruum;24)



Ayat-ayat di atas adalah rahsia dalam ilmu geografi dan sains terutamanya bidang kimia dan pertanian. Sebahagian rahsia telah terbuka kepada manusia. Ayat-ayat yang berikut adalah mengenai sains angkasa lepas, astronomi, matematik dan fizik yang masih terlalu luas belum terbuka.
Dan di antara kekuasaanNya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradatNya.Kemudian apabia Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi (kubur), seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur) - ( Ar Ruum:25)



Apakah kamu tidak melihat bahawasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang belayar di lautan dengan perintahNya? Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izinNya?’ (Al Hajj:65)



‘Sesungguhnya sehari di sisi Tuhan mu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung’ (Al Hajj:47)



Cabaran Allah swt yang paling hebat untuk manusia mengenai alam semesta ialah:
‘Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembusi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah; kamu tidak dapat menembusinya melainkan dengan kekuatan’ (Ar Rahman:33)





Untuk membicarakan keajaiban alam semesta dalam ayat-ayat di atas, berpuluh-puluh kombinasi ilmu diperlukan, misalnya geografi, sains pertanian, sains hayat, graviti, sains angkasa lepas, matematik, fizik, kimia dan seluruh cabang-cabang bagi setiap induk ilmu tersebut.



Manusia sekadar diberi daya untuk meneroka planet-planet dalam sekitar langit bumi. Manusia telah pun sampai ke bulan, tetapi teknologi angkasa lepas manusia sekadar mampu menghantar roket tanpa manusia ke planet Marikh yang sejauh 214 juta kilometer dalam penerbangan selama 11 bulan. Sekarang manusia dalam misi menghantar roket ke Planet Pluto yang dijangka tiba pada tahun 2015 dalam penerbangan selama 9 tahun. Setakat itulah pencapaian. Bagaimana dengan galaksi Bima Sakti, Andromeida dan lain-lain yang jarak jauhnya dikira dengan ratusan ribu tahun-tahun cahaya? Tentulah musahil!



Mengenai keajaiban manusia pula bacalah firman-firman berikut:



Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia mencipta kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak’
‘Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir’



‘Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah mencipta langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui
(Ar Ruum:20-22)



Mengenai Ketuhanaan, Tasauf dan Kebatinan:



‘…maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah’ (Al Baqarah:115)



Allah Cahaya langit dan bumi’ (An Nuur:35)



‘(Ar Rahman:29)Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan’
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhan mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan’ (Ar Rahman:26)



Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, Upanishad seharusnya dikaji dan diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa moden supaya rahsia mistiknya dapat diketahui secara pasti.



Allah, manusia dan alam semesta adalah persoalan falsafah yang sangat tinggi. Akal bistari, kecemerlangan intelek dan pandangan yang tajam lagi halus dan yang teristiewa sekali ialah melalui kasyaf dan terbuka hijab sangat diperlukan untuk menghuraikannya secara tepat dan terperinci yang rahsia besarnya tersembunyi dalam hakikat Ahadiah dan menefestasi Nur Allah dan Nur Muhammad



Upanishad bermakna ‘muqarrabin’. Muqarrabin bererti hampir atau dekat (karib) iaitu sekumpulan yang amat sedikit bilangannya, terdiri dari para Nabi dan Rasul, golongan yang benar (syiddiqin), muttaqin (golongan yang bertakwa) dari kalangan aulia Allah dan hamba-hamba Allah yang solleh. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang ‘hampir’ dengan Alllah persis malaikat muqarrabin (10 orang malaikat - Jibrail as, Mikail as, Israfil as, Izrail as dll).
Golongan muqarrabin lebih tinggi darjatnya dari Golongan Kanan (Asyhabul Yamin), melepasi Assiratal Mustakim dengan sedikit hisab atau tanpa hisab. Sesuailah golongan ini (Upanishad) mendapat ilham tinggi atau Ilmu Laduni (doktrin rahsia) sehingga yang termuat dalam kitab ini adalah konsep-konsep yang sangat halus mendalam sehingga tidak terjangkau oleh fikiran-fikiran biasa dari orang-orang biasa. Justru golongan muqarrabin (Upanishad) sentiasa berdampingan dengan Maitri untuk mendapatkan kupasan-kupasan mengenai perkara yang abstrak menyentuh soal metakognitif, metaetika, metafizika, hakikat dan makrifat kerana Maitri bererti ‘utusan’ dan utusan tentunya merujuk kepada utusan-utusan Tuhan Allah Rabbul Alamin yang bergelar Nabi dan Rasul.



Inilah yang termuat dalam tamadun ilmu Islam yang bila dibicarakan di hadapan umum, maka dihukum sesat oleh ilmuan Islam yang tidak sampai kepada aras mukasyafah (terbuka hijab). Inilah bidang ilmu mukasyafah iaitu bidang ilmu yang termasuk dalam kategori ilmu rahsia yang tidak dibicarakan kecuali sesama yang faham. Petikan-petikan berikut, semoga dapat memberikan kefahaman untuk memecahkan kekeliruan dalam agama.
Sabda Rasulullah saw:



'Tidaklah Abu Bakar melebihi dari kamu disebabkan banyak puasa dan bersolat. Tetapi adalah disebabkan oleh suatu sirr (rahsia) yang mulia dalam dadanya’ (Ihya Ulumiddin hal:358)



Tuhan yang menciptakan tujuh langit dan bumi serupa itu pula. Di tengah-tengah (semua) nya turunlah perintah Tuhan (Ath Thaalaq:65:12)



‘Kalau aku terangkan tafsirnya, kata Ibnu Abbas selanjutnya, nescaya kamu akan memukul aku sampai mati’



Berkata Abu Hurairah ra: “Aku menghafal dari Rasulullah saw dua bahagian ilmu. Yang satu aku perkembangkan dan yang satu lagi, jikalau aku perkembangkan, maka putuslah leher ini” (Ihya Ulumiddin Jld. 1 hal: 358)



Merujuk kepada perkara inilah Saidina Ali Karamallah huwahja mengatakan: ‘Jikalau aku mahu, nescaya dapatlah aku isikan pikulan tujuh puluh ekor unta dari penafsiran surah Al Fatihah sahaja’. (Ihya Ulumiddin Jld.2 hal 132)



Apabila menyentuh ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran, para ilmuan Islam yang ikhlas hati dan jiwanya terhadap agama, dan belum pernah pula terbuka kepada kefahaman mukasyafah akan berlapang dada dan mengakui dengan penuh merendah diri betapa semuanya itu hanya Allah swt sahajalah Yang Maha Mengetahui hakikatnya selain sebahagian kecil Rasul-Rasul utama dan auliya-auliya Allah yang agung.









ANTARA HUKUM KARMA DENGAN QADAK DAN QADAR.

Karma bermakna ‘tindakan atau perbuatan’ iaitu merujuk kepada tindakan seseorang dan akibat-akibat dari perbuatannya. Dalam Hinduisme ‘kehidupan pada zaman sekarang ditentukan oleh bagaimana corak kehidupannya pada masa yang lalu’. Hukum karma adalah hukum berasaskan kesan-kesan moral, atau kesan akibat tindakan seseorang pada masa lampau, pada masa kini ataupun pada kemunculan akan datang. Apabila seseorang melakukan tindakan-tindakan yang betul, dia sebenarnya sedang menunju ‘pembebasan dari kitaran berulang-ulangnya kelahiran dan kematian’.



Sebaliknya kalau perbuatan seseorang itu jahat, dia akan berada lebih jauh dari pembebasan. Faktor penentu ialah karma seseorang. Pusingan kelahiran, kematian dan kelahiran semula tidak akan berakhir. Matlamat Hinduisme adalah untuk ‘mencapai karma yang sebagus mungkin’ bagi ‘mengeluarkan dirinya dari putaran kelahiran semula dan mencapai kebahagiaan abadi (eternal bliss)’.
Kesimpulannya nilai baik dan buruk dalam kehidupan seseoraang sama-sama berperanan menentukan kelahiran semula seseorang selepas mati.(The culminating value of all one’ life actions, good and bad, which together determine one’s next rebirth after death.)

Unsur Tauhid

Hukum Karma terdapat unsurnya dalam salah satu Rukun Iman iaitu percaya kepada ‘untung baik dan untung jahat’ seseorang hamba yang telah tercatat dalam Lauhil Mahfudz. Untung baik dan untung jahat termaktub dalam Qadak dan Qadar iaitu Iradah Allah swt. Firman Allah swt:


‘Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)’ (Huud:11:6)
‘.dan jika mereka memperoleh kebaikan mereka mengatakan:”Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:”Ini dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah:”Semuanya dari sisi Allah” ( An Nisaa:78)
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’ ( Ath Thallaq:3)




Hukum Karma juga dapat dilihat unsurnya dalam agama Islam berdasarkan Firman Allah swt: ‘Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, nescaya dia melihatnya (akibat). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, nescaya dia akan melihatnya pula (balasan)’ (Az Zalzalah:7-8)
‘Pada hari ini (Yaumil Mahsyar) tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya.Tidak ada yang dirugikan hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya’ (Al Mukmin:17)




Hukum Karma ialah perbuatan, kelakuan, tindakan seseorang menentukan samada seseorang itu mendapat balasan baik atau buruk. Ini adalah asas yang sangat sama dengan ajaran Tauhid.




‘mencapai karma yang sebagus munkin’ iaitu perbuatan atau akhlak yang terbaik. Islam juga menekankan akhlak yang sebaik mungkin. Semakin baik akhlak seseorang manusia menjadikannya semakin hampir dengan Allah swt (muqarrabin). Insan terhampir ialah Nabi Muhammad saw. Yang terjauh dari Allah swt ialah yang terburuk akhlaknya. Justru kaum munafiqin terletak pada azab terkebawah pada lapisan ketujuh neraka kerana kejelikan akhlaknya.




‘mengeluarkan dirinya dari putaran kelahiran semula dan mencapai kebahagiaan abadi. Konsep ‘kebahagiaan abadi’ , ialah kehidupan di syurga yang kekal selama-lamanya dan inilah akhir perjalanan manusia yang beroleh rahmat Ilahi menurut ajaran Tauhid iaitu bebas dari sengsara. Inilah tanggungjawab manusia di bumi ujian ini untuk membebaskan dirinya dari segala kejahatan supaya bebas dari sengsara (samsara) akhirat.

Kecelaruan Tauhid



‘kehidupan pada zaman sekarang ditentukan oleh bagaimana corak kehidupannya pada masa yang lalu’. Agama Hindu mempercayai manusia yang ada pada hari ini, pernah hidup pada masa yang lalu dan apa yang dialami kini adalah hasil dari kesan karma pada kehidupan terdahulu. Kehidupan pada hari ini akan menentukan pula nasib bahagia atau tidak pada masa kelahiran semula nanti. Kelahiran semula dan kematian adalah proses yang berulang-ulang dan tiada akhirnya kecuali dengan ‘pembebasan’- bebas dari berulangnya kelahiran semula dan mencapai ‘bahagia abadi’. Selagi belum dapat kebahagiaan abadi, ‘berulangnya kelahiran semula dan kematian adalah satu kesengsaraan (samsara).


Dalam hal ini Agama Islam menerangkan bahawa kehidupan manusia bermula di muka bumi apabila dia dilahirkan.Masa yang lalu bagi manusia adalah terangkum dalam ilmu mengenal diri (makrifat) iaitu ‘dari mana kamu datang’. Jawapannya ialah `Sesungguhnya Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya lah kami kembali’ (Al Baqarah:156)



Masa lalu manusia ialah dari beberapa ‘alam’ dan rengkasnya ialah alam roh,alam kandungan bapa, alam kandungan ibu dan alam dunia.Dunia adalah alam transit dan dinamakan juga alam khayalan (maya). Di atas dunia manusia diutuskan untuk berkelana dalam pengabdian dan menjaga amanah.Manusia dipinjamkan oleh Allah jasadnya untuk kembara ke alam fizik, diberi dan dipinjamkan usia, akal, harta dan lain-lain untuk membuat ‘persediaan dan perniagaan’ bagi kehidupan seterusnya di Alam Akhirat. Apabila mati, manusia akan memasuki alam kubur dan apabila kiamat dunia, bermulalah pula alam akhirat. Di alam akhirat manusia akan ‘dihidupkan semula bersama jasad’ (kelahiran semula menurut Hindu) dan bertanggungjawab sepenuhnya di atas seluruh perbuatan baik dan buruknya. Ada proses penanggungjawaban di Yaumil Mahsyar (Hukum Karma). Firman Allah Taala:



(Ingatlah) suatu hari, tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya - (An Nahl:111)



Pada masa itulah manusia akan mengalami hidup berlandaskan ‘karma’nya yang lalu (di atas dunia), diciptakan dan dihidupkan semula (di Yaumil Mahsyar) samada sebagai manusia atau haiwan.Penghuni neraka (orang-orang yang tidak beriman dengan Allah Taala) adalah haiwan.Ini dibuktikan dengan Firman Allah Taala:



Sesungguhnya haiwan yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, kerana mereka itu tidak beriman (iaitu) orang-orang yang kamu (Nabi dan Rasul/Risyi dan Maha Risyi) telah mengambil perjanjian dari mereka (umat masing-masing), sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya (menolak Agama Tauhid), dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya – neraka)’ (Al Anfaal:5-56)


Sesungguhnya orang-orang kafir iaitu ahli Kitab (tidak mentaati ajaran Suhuf-Suhuf, Zabur, Taurat dan Injil) dan orang-orang musyrik (penyembah berhala dsb) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk (Al Bayyinah:6)


Hadis Nabi saw:


‘Orang yang mengoyak-ngoyakkan kehormatan orang lain dibangkitkan sebagai anjing yang galak.Orang yang loba kepada harta-benda orang lain dibangkitkan sebagai serigala yang ganas. Orang yang menyombong terhadap orang lain dibangkitkan dalam bentuk harimau. Dan orang yang mencari jadi kepala dibangkitkan dalam bentuk singa’



Penghuni syurga ialah insan. Insan adalah manusia yang hidupnya kekal dengan sifat kemanusiaan dan mengabdi kepada Allah swt.Firman Allah swt untuk insan:


’Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal solleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun redha kepadaNya.Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya’ (Al Bayyinah:7-8)


Kami berpendapat inilah di antara kerja jahat dan perdayaan Azazil dan kaum kerabatnya dalam konsep kelahiran semula (reincarnation).Tidak ada jelmaan semula di atas dunia. Haiwan, tumbuh-tumbuhan, bukit-bukau, gunung ganang, air, udara, langit, bumi dan sebagainya adalah sama-sama makhluk Allah seperti manusia yang semuanya itu dijadikan untuk berkhidmat dan dimunafaatkan untuk dan oleh manusia kerana manusia adalah khalifah – Khalifah Allah bukan khalifah selainNya. Firman Allah swt:


Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya daripadaNya’(Al Jaatsiyah:13)



===========================================


WAHDATUL WUJUD.

Fahaman Wahdatul Wujud bukanlah satu ajaran baru yang sesat dan menyesatkan. Fahaman ini adalah ibarat tunjang dan teras batin dalam tasauf yang akarnya tertancap di dasar bumi ketujuh dan puncaknya menjulang menujah langit terus ke Sidratul Muntaha. Inilah sesungguhnya, diulangi, demi sesungguhnya, inilah pati, intipati dan saripati agama yang menjadi pegangan para Nabi dan Rasul dan Auliya-Auliya Allah yang agung sejak zaman Nabi Adam as sehinggalah kiamat dunia. Wahdatul Wujud adalah Quran Batin dan Islam Batin yang dapat dilihat dengan sejelas-jelasnya tersembunyi dalam ayat-ayat mutasyabihat tetapi demikianlah Maha Kuasanya Allah menyembunyikan sesuatu yang teramat terang. Sesungguhnya sesuatu itu apabila menjadi teramat terang, akan tersilau lalu tertutup pengihatan oleh kesilauan.


Fahaman ini adalah pegangan batin kepada hakikat al Haq dalam Sifat 20 - Nafsiah, Salbiah, Maani dan Manuwiyah – terdiri dari wujud, qidam, baqa, mukholal fatuhu taala lilhawadis, qiamuhu taala binafsih, wahdaniat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, samak, basar, qalam, qanuhu taala qadirun, qanuhu taala maridun, qanuhu taala alimun, qanuhu taala hayyun, qanuhu taala samiun, qanuhu taala basirun dan qanuhu taala mutakallimun. Inilah pegangan jiwa-jiwa yang kudus dan agung sepanjang zaman, wujud dalam semua zaman, tetapi menempuh proses evolusi yang berkembang sempurna dan mencapai puncaknya apabila terutusnya Muhammad Habibullah saw.


Sesungguhnya tentulah suatu hal yang amat luar biasa dan menjadi puncak ketakjuban pula, menjadi lemahlah seluruh akal yang lemah, apabila Dia yang menjadi sumber wujud bagi seluruh kewujudan, Dia lah Zat Yang Maha Nyata dan Zahir, yang Maha Nyata dan Maha ZahirNya tidak didahului oleh apa-apa atau siapa-siapa, tiba-tiba Dia pulalah juga yang Maha Ghaib dan Tersembunyi. FirmanNya:


Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang zahir dan Yang Batin’


Seluruh ketakjuban ini tersembunyi dalam rahsia kalimah teragung Laailaha Illallah Muhammadar Rasulullah’ yakni Hakikat Allah dan Hakikat Muhammad saw. Inilah asas pertama teras akidah Ahlul Sunnah Waljamaah. Meyakini dengan tepat dan benar hakikat Allah dan Muhammad ertinya mengetahui dengan jelas dan tepat Hakikat Ketuhanan Allah Rabbul Alamin serta Hakikat Kerasulan Muhammad, hubungkait antara Nur Allah dan Nur Muhammad antara Zat dan Sifat dan keharmonian Jalalullah dan Jamalullah sehingga memanifestasikan hayat dan wujud bagi semesta alam. Konsep inilah yang dapat ditemui dalam ajaran Taoisme dalam konsep The Three Pure Ones seperti berikut:


The Tao Producing The One (Tai Chi)
The One Produce Two (Ying and Yang)
The Two Produce The Three (The Three Pure Ones)
The Three Produce All The Myriad Being (All of Existence)


(Tao melahirkan yang Satu
Yang Satu melahirkan yang Dua
Yang Dua melahirkan yang Tiga
Yang Tiga melahirkan semua makhluk)


Menerusi interaksi dan hubungan harmoni antara Ying dengan Yang, The Three Pure Ones menjadi nyata. Inilah kombinasi dan kesan interaksi Zat dan Sifat, Jalalullah dan Jamalullah!


Dapat dilihat juga dalam konsep Brahman seperti berikut:


In the beginning there was Existence, One only, without a second (Pada permulaannya hanya ada satu Wujud, Maha Esa, tanpa ada yang kedua) - Upanishad, Chandogyia.


Before creation, all that was the Self, the Self alone. Nothing else was. Then Self thought: Let me send forth the worlds (Sebelum kejadian, seluruh yang ada cuma dia.Dia sahaja. Tidak ada yang lainnya. Kemudian dia berfikir:Biar Aku adakan alam semesta) - Upanishad, Aitareya
He thought: Behold the worlds. Let me now send forth their guardians. Then he send forth their guardians. (Dia berfikir: Lihat alam semesta. Biar aku adakan para penjaganya. Kemudian Dia mencipta penjaganya) Upanishad. Aitarey


Let a man, freeid from the taint of passion, worship Brahman alone (Mestilah seorang manusia, terbebas dari godaan nafsu, menyembah Brahman sahaja) Upanishad, Chandogya.


Brahman is supreme. He is self – luminous. He is beyond all thought. Subtler than the subtlest is He, farthest than the farthest, nearer than the nearest. He resides in the lotus of hearth of every being ( Brahman itu maha agung. Dia cemerlang sepanjang zatnya. Dia berada di luar seluruh pemikiran.Dia maha ghaib dari yang paling ghaib, maha jauh dari yang paling jauh, maha dekat dari yang paling dekat. Dia bersemayam di dalam seroja hati setiap makhluk) - Upanishad, Mundaka.(Agama-AgamaBesar Di Dunia hal. 44-45)


Persoalan yang sangat menggugat pegangan umat Islam akhir zaman ialah mengenai konsep Muhammad. Siapakah Muhammad saw? Pegangan yang paling lemah mengenai Nabi Muhammad saw adalah apabila diputarbelitkan oleh Yahudi dan orientalis Barat melalui pengajian di universiti sekular Islam yang mengatakan bahawa Baginda saw adalah insan yang menjadi Nabi terakhir yang diutuskan di Mekah yang riwayat Baginda saw bermula cuma sejak 571M-632M. Inilah bencana! Melalui maklumat sedemikian, maka timbullah sangkaan dan kepercayaan kepada umat Islam bahawa sejarah Agama Islam cuma bermula pada abad ke 6M. Inilah juga bencana!


Nabi Muhammad saw sesungguhnya adalah Rahsia Agung. Baginda saw adalah tajalli kanzun mahfyyan – Cahaya Allah memanifestasi kepada Cahaya Muhammad, Rahsia Agung yang tersembunyi dalam Zat manifestasi kepada Sifat.. Ruh Muhammad saw adalah ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk sesuai dengan Sabda Rasullullah saw:


Aku dari Allah dan orang-orang mukmin dari aku’


Firman Allah swt dalam Hadis Qudsi:


Kalau Aku tidak menciptakanmu, maka Aku tidak akan menciptakan ‘Falak’ (alam semesta)


Sabda Penghulu Junjungan Rasulullah saw seterusnya:


‘Tatkala Adam as telah terbuat suatu kesalahan (menyebabkan Baginda as tersingkir dari syurga, Baginda as berdoa memohon ampun). Sekali Baginda as mengangkat kepalanya ke arah langit dan memohon. “Ya Allah! Aku memohon keampunan kepada Engkau dengan berkat syafaat Muhammad saw”.



Maka Tuhan mewahyukan kepadanya:”Siapakah Muhammad saw ini yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya?”.Baginda menjawab:”Ketika Engkau menjadikan aku, maka sekali aku memandang ke arah ArasyMu dan aku melihat ada tertulis padanya ‘Laa illa haillallah Muhammadar Rasulullah’, maka aku telah yakin bahawa tiada sesiapapun yang lebih tinggi daripadanya pada sisiMu yang namanya Engkau telah meletakkan bersama dengan namaMu”.Lantas Tuhan mewahyukan kepadanya:”Wahai Adam! Sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir Zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tiada maka sudah pasti Aku tidak menjadikan engkau”


Firman Allah swt.


‘Telah datang kepada kamu sekalian cahaya (Nabi Muhammad saw) dan Kitab yang menjelaskan’(Al Maidah:15)


Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk kasih sayang (rahmat) bagi semua alam’ (Al Anbiya:107)


Dan tiada Kami mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’Saba: 28


Dalam Hadis Qudsi:


'Aku adalah kanzun mahfiyyan' (perbendaharaan tersembunyi). Aku ingin ditemukan dan dikenali.Kuciptakan makhluk agar mereka mengenaliKu'.


Inilah rahsia bacaan selawat berikut:


Allahhum masolli ala Saidina Muhammadin fil awwalinn, wasolliwassallim ‘ala Saidina Muhammadin fil aakhirin


Inilah di antara ayat-ayat yang disembunyikan oleh musuh-musuh Allah dan RasulNya kerana bukan faktor mutasyabihat tetapi di belakangnya mengandungi jarum halus dan licik bangsa Yahudi atas kedengkian mereka kerana Nabi Muhammad saw tidak diutuskan sebagai Bangsa Yahudi.


Selain dalam ajaran ‘agama yang kekal abadi’ - Sanatara Dharmaa - (Hindu) dan agama Pemberi Cahaya – Buddha, intipati Islam ini dapat juga dilihat dalam ajaran agama lain – Kristian, Yahudi, Zoroasterime, Kung Fu Tze (Confucius) dan Taoism (Lao Tze). Bahkan bukan sahaja dalam ajaran yang bersifat keagamaan, intipati Islam ini dapat dilihat unsurnya dalam bicara falsafah hasil penemuan ilham tinggi dari ahli-ahli falsafah yang masyhur sebelum masihi dalam tamadun Greek-Yunani seperti Phytogoras, Socrates, Plato, Aristotle, mazhab Neo Platonisme dan sebagainya yang berat sangkaan kami mengatakan mereka terdiri dari kalangan para Nabi dan Rasul yang berjumlah seramai 313 orang.


Mazhab Neo Platonisme adalah aliran falsafah Greek yang terakhir dibangunkan oleh Plotinus (205-270m) pada abad ke 3 masihi di Iskandariah, Mesir. Ahli falsafah Greek ada yang berpendapat bahawa Plotinus pernah mendalami ilmu falsafah di India dan pokok ajarannya ialah mengenai ‘mengenali Dia di dalam diri sendiri’ dan ‘ Dia berada dalam seluruhnya’ dan ‘ seluruhnya adalah Dia’ yang banyak terdapat dalam Kitab Veda terutama kitab Upanishad, melahirkan faham bahawa Wujud Tunggal Pencipta meresapi seluruh alam. Dunia falsafah menyebutnya sebagai fahaman pantheism atau dalam Tasauf Islam terkenal dengan fahaman Wahdatul Wujud.


Fahaman ini pernah dianut oleh ahli-ahli sufi Islam sejak abad ke 10M, misalya Jalaluddin Al Rumi (1207-1273M), Mahyuddin Ibnu Arbi (1165-1240M) dan Bahauddin Al Naqsyabandi (1317-1389M). Bahkan sufi besar Al Hallaj (858-922M) pada saat-saat fanafillah sering terlatah mengucapkan ‘Ana’l Llah’ yang bererti ‘Akulah Allah’ dan ‘Ana Al Haqq’ yang bererti ‘Akulah Al Haqq’, lalu dijatuhi hukuman mati di Baghdad pada masa Khalifah Al Muqtadir (908-932M) – (Agama-Agama Besar Di Dunia hal.49).


Intipati Islam ini serta berbagai-bagai disiplin ilmu lainnya - ilmu sains dan cabang-cabangnya, matematik, astrologi dan astronomi, geografi, psikologi dan antropologi, perubatan, kejuruteraan, dan berbagai-bagai bidang ilmu teknologi kemahiran hidup lainnya, berkembang serentak atau beredar dari satu tamadun kepada satu tamadun yang lain silih berganti – Tamadun India, Tamadun China, Tamadun Yunani, Tamadun Mesir, Tamadun Irak dan lain-lain pada abad-abad Sebelum Masihi. Seluruh tamadun dunia zaman sebelum masihi ini pada akhirnya mencurah menimbun dan berkumpul serta berkembang dengan sangat indah sempurna dalam induknya - tamadun Islam; bermula pada zaman Rasulullah saw bersempena Baginda saw sebagai penutup para Nabi dan Rasul. Inilah erti Nabi Akhir Zaman iaitu Nabi terakhir yang telah menyempurnakan seluruh tamadun al Haq sejak zaman Nabi Adam as bagi mencapai kesempurnaan tertinggi dalam tamadun kemanusiaan menjelang kiamat.


Ajaran Islam yang sudah lengkap sempurna sempena zahirnya ‘bapa segala roh’ ini terus mencapai zaman gemilang dan terbilang pada zaman para Sahabat rh dan seterusnya pada zaman-zaman seterusnya sewaktu Islam menjadi pentadbir dunia di Zaman Empayar Umaiyyah, Abbasiyah, Fatimiyyah, Uthmaniah, Dinasti Moghul/Kesultanan Delhi, Kesultanan Acheh, Kerajaan Islam Demak, Kesultanan Islam Brunei, Kesultanan Sulu, Kerajaan Melayu Melaka dan sebagainya.


Inilah rahsia ayat:


‘Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang zahir dan Yang Batin’
Juga.
Allahhum masolli ala Saidina Muhammadin fil awwalinn, wasolliwassallim ‘ala Saidina Muhammadin fil aakhirin’

Serta firman Allah swt:
`Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridai Islam itu jadi agama bagimu’ (Al Maaidah:3)


Kedurjanaan bangsa Yahudi memporak-perandakan umat Islam menjadi begitu berbisa apabila para ilmuan Islam yang mukhlisin, para ulama warasatul ambiya dan para pendukung ilmu tasauf yang hidup penuh muhabbah kepada al Khaliq, pada zaman-zaman terdahulu telah dituduh dipengaruhi oleh ajaran Tasauf yang sesat dari pemikiran ahli-ahli falsafah Greek Yunani terutamanya aliran NeoPaltonisme, Hindu dan Buddha, lantas dilemparkan sangkaan Tasauf Islam diserapi pengaruh Hindu dan Buddha selain pengaruh NeoPlatonisme. Inilah bencana ratusan tahun kepada ummah, ilmu dan tamadun Islam!


Nabi Muhammad saw memang tidak menyampaikan konsep Wahdatul Wujud secara meluas – kecuali kepada sahabat-sahabat khusus dan ahli Suffah - kerana membimbangi berulangnya malapetaka yang telah menimpa umat-umat Nabi terdahulu yang akibat ‘keterbatasan ilmu dan akal’ di kalangan umat, lalu membuat tafsiran-tafsiran dan takwilan yang menyesatkan sehingga meletakkan unsur ketuhanan dan kedewaan kepada manusia-manusia luar biasa seperti itu lantas dipatungkan, disembah dan dipuja. Ini sangat jelas dalam ajaran Kristian, Buddha dan Hindu.


Umat Nabi Muhammad saw secara majoritinya dibiarkan dalam keadaan ’ orang awam’ yang berpegang seteguhnya kepada Syariat Rasulullah saw dan Islam Zahir sambil membenarkan, mengikuti, mencontohi, mentaati dan mencintai personaliti yang berilmu yang terbukti memiliki ilmu yang tidak terjangkau oleh mereka. Inilah maksud sabda Penghulu Junjungan saw:


Para Sahabatku umpama bintang di langit. Mengikuti mana-mana satupun kamu akan mendapat petunjuk’.


Menempuh jalan Tasauf sesungguhnya menempuh medan perjuangan yang teramat berat. Inilah yang ditempuhi oleh para sufi. Dalam proses mencari dan ‘mengenal diri dan ketuhanan’ seseorang ‘salik’ yang menjalani berbagai-bagai jalan tasauf dan zikir tarekat, akan melakukan zikir secara khilwah, bertapa, suluk, meditasi dan berbagai-bagai istilah lagi; akan tersingkap kepada jalan berliku dan simpang-siur perjalanan, dan tanpa bimbingan rohani sempurna terdedahlah kepada berbagai-bagai takwilan ketuhanan.


Mencari pembimbing ruhani sempurna atau guru mursyid – insan warasatul ambiya yang mewarisi ilmu zahir (Fekah –Syariat Zahir) dan ilmu batin (Tasauf – Syariat Batin) - adalah wajib supaya terselamat seseorang salik dari duri dan pancaroba penghuni alam ghaib dan rohani. Imam Al Syafie ra mengatakan,’ Jadilah fakih dan sufi; jangan hanya menjadi salah satunya. Sungguh, demi kebenaran Allah, aku menasihatimu dengan ikhlas’. Dan Imam Malik ra mengingatkan, `Orang yang bertasauf tanpa mempelajari fekah telah merusak imannya, sedangkan orang yang memahami fekah tanpa menjalankan tasauf telah merusak dirinya. Hanya orang-orang yang memadukan keduanyalah yang menemukan kebenaran’. (Tasauf dan Ihsan hal: 178)


Dalam proses penyucian jiwa untuk menghampiriNya teramatlah sukar membezakan antara ilham kemalaikatan dengan bisikan iblis, syaitan, jin dan berbagai-bagai makhluk halus. Hanya salik yang benar-benar ikhlas akan selamat sampai ke destinasi.Inilah juga masalah dalam alam tasauf akhir zaman terkhususnya di Kepulauan Alam Melayu – sukarnya untuk mendapat pembimbing ruhani sempurna setelah sekian lama Islam disekularkan di bawah sistem dan ideologi Barat.


Oleh sebab konsep WahdatulWujud adalah suatu persoalan metafizika yang paling halus dan terdalam yang “seakan-akan tertutup” dan disebarkan pula secara tradisinya ‘tertutup dan secara rahsia’, sebab itulah pengamal-pengamal tasauf sendiri bertelingkah dan pecah kepada dua golongan sejak sekian abad. Mereka yang benar-benar mukhlisin di sisi Allah Azawajalla dan mencapai Al Haq, mereka yang sedikit jumlahnya adalah golongan muqarrabin dan rohaniah dari kalangan umat Nabi Muhammad saw yang melintasi Siratul Mustaqim tanpa hisab adalah satu bilangan yang kecil sahaja iaitu seramai 70,000 berbanding dengan umat-umat Nabi dahulu kala yang besar jumlahnya. Al Quran menerangkan mengenai hal ini:


Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dahulu (masuk syurga). Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).Berada dalam kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al Waqiah:56:10-14)


Akan tetapi Nabi Muhammad saw tetap berbangga dengan ramainya umat Baginda saw yang masuk syurga; dan ramai pula masuk dengan syafaat Baginda saw sendiri dan syafaat golongan muqarrabin sehingga umat Baginda saw yang masuk syurga menyamai bilangan semua umat 313 Nabi dan Rasul-Rasul terdahulu. Al Quran menerangkan:


‘(Kami ciptakan mereka – bidadari) untuk golongan kanan (iaitu) segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang-orang kemudian (Al Waqiah:56:38-40)


Golongan muqarrabin dalam kalangan umat Nabi Muhammad saw jumlahnya sekadar 70,000 berbanding berbilion manusia Islam sejak zaman Rasulullah saw sehinggalah ke hari kiamat. Selain sejumlah para Sahabat dan para Auliya Allah yang agung dari kalangan bangsa Arab dan Timur Tengah, terdapat sedikit di kalangan bangsa-bangsa yang lain di serata dunia Islam. Di Alam Melayu yang titisannya kebanyakan dari kalangan Ahlul Bait cuma sekadar segelintir, berbanding ratusan juta umat Melayu sejak kedatangan Islam pada sekitar abad ke 13 lalu.


Golongan muqarrabin adalah golongan paling istimewa. Mereka menempati syurga tingkat empat hingga ke tujuh. Sabda Nabi saw mengenai nikmat golongan ini:


‘Allah memiliki syurga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu.Kenikmatan di syurga itu hanya satu, iaitu melihat Zat Allah’


Al Quran pula menerangkan:


‘Wajah-wajah (golongan muqarrabin) pada hari itu berseri-seri’ (Al Qiyamah:22)


Juga dijelaskan dalam Hadis Nabi saw:


Kamu sekalian akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat sinar bulan purnama’


Wahdatul Wujud sesungguhnya bukanlah masaalah akidah. Wahdatul Wujud pada hakikatnya tidak ada apa-apa perbalahan dengan aqidah Ahlul Sunnah Waljamaah. Aqidah adalah soal keyakinan iaitu setelah melepasi tingkat kepercayaan. Keyakinan ada lapisan-lapisan atau tingkat-tingkat iman tersendiri, bermula dari keyakinan berasaskan ilmu – ilmu yaqin. Bila keyakinan hati semakin meningkat, hati akan mencapai tingkat ainul yaqin dan inilah iman yang baik dan berguna. Benih Wahdatul Wujud bermula dari ainul yaqin, lantas mencapai keyakinan yang benar – haqqul yakin. Keyakinan yang benar ialah melihat yang benar itu adalah benar iaitu benar yang hakiki sebagaimana adanya atau sebagaimana sepatutnya – kebenaran wujud Al Haq; lantas seterusnya mencapai keyakinan yang sempurna – kamal yaqin. Inilah martabat kamil muqamil. Wahdatul Wujud sesungguhnya bukan konsep akidah, tetapi adalah berkaitan dengan pegangan batin dan jiwa – sesuatu yang diluar batas akal dan kognitif tetapi adalah persoalan metakognitif dan metafizika – rahsia terindah dalam batin yang paling dalam!


Firman Allah swt.


Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar’ (Al Hijr:15:85)


Sabda Nabi Muhammad saw:


Barangsiapa melihat daku sesunguhnya ia melihat Haq Taala”


Allah Taala sesungguhnya adalah Zat Al Haq.Al Haq adalah salah satu dari Nama-Nama Allah Yang Maha Agung, lawannya batil. Sesuatu yang batil ertinya sesuatu yang tiada, lenyap, luput dan binasa. Firman Allah swt:


‘Dan katakanlah:”Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap“. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap’ (Al Isra:17:81)


Firman Allah swt seterusnya:


Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah’ (Al Qasas:28:88)


Zat Al Haq adalah wujud abadi kerana:


Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin”(Al Hadid:57:3)


Hadis Rasulullah saw:
‘Janganlah kamu memaki masa! Sesungguhnya Allah itu Yang Mencipta masa’ dan dihuraikan dalam makna intrinsik ‘Aku lah masa itu’.
‘Sekuntum syair yang paling benar yang diucapkan oleh seseorang penyair ialah ucapan Lubaid:”Ketahuilah., setiap sesuatu selain Allah itu batil”


Di kalangan ariffinbillah mengatakan.
‘Allah sekarang adalah seperti Allah dahulu jua’


Inilah yang dimaknakan oleh Imam Al Ghazali : ‘Maka barangsiapa mengenal kebenaran nescaya melihat yang demikian pada tiap-tiap sesuatu.Kerana tiap-tiap sesuatu itu adalah daripadaNya, kepadaNya, dengan Dia dan untuk Dia. Maka Dialah semua, menurut yang sebenarnya. Dan barangsiapa tidak melihat yang demikian pada tiap-tiap sesuatu yang dilihatnya, maka seolah-olah dia tidak mengenalNya. Dan barangsiapa mengenalNya, nescaya mengenal bahawa tiap-tiap sesuatu selain Allah itu batil dan tiap-tiap sesuatu itu binasa selain wajahNya. Bukan sesuatu itu akan batil dalam keadaan yang kedua nanti (kiamat), tetapi sekarang juga batil, kalau dipandang kepada dirinya dari segi diri itu sendiri.Kecuali dipandang adanya (wujudnya) sesuatu itu, dari segi adanya dengan sebab Allah Azzwajalla dan dengan QudrahNya’ (Jld 2 hal 130)


Demikian penjelasannya lagi:
‘Orang yang tidak melihat Allah Taala pada tiap-tiap sesuatu, tentu melihat lainNya. Dan tiap apa saja yang dipandang oleh hamba kepadanya selain Allah Taala, nescaya pandangannya itu mengandung sesuatu syirik yang tersembunyi kerana tauhid yang bersih adalah tidak melihat pada tiap-tiap sesuatu selain Allah Azzawajalla’ (Ihya 2 hal.144).


Inilah ‘nirvana’ dalam pengalaman Gautama Buddha iaitu kemuncak tertinggi yang dicapainya dalam meditasinya yang ertinya mencapai ‘arahat’ yang bererti mencapai ‘tiada’ kerana yang mutlak ada ialah Zat Yang Maha Esa. Agama Sanatara-dharma memanggilnya mencapai ‘moksya’. Taoisme menyebutnya Wu wei yang bererti "without action" or "effortless doing" yang ertinya ialah muroqabah dalam khilwah atau bertapa yang matlamatnya ialah kesepaduan/keserasian (alignment) dengan Tao, bagi menyingkap yang halus dan kuasa tersembunyi dalam segala perkara (hakikat).


Sesungguhnya Wahdatul Wujud mempunyai takwilan dan huraian-huraian batin mengenai ayat-ayat di atas dan huraian Imam Al Ghazali ra juga adalah dalam makna yang intrinsik lagi halus mendalam, kerana Wahdatul Wujd bukan lagi soal kepercayaan atau keyakinan tetapi menyentuh soal-soal dan persoalan diluar batas ilmu dan akal, bahkan tidak dapat difahami oleh hati yang mati iaitu soal musyahadah dan mukasyafah, soal rasa dan merasai bahkan mengalami; sebagaimana seseorang cuba menghuraikan secara ilmiah bagaimana dan apakah hakikat pada perasaan dan rasa: ‘sakit’, ‘pahit’ atau ‘manis’ yang samasekali di luar kemampuan bicara dan bahasa.


Sehingga orang-orang yang pendek fikiran menyangka dalam bentuk-bentuk zahiriah yang diketahui dengan pancaindera lalu mereka menyerupakan dengan makhluk (at tasybih), bersatu dengan Tuhan (al ittihad), Tuhan bertempat padanya (al hulul), mentubuhkan dan membentukkan (menyerupakan Allah dengan manusia dalam bentuk tubuh dan bentuknya), mengatakan ‘dia itu Tuhan’ kalimat yang menyesatkan orang-orang Nasrani mengenai Nabi Isa as; sebagaimana sesatnya Yahudisme, Zoroastarianisme, Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, Confucianisme dan berbagai-bagai kabilah tasauf dan sufisme di tanah air.


Wahdatul Wujud sesungguhya adalah kesempurnaan dalam pencapaian rasa dalam makna ayat-ayat berikut:


`Adapun orang-orang beriman sangat cinta kepada Allah’ (Al Baqarah:2:165)


Katakanlah: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum-keluargamu, kekayaan yang kamu perolehi, perniagaan yang kamu khuatiri menanggung rugi dan tempat tinggal yang kamu sukai; kalau semua itu kamu cintai lebih dari Allah dan RasulNya dan dari berjuang di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintahNya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik’ (At Taubah:24)


FirmanNya lagi.


`Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya’ (Al Maidah:54)


Apabila ayat ini dibacakan di hadapan Syaikh Abu Said Al Maihani, lalu beliau mengatakan:”Demi umurku! IA mencintai mereka dan biarkanlah IA mencintai mereka. Maka dengan sebenarnya IA mencintai mereka kerana sesungguhnya IA mencintai diriNYA”


Abu Said mengisyaratkan dengan yang demikian bahawa IA yang mencintai dan DIA yang dicintai. Inilah tingkat tinggi yang tidak anda fahami selain dengan contoh menurut batas akal engkau - (Ihya Ulumiddn. Jld.6 hal:345)


Hadis-Hadis Rasulullah saw:


‘Tiada beriman seorang kamu sehingga adanya Allah dan RasulNya itu lebih dicintai dari yang lain’


Hadis saw seterusnya.


‘Tiada beriman seorang hamba sebelum adalah aku lebih dicintai dari isterinya, hartanya dan manusia semuanya’


Pada satu riwayat ‘Dan dari dirinya sendiri’


‘Abu Razin Al ‘Uqaili bertanya:”Ya Rasulullah! Apakah iman itu?”


Rasulullah saw menjawab:” Bahawa adalah Allah dan RasulNya lebih kamu cintai dari yang lain”


Wahdatul Wujud adalah martabat cinta. Cinta Allah dan Rasulnya. Makam tertinggi dan terakhir dalam perjalanan dan pengembaraan jiwa rohani seseorang salik dalam mencari dan mengenal Tuhannya.Inilah yang dilalui oleh para sufi dan pengamal tasauf zaman berzaman dari Nabi Adam as sampai Kiamat. Mereka ‘menjalani, mengalami, merasai dan menikmati agama’; bukan sekadar ‘mengetahui’.Mereka menjalani agama bukan dengan ilmu dan akal semata-mata tetapi dengan seluruh jiwa raga dan rasa. Mereka menghayati dan mengalami rasa keagamaan pada makam-makam tertentu dalam agama. Cinta dan lain-lain makam dalam ilmu tasauf – sabar, redha, zuhud, syukur, tawakal, jinak hati, rindu dan lain-lain - sesungguhnya bukan soal bicara. Wahdatul Wujud adalah soal rasa pada kewujudan Al Haq yang lautannya dalam tidak terhingga.


Wahdatul Wujud membawa jiwa kepada cinta, asyek dan rindu – mazhab asyik, cinta dan rindu antara dua kekasih lantas seluruh jiwanya asyek dengan ibadah demi cinta dan rindu sehingga mencapai makam fana. Di sinilah timbullnya istilah fanafillah yang mencetuskan kegemparan-kegemparan besar pada zaman-zaman yang lalu apabila terkeluar bahasa-bahasa cinta dari ‘kekasih kepada kekasih’, sehingga keluarlah fatwa-fatwa syariat yang memadamkan bara dan api Islam sejak sekian lama.


Untuk memahami bahasa cinta dalam kehidupan orang-orang beriman pada darjat kemuliaan, bacalah kesah-kesah hidup mereka pada zaman silam yang hidup dan matinya demi cinta hanya untuk Allah dan RasulNya semata-mata!


‘Tatkala Allah Taala menyuruh NabiNya saw mencari kedekatan kepada Allah, lalu dikatakan kepadanya:


Dan sujudlah dan dekatkan diri (kepada Allah)- Al Alaq:19


Maka beliau membaca dalam sujudnya: Aku berlindung dengan kemaafanMu daripada siksaanMu. Aku berlindung dengan kerelaanMu daripada kemarahanMu. Dan aku berlindung denganMu daripadaMu. Tiada dapat aku hinggakan pujian kepadaMu sebagaimana Kamu memujikan diriMu sendiri.


Maka sabda Nabi saw. Aku berlindung dengan kemaafanMu daripada siksaanMu, adalah perkataan dari kesaksian perbuatan Allah saja. Seakan-akan dia tidak melihat selain Allah dan AfaalNya (perbuatanNya). Maka ia meminta perindungan dengan perbuatanNya daripada perbuatanNya.


Kemudian ia mendekatkan diri lalu ia fana (lenyap) daripada kesaksian sifat-sifat. Maka ia membaca Aku berlindung dengan kerelaanMu daripada kemarahanMu. Dan itu adalah dua sifat (rela dan marah)


Kemudian ia melihat yang demikian suatu kekurangan pada tauhid. Lalu ia mendekatkan diri dan mendaki dari ‘maqam musyahadah sifat-sifat’ ke ‘musyahadah zat’. Lalu beliau membaca Dan aku berlindung denganMu daripadaMu. Dan ini adalah lari daripadaNya kepadaNya dengan tidak melihat perbuatanNya. Akan tetapi ia melihat dirinya lari daripadaNya kepadaNya. Meminta pelindungan dan memujikanNya.Maka ia fana daripada kesaksian dirinya kerana ia melihat yang demikian itu suatu kekurangan. Dan ia mendekatkan diri lalu membaca Tiada dapat aku hinggakan pujian kepadaMu sebagaimana Kamu memujikan diriMu sendiri. Maka bacaannya Nabi saw Tiada dapat aku menghinggakan itu adalah pengkhabaran dari kefanaan dirinya dan keluar daripada kesaksian diri itu. Dan bacaannya saw Sebagaimana Kamu memujikan diriMu sendiri itu, adalah penjelasan, bahawa IA yang memuji dan dipujikan. Dan semuanya tidak dapat tidak daripadaNya dan kepadaNya akan kembali. Dan bahawa tiap-tiap sesuatu itu binasa selain WajahNya, maka adalah permulaan maqamnya itu penghabisan maqam orang-orang bertauhid (al muwahhidin) iaitu bahawa ia tidak melihat selain Allah Taala dan afaalNya. Lalu ia meminta perlindungan dengan perbuatan dari perbuatan.


Maka perhatikanlah kepada yang berkesudahan penghabisannya apabila berkesudahan kepada YANG MAHA ESA, YANG MAHA BENAR sehingga terangkat dari pandangannya dan kesaksiannya, selain Zat Yang Maha Benar’ – Ihya Uliumiddin Jld.6 hal 348-349.


Perhatikan pula doa Rasulullah saw diriwayatkan oleh Saidina Ali bin Abi Thalib ra:


Sesungguhnya Aku itu Allah. Tuhan sarwa sekalian alam. Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada Tuhan yang disembah selain Aku, yang hidup yang berdiri sendiri. Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung. Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku. Aku tidak beranak dan tiada diperanakkan. Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, Yang Maha Pemaaf Lagi Maha Pengampun. Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku, yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan kepada Aku ia kembali, Yang Mulia, Yang Bijaksana,Yang Pengasih, Yang Penyayang, Yang Memiliki Hari Akhirat, Yang Menjadikan Kebajikan dan Kejahatan, Yang Menjadikan Syurga dan neraka, Yang Esa, Yang….dan seterusnya….’


Nabi saw menyebutkan sebelum tiap-tiap kalimat, akan kata-kata:’ Sesungguhnya Aku itu Allah, tiada yang disembah selain Aku (I’nnii ana’llaah, laa ilaaha I’llaa ana)’ sebagaimana yang telah kami bentangkan di atas. Maka orang yang mendoa dengan nama-nama tersebut, maka hendaklah mengucapkaan: ‘Sesungguhnya Engkau itu Allah, tiada Tuhan yang disembah selain Engkau’


Demikianlah maqam fana dan baqa Nabi saw. Demikianlah juga persis makam fana para Nabi dan Rasul serta auliya-auliya Allah yang agung, sekadar memperteguhkan hujahan hakikat, bahawa Wahdatul Wujud adalah sunnah Rasulullah saw – sunnah yang khusus bagi orang-orang muntahi atau yang berada pada tahap penghabisan dalam perjalanan rohani. Antara wasiat mereka - misalnya Syeikh Daud al Fatani kepada orang-orang Islam yang tidak memahami perjalanan rohani: “bahawasanya adalah bagi segala kaum penghulu ahli al Saufi beberapa istilah mereka itu yang tiada mengetahui akan dia melainkan ahlinya. Maka tiada harus yang bukan ahlinya itu mentalaahkan segala kitab mereka itu kerana yang tiada mengetahui akan kehendaknya diambilnya atas zahir perkataan mereka itu maka membawa kepada kufur; sebab itulah diharamkan mentalaah segala kitab mereka itu, yang bukan ahlinya, seperti kata Syeikh Muhyi’l-Din ibn al-‘Arabi ra, nanhu qaumun tahrim mutaala’ati kutubina…ertinya bahawasanya adalah kami suatu kaum yang haram mentalaahkan kitab kami yakni apabila tiada tahu akan segala istilah mereka itu – (Martabat Tujuh oleh Muhammad Uthman El Muhammady)


Dzun-Nun al Misri iaitu salah seorang pemuka utama dari golongan ini mengatakan:’Mahasuci Allah yang menjadikan jiwa itu sebagai tentera yang berbaris. Maka jiwa orang-orang bermakrifah itu agung dan kudus.Maka kerana itulah mereka itu rindu kepada Allah Taala. Jiwa orang-orang mukmin itu kerohanian. Maka kerana itulah mereka ingin kepada syurga. Dan jiwa orang-orang yang lalai itu penuh kenafsuan.Maka kerana itulah mereka cenderung kepada dunia’.


Maka tanyalah diri dengan setulus hati, di manakah diri anda dan di manakah cinta anda! Wahdatul Wujud sesungguhnya Tauhid KeEsaan Wujud – Tauhid Kecintaan Wujud Hakiki kerana Zat Kanzun Mahfiyan Mencintai DiriNya Sendiri lalu mencipta alam semesta untuk dikenali dan dicintai, demi cintaNya - batil atau menafikan wujud selainNya. Inilah hakikat wujud - wujud hakiki bukan khayali!



=============================================================================================