AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT (ILMU KEBATINAN)

AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT


ILMU PERSILATAN DAN PERUBATAN (KEROHANIAN) WARISAN SYEIKH PENDITA MAHAGURU ADI PUTRA, SUNAN KALIJAGA DAN TOKKU PALOH

ILMU KEROHANIAN DALAM KATEGORI ILMU GHAIB ( SILAT BATIN SUNAN KALIJAGA@GERAK FAQIR) & ILMU SYAHADAH (SYAHADAT TOKKU PALOH@TITIK 9)

Wednesday, February 5, 2014

FUTUHUL GHOIB (10)

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani



AJARAN KESEPULUH

Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun adalah kepunyaan Allah. Pada diri manusia timbul angan-angan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, jika kamu masuk kepada yang haq dan menentang diri kamu sendiri, maka kamu telah masuk ke pihak Allah dan menentang diri kamu sendiri. Allah berfirman kepada Nabi Daus a.s., “Hai Daud, kepada-Ku-lah kamu kembali. Oleh karena itu, berpegang teguhlah kamu kepada-Ku. Sesungguhnya perhambaan yang sejati adalah melawan diri kamu sendiri karena Aku”. Karena itulah penghambaan kamu dan kedekatan kamu kepada Allah menjadi kenyataan yang sungguh-sungguh. Karena itulah kamu mencapai kesucian dan kebahagiaan. Dan karena itulah kamu akan dimuliakan serta segalanya akan menjadi hamba kamu dan takut kepadamu, lantaran semuanya tunduk kepada Allah. Sebab, Dia-lah Pencipta dan tempat asal mereka, dan mereka telah menyatakan kehambaan mereka kepada Allah. Allah berfirman, “Seluruhnya memuji Allah, tetapi kamu tidak mengetahui pujian mereka”. Ini berarti segala yang ada di dalam alam ini sadar akan adanya Allah dan patuh kepada-Nya.

Allah SWT berfirman, “Kemudian Dia berkata kepadanya dan kepada dunia, Kemarilah kamu berdua dengan rela ataupun tidak”. Mereka berkata, “Kami datang dengan rela”.

Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu sendiri dan hawa nafsumu. Allah berfirman, “Janganlah kamu menuruti hawa nafsumu, karena dia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.

Selanjutnya Allah berfirman, “Jauhkanlah kehendak hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dan kerajaan-Ku melainkan hawa nafsu manusia”.

Ada satu cerita yang masyhur tentang Abu Yazid Busthami. Diceritakan bahwa ia telah melihat Allah SWT di dalam mimpinya. Ia bertanya kepada Allah, “Bagaimana seseorang itu dapat sampai kepada Allah?” Jawab Tuhan, “Buanglah dirimu dan datanglah kepada-Ku”. “Setelah itu,” katanya, “Akupun keluar dari diriku seperti ular keluar dari sarangnya”. Karenanya, semua kebaikan itu terletak pada jihad melawan diri sendiri serta semua perkara dan keadaan hidup ini. Sekiranya kamu dalam keadaan salah, lawanlah dirimu hingga kamu terhindar dari hal yang haram, dari manusia, dari prasangka serta dari pertolongan mereka, ketergantungan kepada mereka, takut kepada mereka dan dari menghendaki apa yang mereka dapati dari dunia fana ini. Janganlah kamu mengharapkan hadiah, sedekah atau pemberian mereka. Hendaklah kamu membebaskan dirimu dari apa saja yang bersangkutan dengan keduniaan. Dan sekiranya kamu mempunyai saudara yang hartawan, maka janganlah kamu mengharapkan dia lekas mati dengan niat kamu ingin mendapatkan hartanya itu. Hendaklah kamu keluar dari pengaruh mahluk dan anggaplah mereka itu seperti pintu pagar yang bisa terbuka dan bisa tertutup atau seperti bunglon yang kadang-kadang berubah dan kadang-kadang tidak. Segala yang berlaku dan terjadi adalah dengan kehendak Allah dan Dia-lah yang membuat dan merencanakan segalanya itu. Jadilah kamu yang berjiwa tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah Tuhan Semesta Alam.

Jangan pula kamu mengikuti faham golongan Jabariyyah atau Qodariyyah. Lebih baik kamu mengatakan bahwa perbuatan itu adalah kepunyaan Allah, sedangkan manusia adalah berusaha.

Jalankanlah perintah Allah yang berhubungan dengan manusia, pisahkanlah bagianmu dengan perintah-Nya dan janganlah kamu melampaui batas, karena perintah Allah itu pasti berlaku dan Allah akan menjatuhkan hukuman kepada kamu dan mereka. Janganlah kamu ingin menjadi hakim sendiri. Keberadaan kamu bersama manusia adalah karena takdir Allah dan takdir ini terdapat di dalam kegelapan. Oleh karena itu, masuklah ke dalam kegelapan itu dengan membawa lampu yang juga menjadi hakim. Itulah dia Al Quran dan sunnah Rasulullah. Janganlah kamu melanggar keduanya. Jika timbul di dalam pikiranmu atau kamu menerima suatu ilham, kemukakanlah dulu kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah.

Sekiranya suatu pikiran atau ilham bertentangan dengan Al Quran dan hadits, maka janganlah kamu ikuti dan kamu jalankan, karena hal itu mungkin datang dari iblis. Jika Al Quran mewajibkan seperti makan, minum dan lain-lainnya dan ilhampun sejalan dengan yang diwajibkan itu, maka janganlah kamu terima dan ketahuilah bahwa itu adalah ajakan atau godaan untuk memuaskan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatanganmu. Oleh karena itu lawanlah dan janganlah kamu turuti.

Jika apa yang diilhamkan kepada kamu itu tidak sesuai dengan Al Quran dan hadits, baik yang berupa larangan maupun pembenaran, dan tidak pula kamu ketahui dengan faham, seperti kamu disuruh untuk pergi ke suatu tempat atau disuruh menemui seseorang yang saleh, sedangkan kamu tidak perlu lagi pergi ke tempat itu atau berjumpa dengan orang itu, tetapi dengan pengetahuan dan nur kamu dapat mengetahuinya, maka bersabarlah, jangan tergesa-gesa dan bertanyalah kepada diri kamu sendiri, “Adakah ilham ini datang dari Allah dan aku mesti melakukannya?” Pikirkan dulu dan bersabarlah. Adalah biasa bagi Tuhan untuk mengulang ilham seperti itu dan memerintahkan kepada kamu untuk segera melakukan perkara ilham itu atau untuk membuka suatu tanda yang dibukakan bagi para ahli Allah, tanda yang hanya dapat dipahami oleh para Aulia yang bijaksana dan para Abdal. Janganlah kamu terburu-buru mengerjakan perkara itu, karena kamu tidak mengetahui akibat dan tujuannya, dan juga kamu tidak mengetahui ujian dan jalan yang dapat merusak dan menguji kamu.

Karena itu bersabarlah sampai Tuhan sendirilah yang menjadi pelaku perkara itu untuk kamu. Apabila sesuatu perbuatan itu benar-benar dari Allah, maka akan selamatlah kamu dan Dia pasti menolong kamu. Jika kamu sendiri yang melakukannya, maka kamu sendirilah yang bertanggungjawab atas perbuatanmu itu, Jika Allah yang melakukannya untuk kamu, maka kamu tidak bertanggung jawab atas perbuatanmu itu, karena perbuatan itu adalah perbuatan Allah, dan sudah barang tentu Allah sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatan-Nya.

Jika kamu berada dalam peringkat hakekat, yaitu kedudukan wilayah (kewalian), maka lawanlah nafsumu itu dan patuhlah kepada perintah itu sepenuhnya. Kepatuhan kepada perintah ini ada dua macam : pertama, hendaknya kamu mengambil dari dunia ini apa-apa yang kamu perlukan saja, hindarkanlah dirimu dari keserakahan hawa nafsumu, lakukanlah ibadah-ibadahmu dan hindarkanlah dosa-dosa, baik yang tampak maupun yang tersembunyi; kedua, berkenaan dengan perintah batiniah. Ini adalah perintah Allah yang berupa suruhan dan larangan untuk melakukan sesuatu. Perintah batiniah atau perintah yang tersembunyi ini adalah perintah untuk melakukan hal-hal yang tidak haram dan tidak pula wajib, di mana seorang hamba diberi kebebasan untuk bertindak. Dalam hal ini, hendaknya si hamba tadi tidak mengambil inisiatif (kemauan) sendiri, tatapi hendaklah ia menunggu perintah yang berkenaan dengannya. Apabila perintah itu telah datang, maka patuhilah dengan segenap gerak dan diam, karena Allah semata-mata. Jika di dalam syari’at terdapat hukum tentang sesuatu perkara, maka tunduklah kepada hukum itu. Tetapi, jika tidak terdapat hukum di dalam syari’at mengenai perkara itu, maka bertindaklah menurut perintah batin atau perintah yang tersembunyi itu. Melalui inilah seseorang dapat menjadi orang yang benar-benar telah mencapai hakekat.

Sekiranya perintah batin ini tidak ada dan yang ada hanyalah perbuatan Allah, maka ini memerlukan suatu penyerahan. Jika kamu telah mencapai hakekat yang sebenarnya, yang juga disebut “keadaan tenggelam (Mahwu) atau fana”, maka kamu telah mencapai peringkat Abdal (mereka yang luluh hatinya karena Allah), sesuatu keadaan atau peringkat yang dimiliki oleh orang-orang yang betul-betul berjiwa tauhid, suatu keadaan yang dimiliki oleh orang-orang yang dikaruniai cahaya kerohanian, yaitu orang-orang yang berilmu dengan kebijaksanaannya yang tinggi, orang-orang yang menjadi ketua dari seluruh ketua, pelindung dan penjaga khalayak ramai, khalifah Allah dan wali-Nya serta orang-orang yang dipercayai-Nya. Mematuhi perintah di dalam hal-hal yang demikian itu adalah melawan hawa nafsu kamu sendiri, memisahkan diri dari ketergantungan kepada daya dan upaya apa saja serta kosong dari segala kehendak dan tujuan apa saja yang berkenaan dengan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, jadilah kamu hamba raja itu dan bukan hamba kerajaan serta hamba perintah Allah dan bukan nafsu badaniah. Dan jadilah kamu seperti bayi yang berada dalam pelukan ibunya, atau seperti mayat yang sedang dimandikan oleh orang-orang dan atau seperti orang sakit yang tidak sadarkan diri di hadapan dokter, di dalam hal yang berada di luar, baik berupa suruhan maupun larangan.

Saturday, February 1, 2014

FUTUHUL GHOIB (9)

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al jailani

(Pembuka Tabir Keghaiban)

AJARAN KESEMBILAN

Perbuatan Allah itu ditampakkan kepada Aulia dan Abdal di dalam pandangan dan pengalaman kerohanian. Ini berada di luar jangkauan akal manusia dan keluar dari adat kebiasaan. Penampakkan atau pemanifestasian ini ada dua jenis : yang pertama dinamakan “Jalal” (kebesaran dan keagungan) dan yang kedua dinamakan “Jamal” (keindahan). Jalal ini menimbulkan kehebatan dan mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tanda-tandanya tampak pada badan kasar. Diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW tengah melakukan shalat, terdengarlah oleh orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya dan gentarnya hati beliau ketika menghadap Allah SWT, ini adalah suatu pengalaman yang beliau rasakan apabila Allah menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya. Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi Ibrahim a.s. dan Khalifah Umar r.a.

Pengalaman yang akan dirasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat Jamal-Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan selamat, ia akan mengucapkan kata-kata yang penuh kasih mesra, dan akan tampak tanda-tanda yang menggembirakan tentang karunia-karunia yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka itu akan kembali. Inilah karunia karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini. Hati mereka yang cinta kepada-Nya akan dipuaskan oleh-Nya, sehingga mereka akan merasa senang. Allah mengasihi dan menyayangi mereka. Nabi pernah bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, hiburlah hati kami”. Apa yang Nabi maksudkan adalah agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan merasakan manifestasi sifat Jamal Allah itu. Karena itu, Nabi bersabda, “Dan kesejukan mataku, telah kurasakan di dalam shalatku”.

FUTUHUL GHOIB (8)

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeilh Abdul Qodir Al jailani

(Pembuka Tabir Keghaiban)


AJARAN KEDELAPAN

Apabila kamu berada pada suatu keadaan tertentu, janganlah kamu meminta suatu keadaan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah. Apabila kamu berada di pintu istana, janganlah kamu masuk sebelum kamu disuruh masuk. Janganlah kamu menganggap cukup dengan kebenaran masuk itu saja, karena boleh jadi itu adalah suatu dalih atau tipuan dari raja itu. Hendaklah kamu bersabar, sampai kamu dipaksa masuk ke dalam istana itu atas perintah raja itu sendiri. Karena, dengan demikian kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban tentang perbuatan kamu masuk ke dalam istana itu. Sekiranya kamu masih dihukum juga, maka hal itu adalah lantaran kamu bersalah, tamak, tidak sabar, tidak bersopan santun dan hendak menikmati kepuasan keadaan hidup yang sedang kamu hadapi itu. Jika kamu dipaksa masuk dan kamupun masuk, maka hendaklah kamu memasukinya dengan penuh sopan santun, penuh hormat dan memperhatikan apa yang diperintahkan kepada kamu, tanpa meminta kenaikan taraf hidup. Allah berfirman kepada Rasul-Nya, “Dan janganlah pandanganmu dipengaruhi oleh apa yang kami karuniakan kepada segolongan manusia dari kemegahan hidup di dunia ini, karena Kami menguji mereka dengan itu. Adalah rizki yang diberikan oleh Tuhanmu itu lebih baik danlebih kekal”.

Allah menasehati Nabi-Nya supaya berhati-hati terhadap keadaan yang ada itu dan supaya ridho dengan karunia Allah. Dengan kata lain, firman ini menyatakan, “Apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa perkara-perkara yang baik-baik, kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kekuasaan agama dan berjihad di jalan Allah, semua itu adalah lebih baik dan lebih berharga daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang lain”. Kebaikan itu terletak pada menjaga keadaan yang telah ada, merasa puas dengannya dan menjauhkan segala keinginan kepada yang lain. Karena perkara-perkara itu telah dikhususkan untuk kamu, atau untuk orang lain atau bukan untuk siapa-siapa, tetapi oleh Allah telah dijadikan sebagai suatu ujian, Jika sesuatu perkara itu telah dikhususkan untuk kamu, maka pasti kamu akan mendapatkannya, baik kamu menyukainya maupun tidak menyukainya. Tidaklah wajar kamu menunjukkan ketidak sopananmu atau ketamakanmu, karena hal itu bertentangan dengan akal dan ilmu yang sempurna. Apakah gunanya kamu mengharapkan apa yang telah ditentukan untuk orang lain, karena kamu tidak akan mendapatkannya. Sekiranya suatu perkara itu tidak ditentukan untuk siapa-siapa, maka itu adalah satu ujian belaka. Orang yang berakal tidak akan bersahaja untuk mencari suatu ujian. Karenanya, kebaikan itu adalah menjaga dan ridho dengan keadaan yang ada sekarang. Setelah kamu dibawa ke tingkat atas lalu dari situ kamu menuju puncak istana, kamu harus berhati-hati seperti yang telah kami nyatakan mengenai penghormatan, berperangai baik dan tidak banyak bicara. Berhati-hatilah, dan hendaknya kamu berbuat yang lebih dari ini, karena sekarang kamu sudah dekat dengan raja dan juga sudah dekat dengan bahaya. Oleh karena itu, janganlah kamu meminta perubahan keadaan, dari keadaan yang sekarang kepada keadaan yang lain, baik keadaan itu lebih tinggi maupun lebih rendah, dan jangan pula kamu meminta supaya keadaan itu tetap atau diganti. Kamu tidak mempunyai hak memilih di dalam perkara ini. Jika kamu meminta, maka hal itu adalah tanda bahwa kamu kurang sopan, akan merendahkan derajat kamu dan merugikan kamu juga. Karenanya, teruslah berbuat sebagaimana yang kami tunjukkan, sehingga kamu dinaikkan ke suatu tingkatan dan ditetapkan di dalam tingkatan itu. Maka ketika itu kamu akan mengetahui bahwa semua itu adalah karunia Allah yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Tetaplah kamu berada pada tempat itu dan janganlah berubah-rubah lagi. Ahwal (keadaan perubahan kerohanian) adalah milik Aulia (wali Allah yang biasa), sedangkan maqamah (perhatian kerohanian) adalah kepunyaan Abdal (wali Allah yang derajatnya lebih tinggi).

FUTUHUL GHOIB (7)

Sebuah Ajaran tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al jailani

{Pembuka Tabir Keghaiban)

AJARAN KETUJUH

Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. Oleh karena itu, janganlah menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu turuti, maka ia akan merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah. Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, bertawakallah kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah menjadikan nafsu dan kehendakmu. Oleh karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk mendapatkan sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18 : 110)

Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat dengan Allah, karena apa saja selain Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan hatimu kepada sesuatu selain Allah, berarti kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan jalan apapun juga, baik dengan jalan kasar maupun dengan jalan halus. Berjaga-jagalah selalu dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah selalu dan waspadalah, semoga kamu beroleh keselamatan. Segala kedudukan dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang dari kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu atau kenaikan pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun. Sebab, ia dalam pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek yang senantiasa baru, dan Allah berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka. Boleh jadi apa yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan boleh jadi apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih baik kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan kamu saja dan tidak usah kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah karunia Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia menambahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan menambah ilmumu, kesadaranmu dan kewaspadaanmu. Allah berfirman : “Apa saja ayat yang Kami nashkhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (QS 2:106)

Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas segala sesuatu, janganlah kamu menduga bahwa ketentuan dan peraturan-Nya mempunyai kekurangan dan janganlah kamu merasa ragu akan janji-Nya. Contohlah Nabi besar Muhammad SAW, ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya dipraktekkan, dibaca di dalam masjid, ditulis di dalam buku, diambil dan ditukar dengan yang lainnya, dan perhatian Nabi diarahkan kepada wahyu-wahyu yang baru diterimanya yang menggantikan ayat-ayat yang telah lama. Ini terjadi dalam masalah-masalah hukum yang zhahir.

Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan, ilmu dan kondisi kerohanian yang didapatinya dari Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa hatinya selalu diliputi, dan beliau memohon perlindungan kepada Allah sebanyak tujuhpuluh kali didalam satu hari. Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus kali dalam sehari Nabi dibawa dari satu keadaan kepada satu keadaan yang lainnya yang dengan itu beliau dibawa menuju peringkat yang paling dekat kepada Allah. Beliau mengembara ke alam yang maha tinggi sambil diselubungi oleh ‘nur’, dari satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih tinggi. Tiap-tiap beliau menaiki satu peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu tampak gelap jika dibandingkan dengan peringkat atas itu. Semakin tinggi beliau naik, semakin bersinarlah nur Allah meliputi hati sanubarinya. Beliau senantiasa menerima pengarahan supaya memohon ampunan dan perlindungan Tuhan, karena sebaik-baiknya hamba Allah itu adalah mereka yang senantiasa memohon ampunan dan perlindungan Allah dan senantiasa pula kembali kepada-Nya. Ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini mempunyai dosa dan kesalahan yang keduanya terdapat pada hamba-hamba Allah di dalam seluruh aspek kehidupannya, sebagai ahli waris Adam as, bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap perintah Allah telah mengaburkan cahaya kerohanian Adam dan beliaupun menampakkan keinginannya untuk kekal hidup di surga berada di samping Tuhan, dan Tuhanpun berkehendak mengantarkan malaikat Jibril kepada beliau, maka ketika itulah kehendak diri (ego) beliau nampak, kehendak Adam bercampur dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama itu dihilangkan, kedekatan kepada Tuhan di masa itu dihilangkan, cahaya keimanan yang bersinar terang itu berubah menjadi pudar dan kesucian rohani beliau telah menjadi sedikit kotor. Kemudian Allah hendak memberikan peringatan kepada beliau, menyadarkan beliau akan dosa dan kesalahannya, memerintahkannya untuk mengakui kesalahan dan dosanya serta meminta ampun kepada Allah.

Adam as berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, sudah barang tentu kami termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi”. Kemudian datanglah petunjuk kepada Beliau, kesadaran untuk bertobat, pengetahuan tentang hakekat akibatnya dan ilmu hikmah yang tersembunyi di dalam peristiwa inipun tersingkaplah. Dengan kasih sayang-Nya, Allah menyuruh mereka supaya tobat. Setelah itu, kehendak yang timbul dari Adam diganti dan keadaannya yang semulapun dirubah, maka diberikanlah kepadanya jabatan “Wilayah” yang lebih tinggi serta diberi kedudukan di dalam dunia ini dan di akhirat kelak. Maka jadilah dunia ini sebagai tempat tinggalnya dan tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah tempat kembalinya yang kekal abadi.

Jadikanlah Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang pilihan itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah, sebagai contoh dan tauladan. Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui kesalahan dan dosanya sendiri, di dalam meminta ampun kepada-Nya dan di dalam memohon pertolongan-Nya dari segala noda dan dosa. Dan contohlah mereka di dalam hal merendahkan diri kepada Allah, karena manusia adalah mahluk yang lemah dalam segala halnya.

Futuhul Ghoib (6)

PELAJAR GERAK FAQIR SUNAN KALIJAGA - SILA FAHAMI BAIK-BAIK 

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

(Pembuka Tabir Keajaiban)

AJARAN KEENAM

Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dari nafsumu dengan perintah-Nya dan dari kehendakmu dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah. Tanda bahwa kamu telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara keseluruhannya kamu telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan telah membebaskan seluruh pikiranmu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.

Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila kamu telah membuang segala usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan dengan cara-cara duniawi untuk mendapatkan suatu keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu bergantung kepada dirimu sendiri di dalam hal-hal yang bersangkutan dengan dirimu. Janganlah kamu melindungi dan menolong dirimu dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya kepada Allah, karena Dia-lah yang memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya. Dia-lah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan Dia pulalah yang memelihara kamu semasa kamu masih bayi.

Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah apabila kamu tidak lagi melayani kehendak-kehendakmu, tidak lagi mempunyai tujuan apa-apa dan tidak lagi mempunyai keperluan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai tujuan atau keperluan selain kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak pada kamu dan pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur. Dengan demikian kamu akan terlepas dari kehendak terhadap kebendaan, karena kamu telah berhubungan dengan Al-Khaliq. Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah Yang Maha Abadi akan memanggilmu. Tuhan semesta alam akan mengajar kamu dan memberimu pakaian cahaya-Nya dan pakaian kerohanian serta akan mendudukkan kamu pada peringkat orang-orang alim terdahulu.

Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah yang tidak lagi berisikan air walau setetespun. Kosonglah dirimu dari seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikaruniai keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya, perkara-perkara itu datang darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.

Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan telah hilang nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ke-Tuhan-an yang maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad SAW bersabda, “Aku menyukai tiga perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan shalat yang apabila aku melakukannya, maka mataku akan merasa sejuk di dalamnya”. Semua ini diberikan kepadanya setelah seluruh kehendak dan nafsu sebagaimana disebutkan di atas terlepas dari dirinya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku”.

Allah Ta’ala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu dan kehendakmu itu tidak diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada dirimu, maka telah pantaslah kamu untuk ‘diisi’ oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu sebagai orang baru yang dilengkapi dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan menghancurkannya lagi, sehingga kamu akan kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap luluh hati. Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan jika dalam pada itu masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya. Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu di akhir hayatmu nanti. Inilah maksud firman Tuhan, “Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku.” Kamu akan mendapatkan dirimu ‘kosong’, yang sebenarnya ada hanyalah Allah.

Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Hamba-Ku yang ta’at senantiasa memohon untuk dekat dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai rakan-Ku, dan apabila Aku menjadikan dia sebagai rakan-Ku, maka aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, yakni ia mendengar melalui Aku, memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.”

Sebenarnya, ini adalah keadaan ‘fana’ (hapusnya diri). Apabila kamu sudah melepaskan dirimu dan mahluk, karena mahluk itu bisa baik dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu bisa baik dan juga bisa jahat, maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang datang dari diri kamu atau dari mahluk itu dan kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya kejahatan dari mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata. Karenanya, datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang menentukannya semenjak awalnya.

Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala kejahatan mahluk-Nya dan menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan segala kebaikan, sumber keberkatan, kebahagiaan, kesentosaan, nur (cahaya) keselamatan dan keamanan. Oleh karena itu, ‘Fana’ adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan wali Allah. Semua wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk menggantikan kehendak atau kemauan mereka dengan kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau kehendak mereka dengan kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu mem-fana-kan diri mereka dan me-wujud-kan Allah. Karena itu mereka dijuluki ‘Abdal’ (perkataan yang diambil dari kata ‘Badal’ yang berarti ‘pertukaran’). Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu perbuatan dosa.

Sekiranya mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut, maka Allah Yang Maha Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian mereka akan kembali sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat. Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan para Nabi dipelihara dari nafsu badaniah mereka. Sedangkan jin dan manusia telah diberi tanggung jawab untuk berakhlak baik, tetapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan maksiat. Para wali dipelihara dari nafsu-nafsu badaniah dan ‘abdal’dipelihara dari kekotoran kehendak dan niat. Walaupun demikian, mereka tidak bebas mutlak, karena merekapun mungkin mempunyai kelemahan untuk melakukan dosa. Tapi, dengan kasih sayang-Nya, Allah akan menolong dan menyadarkan mereka.

Futuhul Ghoib (5)

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani
 
(Pembuka Tabir Keghaiban)
 
 
AJARAN KELIMA


Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang diluarnya nampak lembut tetapi di dalamnya sangat membahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya, yang menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat; apabila kamu lihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang melihat seseorang yang sedang buang air besar yang membuka auratnya dan mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu, hendaklah kamu memalingkan padanganmu dari ketelanjangannya dan menutup hidungmu supaya tidak mencium baunya yang busuk. Demikian pulalah hendaknya kamu bersikap kepada dunia. Apabila kamu melihatnya, maka hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari pakaiannya dan tutuplah hidungmu supaya tidak mencium bau busuk gemerlapannya yang tidak kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi MuhammadSAW :

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah yang lebih baik dan lebih kekal.” (QS 20:131)

Futuhol Ghoib (4)

Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani
 
(Pembuka Tabir Keghaiban)
 
AJARAN KEEMPAT


Apabila kamu ‘mati’ dari mahluk, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badanniyah. Apabila kamu telah ‘mati’ dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah ‘mati’ dari kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu ‘kehidupan’ yang baru.

Setelah itu, kamu akan diberi ‘hidup’ yang tidak ada ‘mati’ lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentausaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya. Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga kamu tidak lagi merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian, kamu boleh dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa.

Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.

Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada batas

Futuhul Ghoib (3)

 
 Sebuah Ajaran Tasawuf
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Futuhul Ghoib
(Pembuka Tabir Keghaiban)
 
AJARAN KETIGA


Manakala seorang hamba Allah diuji oleh Allah, maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang-orang lain seperti para raja, para penguasa, orang-orang dunia atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter atau dukun. Jika hal ini pun tidak berhasil, maka ia kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih bisa menolong dirinya sendiri, ia tidak akan meminta pertolongan kepada orang lain. Dan selagi pertolongan orang lain masih ia dapatkan, maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah.

Jika ia tidak mendapatkan pertolongan Allah, maka ia akan terus meratap, shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan terhadap Allah Ta’ala, Sekali-kali Allah tidak akan menerima ratapannya, sebelum dia memutuskan diri dari keduniaan. Setelah ia terlepas dari hal-hal keduniaan, maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah pada orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan, selanjutnya hanya ruh sajalah yang tinggal padanya.

Dalam peringkat ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepercayaan yang sesungguhnya tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah). Pada hakekatnya, tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan tidak ada keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faidah dan tidak pula ada anugerah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan semuanya di tangan Allah.

Hamba Allah itu tidak ubahnya seperti bayi yang berada di pangkuan ibunya, atau seperti orang mati yang sedang dimandikan, atau seperti bola di kaki pemain bola; melambung, bergulir keatas, ke tepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukannya. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam perbuatan Allah semata-mata.

Hamba Allah semacam ini, hanya melihat Allah dan perbuatan-Nya. Yang didengar dan diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang dilihatnya itu adalah perbuatan Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka yang didengar dan diketahuinya itu hanyalah firman Allah. Dan jika ia mengetahui sesuatu, maka ia mengetahuinya itu melalui pengetahuan Allah. Ia akan diberi anugerah Allah. Beruntunglah ia karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah ia kepada Tuhannya. Bertambah cintalah ia kepada Allah. Bertambah khusyu’lah ia mengingat Allah. Bersemayamlah ia ‘di dalam Allah’. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah Yang Maha Agung. Ia hanya mendengar dan mengingat Allah Yang Maha Tinggi. Maka ia senantiasa bersyukur dan shalat di hadapan Allah SWT.

Futuhul Ghoib (2)

SEBUAH AJARAN TASAWUF
 SYAIKH ABDUL QODIR JAELANI
 



Futuhul Ghoib
(Pembuka Tabir Kegaiban)
 

AJARAN KEDUA


Ikutilah dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan janganlah merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jangan sekali-kali berbuat durhaka. Bertauhidlah kepada Allah (meng-Esakan Allah), dan jangan menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan tidak memiliki sifat-sifat tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah dan berpegang teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya dan tunggulah dengan sabar. Bersatu padulah dalam mentaati Allah dan janganlah berpecah-belah. Saling mencintailah di antara sesama dan janganlah saling mendengki. Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan ketaatan kepada Allah. Janganlah menjauhkan diri kepada Allah dan janganlah lupa pada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari. Mudah-mudahan kamu diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan azab neraka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga, bersatu dengan Allah dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Kamu akan menikmati kebahagiaan dan kesentausaan yang abadi di surga beserta para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada’ dan orang-orang saleh. Kamu akan hidup kekal di dalam surga itu untuk selama-lamanya.