AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT (ILMU KEBATINAN)

AKADEMI SILAT SENI GERAK MAKRIFAT


ILMU PERSILATAN DAN PERUBATAN (KEROHANIAN) WARISAN SYEIKH PENDITA MAHAGURU ADI PUTRA, SUNAN KALIJAGA DAN TOKKU PALOH

ILMU KEROHANIAN DALAM KATEGORI ILMU GHAIB ( SILAT BATIN SUNAN KALIJAGA@GERAK FAQIR) & ILMU SYAHADAH (SYAHADAT TOKKU PALOH@TITIK 9)

Monday, October 31, 2011

SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR ATAU SYEH SITI JENAR ( 2 )

ama besar Syeh Siti Jenar berkumandang keseluruh wilayah Majapahit dan Pajajaran. Bukan hanya penganut Islam, para pemeluk agama Hindhu dan Buddha-pun sangat menghormati beliau. Sunan Kalijaga sering bertandang ke Pesantren Krendhasawa. Kedua tokoh ini, ibarat kakak adik yang tidak bisa dipisahkan.


Kedekatan dua tokoh besar yang sangat disegani oleh seluruh masyarakat Majapahit, sangat merisaukan Dewan Wali Sangha. Apalagi ketika dua tokoh itu, mengumandangkan ajaran Islam yang mengakui segala persamaan dengan agama lain, Dewan Wali sedikit berang. Dewan Wali Sangha masih menganggap Islam adalah segala-galanya, tidak bisa disamakan dengan agama lain.


Dan ketika Sunan Giri mendengar Syeh Siti Jenar mengajarkan esensi Islam yang sesungguhnya tidak berbeda dengan esensi agama lain, maka diutuslah duta untuk memanggil beliau agar menghadap ke Giri Kedhaton.


Syeh Siti Jenar sengaja mengeluarkan ucapan yang sangat dalam, ucapan esensial kepada kedua utusan Sunan Giri, untuk mencoba mereka, apakah mereka juga telah mendapatkan wejangan serupa dari Sunan Giri? Ternyata, kedua utusan masih mentah. Masih bengong dan kebingungan. Jelas sudah, Dewan Wali Sangha hanya mengajarkan kulit luar Islam. Kulit luar yang akan memicu perpecahan, memicu ego spiritual, memicu sikap eksklusifisme, karena bagaimanapun juga, pada tataran ‘kulit’, pastilah akan tampak perbedaan yang mencolok.Jika tidak didalami, jika tidak ditingkatkan lagi, mereka akan terjebak, terjebak pada kulit semata. Ini bisa menyesatkan. Namun, malahan Syeh Siti Jenar yang dianggap sesat. Menggelikan.


Mendengar Syeh Siti Jenar mengucapkan kata-kata yang sangat tinggi kepada kedua ulama utusan Sunan Giri, Sunan Kalijaga segera bertandang ke Cirebon. Beliau menanyakan kebenaran berita itu. Dan Syeh Siti Jenar membenarkannya. Sunan Kalijaga menasehati, agar berhati-hati mengeluarkan ucapan, karena para pengikut PUTIHAN, banyak yang masih terjebak kulit. Mereka tidak memahami esensi Islam. Dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah bagi diri Sang Syeh. Namun Syeh Siti Jenar menjawab itu semua memang beliau sengaja untuk menyentil Sunan Giri. Syeh Siti Jenar tahu, Sunan Giri paham akan ucapan beliau, dan Syeh Siti Jenar ingin melihat reaksi pemimpin Dewan Wali Sangha itu.


Kedua utusan Sunan Giri telah sampai di Giri Kedhaton. Keduanya menghadap Sunan Giri dan kisahpun berlanjut seperti dibawah ini :


Terjemahan :




(Kata sang duta), Begini jawaban beliau,
Hai kalian para duta berdua,
Aku dipanggil menghadap,
Dihadapan Sunan Giri,
Katakan bahwasanya aku tidak ada,
Yang ada PANGERAN JATI (TUHAN YANG SESUNGGUHNYA).


Seketika hamba berdua terkejut,
Bagaimana bias berpikiran demikian,
Mengaku sebagai PANGERAN (TUHAN),
Hamba lantas diberi jawaban,
Kalian berdua hanya sekedar utusan,
Kewajibannya hanya menyampaikan saja.


Setelah mendengar hal tersebut,
Tertegun Jeng Susuhunan Giri,
Dada bergemuruh membara,
Tidak sabar ingin menemui Syeh Siti Jenar sendiri,
Para Auliya (Wali) menyabarkan,
Duh yang menjabat sebagai Wali Mukmin ( Wakil para orang-orang beriman ).


Mohon sabarkan hati,
Seyogyanya dibuktikan dulu,
Apa maksud Syeh Siti Jenar berkata demikian,
Gampang memberikan keputusan hukuman kelak,
Apabila sudah jelas dosa (kesalahan)-nya,
(Dan jika memang sudah terbukti ) tidak menjadi soal lagi untuk menjatuhkan sangsi.


Reda kemarahan (Sunan Giri),
Mendengar sabda Para Wali,
(Oleh) Jeng Sunan Giri Gajah,
Utusan disuruh kembali lagi,
Memanggil Syeh Lemah Bang,
Apapun yang dikatakan supaya dituruti.


Asalkan bias menghadap kepadaku (Sunan Giri),
Jangan sampai mengulang kegagalan,
Utusan lantas menghaturkan sembah dan berangkat,
(Telah) sampai di Siti Brit,
Bertemu dengan Syeh Lemah Bang,
(Lantas) menghaturkan maksud mereka diutus kembali.


Oleh Sunan Giri Kedhaton,
PANGERAN (TUHAN) dipanggil menghadap,
Berangkatlah bersama kami,
Pangeran Siti Brit menjawab,
Saat ini PANGERAN tidak ada,
Yang ada Syeh Siti Brit.


Para utusan tidak membantah perkataan lagi,
Karena sudah diwanti-wanti (oleh Sunan Giri),
Jikalau sekarang yang ada Syeh Lemah Bang,
Syeh Lemah Bang dipanggil menghadap,
Berkata Syeh Siti Jenar,
PANGERAN (TUHAN) tidak membolehkan.


Sebab Syeh Lemah Bang itu,
Wajah Tuhan Yang Sesungguhnya,
Walaupun engkau memohon,
Kepada Tuhan Yang Sesungguhnya,
Namun apabila tidak memohon kepada Syeh Lemah Bang,
Sungguh tidak akan terlaksana.


Para utusan terheran-heran lantas berkata,
Sesungguhnya yang diharapkan,
PANGERAN (TUHAN) dan Syeh Lemah Bang,
Bertandang ke Giri,
Untuk bermusyawarah dengan segenap Para Wali.


Pangeran Siti Jenar menurut,
Dengan diiringi kedua utusan beliau berangkat,
Sesampainya di Giri Gajah,
Para Wali sudah menanti,
Pangeran Siti Jenar,
Menghadap Jeng Sunan Giri.


Lantas ( Sunan Giri ) menyambut dengan berkata ramah,
Semoga senantiasa sejahtera kepada Pangeran (Siti Jenar),
Yang tengah datang dihadapan kami ini,
Pangeran Siti Jenar menjawab,
Duh yang hamba hormati sama-sama,
Sama-sama semoga mendapatkan kebahagian dan keselamatan.


Jeng Sunan (Giri) berkata manis,
Sebab mengapa saudaraku aku undang kemari,
(Sebab) sangat santer terdengar,
Apabila saudaraku tengah ber-olah batin,
Mengajarkan Ilmu Khaq ( Ilmu Sejati ),
Mendirikan sebuah perguruan (yang sangat terkenal) dimuka bumi.


Mengalahkan Para Wali yang lain,
Memegang jabatan sebagai Imam Suci,
Kesucian hari Jum’at-pun seolah tertandingi,
Benar-benar kami mendukung,
Apa saja yang saudaraku kerjakan,
Para Wali menyanjung-nyanjung.


Pangeran Siti Jenar berkata,
Sebab mengapa hamba berani,
Membuka Gaib Tuhan,
Sebab Allah bersifat KASIH,
KASIH kepada semua makhluk,
Setiap makhluk mendapatkannya.


(Hamba hanya ingin) mengajarkan ilmu sesuai dengan ketentuan,
Secara lengkap dan gamblang,
Jangan sampai asal-asalan,
(Sehingga) membuat kebingungan para murid,
Memakai ‘kulit’ (syari’at) berlebihan malah akan menyesatkan,
Sebab apa yang diajarkan kurang jelas.


Apa untungnya membuat bingung,
Mempersulit mereka yang menimba ilmu (Sejati),
Jeng Sunan Giri berkata,
Benar apa yang kamu katakan,
Akan tetapi sangat-sangat dipersalahkan,
Manusia yang sembrono membuka rahasia.


Hanya mengambil inti sari,
Inti sari diambil tanpa memakai ‘kulit’ apapun,
(Hal) itu akan membuat kurang tajam kecerdasan para murid,
Turunnya Ilmu Sejati,
Sungguh harus disertai anugerah,
Tidak setiap orang boleh menerima.


Pangeran Siti Jenar menjawab,
Perkatan paduka bertolak belakang (inkonsisten),
Seperti hendak menghitung serpihan-serpihan kayu sisa digergaji (artinya : merepotkan),
Bukankah sesungguhnya seluruh makhluk,
Tercipta karena anugerah,
Apakah tidak menyadari?


Sunan Giri berkata manis,
Apa yang kamu ucapkan (kepada kedua utusan),
Tidak boleh dibuat percakapan,
Apabila lancang membuka rahasia,
(Maka seolah-olah) Tuhan tidak Maha Kuasa,
Keberadaan-Nya seolah-olah tidak rahasia.


Maka seakan-akan tidak ada lagi konsep Keluhuran,
Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Gaib,
Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Berkuasa,
Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Rahasia,
Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Kekal,
Seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Halus.


Maka seakan-akan tidak ada lagi konsep Maha Cerdas,
Ujung-ujungnya etika moral juga akan rusak,
Apabila Maha Kekal ( Al-Baqa’: Bhs. Arab) menjadi Walaka ( Bhs. Sanskerta, yang artinya umum, lumrah, remeh. ),
Bakalan bubar tanpa benih,
Padahal Tuhan Yang Sesungguhnya,
Tidak bisa dibuat percakapan.


Tidak bisa diraba dengan tangan kasar,
Keberadaannya berada diranah Gaib,
Berkata Syeh Siti Jenar,
Hendak berniat berdebat tentang Ilmu Rasa ( Ilmu Sejati),
(Namun) dilerai oleh Para Wali.


Duh kedua saudaraku,
Jangan terus-terusan berdebat,
Seyogyanya dinyatakan sendiri ( Hakikat Tuhan itu ),
Ditempat yang sepi,
Yaitu maksudnya sepinya diri dari hawa nafsu,
Dalam kondisi seperti itu pasti akan nyata kesatuan-Nya dengan kita.


Hal ini bisa dicapai,
Apabila kita benar-benar telah berpasrah total,
Jeng Sunan Giri Gajah,
Melihat isyarat leraian,
Melalui ucapan Para Auliya’,
Lantas berkata lirih.


Heh Syeh Lemah Bang,
Jangan hanya bisa membantah,
Nanti pada hari Jum’at,
Datanglah lagi untuk bermusyawarah tentang Ilmu Bathin,
Pasti akan kelihatan nyata,
Siapa yang benar-benar memahami Ilmu Sejati.



WARISAN ADILUHUNG

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.